Pilpres 2019, Gerindra Rugi jika Prabowo Hanya Jadi King Maker
A
A
A
JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing yakin Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto akan menjadi "play maker" dan bertarung dengan Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 mendatang, bukan menjadi "king maker".
"Prabowo seorang jenderal yang tidak mungkin kalah sebelum berperang. Saya lihat rekam jejak beliau, karier militer dan politik beliau serta kesehariannya. Prabowo tokoh yang pantang mundur," kata Emrus, Senin (23/7/2018).
Prabowo menurut Emrus, telah berhasil mendirikan, memimpin serta mengelola Gerindra hingga menjadi tiga besar partai politik (parpol) dengan perolehan terbanyak di DPR. Mengalahkan partai besar dan berpengalaman, PDIP dan Golkar.
Bahkan mengalahkan Partai Demokrat dengan ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sudah dua periode menjadi Presiden. Gerindra mengumpulkan 14.760.371 (11,81 persen) suara atau 71 kursi (13 persen) kursi di parlemen.
Karena itulah, Emrus berpendapat, Prabowo tidak akan menjadi king maker yang berpotensi membuat Gerindra terpuruk di Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 mendatang.
"Ketokohan Prabowo telah melekat dengan Gerindra, jadi kalau Prabowo tidak maju dan menyerahkan tiket calon presiden (Capres) kepada orang lain, ini akan menurunkan elektabitas Gerindra di pileg," ujar Emrus.
Isu Prabowo akan menyerahkan mandat capres kepada tokoh lain mencuat saat sejumlah kader Gerindra mengatakan adanya sejumlah opsi capres-cawapres yang berpotensi menang di Pilpres 2019.
Salah satu opsinya yaitu Prabowo menyerahkan mandat capres ke tokoh lain. Namun, disebutkan kepada siapa mandat capres itu diserahkan. Isu ini kemudian dibantah oleh Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria.
Dia mengatakan tidak ada yang menyarankan agar Prabowo jadi king maker. Meski demikian, Riza menilai, wajar jika ada suara satu dua kader partai koalisi yang ingin Prabowo menyerahkan mandat capres ke tokoh lain.
Emrus menjelaskan, peluang Prabowo menang di Pilpres 2019 masih besar sebab elektabilitas Jokowi sebagai penantang masih kurang dari 50 persen. Tinggal bagaimana Prabowo dan koalisinya bisa memunculkan wakil yang bisa mendongkrak elektabilitas Prabowo.
"Sekaligus Prabowo dan wakilnya nanti bisa menghadirkan program-program masuk akal yang bisa diterima masyarakat. Prabowo dan pasangannya serta tim sukses bisa membongkar kelemahan-kelemahan pembangunan Joko Widodo," ungkapnya.
"Tentu dengan memberikan solusi-solusi bila nanti mereka memimpin. Karena tidak ada pemimpin yang sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan di sana-sini. Kekurangan ini yang harus diperhatikan Prabowo," imbuhnya.
Emrus juga menyayangkan pihak-pihak yang terkesan mendorong agar Prabowo tidak maju dan menyerahkan mandat kepada figur lain. Salah satunya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Anies sudahlah jangan didorong-dorong untuk maju. Bukankah Anies mengatakan secara implisit akan menyelesaikan tugas sebagai gubernur. Bisa jadi kalau Anies berhasil membangun Jakarta lima tahun ini, nanti justru baik bagi Anies untuk maju jadi capres 2024," tandasnya.
"Prabowo seorang jenderal yang tidak mungkin kalah sebelum berperang. Saya lihat rekam jejak beliau, karier militer dan politik beliau serta kesehariannya. Prabowo tokoh yang pantang mundur," kata Emrus, Senin (23/7/2018).
Prabowo menurut Emrus, telah berhasil mendirikan, memimpin serta mengelola Gerindra hingga menjadi tiga besar partai politik (parpol) dengan perolehan terbanyak di DPR. Mengalahkan partai besar dan berpengalaman, PDIP dan Golkar.
Bahkan mengalahkan Partai Demokrat dengan ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sudah dua periode menjadi Presiden. Gerindra mengumpulkan 14.760.371 (11,81 persen) suara atau 71 kursi (13 persen) kursi di parlemen.
Karena itulah, Emrus berpendapat, Prabowo tidak akan menjadi king maker yang berpotensi membuat Gerindra terpuruk di Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 mendatang.
"Ketokohan Prabowo telah melekat dengan Gerindra, jadi kalau Prabowo tidak maju dan menyerahkan tiket calon presiden (Capres) kepada orang lain, ini akan menurunkan elektabitas Gerindra di pileg," ujar Emrus.
Isu Prabowo akan menyerahkan mandat capres kepada tokoh lain mencuat saat sejumlah kader Gerindra mengatakan adanya sejumlah opsi capres-cawapres yang berpotensi menang di Pilpres 2019.
Salah satu opsinya yaitu Prabowo menyerahkan mandat capres ke tokoh lain. Namun, disebutkan kepada siapa mandat capres itu diserahkan. Isu ini kemudian dibantah oleh Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria.
Dia mengatakan tidak ada yang menyarankan agar Prabowo jadi king maker. Meski demikian, Riza menilai, wajar jika ada suara satu dua kader partai koalisi yang ingin Prabowo menyerahkan mandat capres ke tokoh lain.
Emrus menjelaskan, peluang Prabowo menang di Pilpres 2019 masih besar sebab elektabilitas Jokowi sebagai penantang masih kurang dari 50 persen. Tinggal bagaimana Prabowo dan koalisinya bisa memunculkan wakil yang bisa mendongkrak elektabilitas Prabowo.
"Sekaligus Prabowo dan wakilnya nanti bisa menghadirkan program-program masuk akal yang bisa diterima masyarakat. Prabowo dan pasangannya serta tim sukses bisa membongkar kelemahan-kelemahan pembangunan Joko Widodo," ungkapnya.
"Tentu dengan memberikan solusi-solusi bila nanti mereka memimpin. Karena tidak ada pemimpin yang sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan di sana-sini. Kekurangan ini yang harus diperhatikan Prabowo," imbuhnya.
Emrus juga menyayangkan pihak-pihak yang terkesan mendorong agar Prabowo tidak maju dan menyerahkan mandat kepada figur lain. Salah satunya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Anies sudahlah jangan didorong-dorong untuk maju. Bukankah Anies mengatakan secara implisit akan menyelesaikan tugas sebagai gubernur. Bisa jadi kalau Anies berhasil membangun Jakarta lima tahun ini, nanti justru baik bagi Anies untuk maju jadi capres 2024," tandasnya.
(maf)