Pilpres 2024, Prabowo Hadapi Sejumlah Tantangan Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, meski Prabowo Subianto didaulat kembali memimpin Gerindra hingga 5 tahun ke depan, hal ini tak serta-merta membuat mantan Danjen Kopassus itu bisa dengan mudah meraih 'tiket' Pilpres 2024. Ada beberapa tantangan yang harus dilalui pria yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan itu.
"Dari dulu saya sudah mengatakan (Prabowo) sudah enggak menjual lagi, tokoh usang yang sudah tiga kali kalah dalam pilpres, sudah enggak relevan dijual ke publik, sulit laku karena dianggap tokoh dan kaset usang," ujar Pangi, Sabtu (6/6/2020).
Pangi mengatakan, secara empiris hari ini publik senang dengan sosok kepala daerah di Pulau Jawa yang dianggap punya kapasitas, mumpuni, dan punya track record yang jelas. Elektabilitas Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan naik tren belakangan ini karena dianggap punya kecakapan dan kemampuan mengurai problem fundamental dan sangat kompleks soal wabah Covid-19. "Di balik wabah Covid ada yang mendapatkan keuntungan misalnya kenaikan elektabilitas gubernur itu tadi," terang Pangi. ( ).
Namun demikian, kata Pangi, sebagai tokoh nasional, peluang Prabowo untuk nyapres 2024 dan menang masih terbuka lebar. Syaratnya, elektabilitas dan citra Prabowo harus mumpuni untuk bersaing dengan para kepala daerah atau figur lain yang dianggap masih segar dan fresh. Peluang itu juga harus diuji berdasarkan data empiris di masyarakat.
Di sisi lain, elektabilitas Prabowo juga masih harus diuji berdasarkan prestasi yang bersangkutan setelah bergabung ke pemerintahan dengan menjadi Menhan. Menurut Pangi, tak seluruh pemilih Prabowo pada Pilpres 2019 merestuinya bergabung ke koalisi pemerintahan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin.
"Lain cerita kalau kemarin Beliau puasa, tetap setiap bersama rakyat menjadi simbol tokoh oposisi, simbol perlawanan, mungkin masih relevan dan moncer bertarung ulang kembali dalam Pilpres 2024," ujarnya.
"Dari dulu saya sudah mengatakan (Prabowo) sudah enggak menjual lagi, tokoh usang yang sudah tiga kali kalah dalam pilpres, sudah enggak relevan dijual ke publik, sulit laku karena dianggap tokoh dan kaset usang," ujar Pangi, Sabtu (6/6/2020).
Pangi mengatakan, secara empiris hari ini publik senang dengan sosok kepala daerah di Pulau Jawa yang dianggap punya kapasitas, mumpuni, dan punya track record yang jelas. Elektabilitas Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan naik tren belakangan ini karena dianggap punya kecakapan dan kemampuan mengurai problem fundamental dan sangat kompleks soal wabah Covid-19. "Di balik wabah Covid ada yang mendapatkan keuntungan misalnya kenaikan elektabilitas gubernur itu tadi," terang Pangi. ( ).
Namun demikian, kata Pangi, sebagai tokoh nasional, peluang Prabowo untuk nyapres 2024 dan menang masih terbuka lebar. Syaratnya, elektabilitas dan citra Prabowo harus mumpuni untuk bersaing dengan para kepala daerah atau figur lain yang dianggap masih segar dan fresh. Peluang itu juga harus diuji berdasarkan data empiris di masyarakat.
Di sisi lain, elektabilitas Prabowo juga masih harus diuji berdasarkan prestasi yang bersangkutan setelah bergabung ke pemerintahan dengan menjadi Menhan. Menurut Pangi, tak seluruh pemilih Prabowo pada Pilpres 2019 merestuinya bergabung ke koalisi pemerintahan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin.
"Lain cerita kalau kemarin Beliau puasa, tetap setiap bersama rakyat menjadi simbol tokoh oposisi, simbol perlawanan, mungkin masih relevan dan moncer bertarung ulang kembali dalam Pilpres 2024," ujarnya.
(zik)