Tantangan Parlemen dan Parpol
A
A
A
PROSES seleksi anggota DPR telah dilakukan. Kemarin semua parpol mendaftarkan “jagonya” untuk duduk sebagai wakil rakyat di parlemen. Setiap parpol memiliki strategi dalam pendaftaran calon anggota parlemen ini agar bisa menarik suara sesuai targetnya. Ada yang menggaet selebritas hingga tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh.Genderang kompetisi partai politik dalam Pemilu 2019 kembali ditabuh. Siapa yang berhasil meraih suara pemilih terbanyak kemungkinan besar akan mendapatkan kursi di parlemen paling banyak. Jadi penguasa parlemen yang berkantor di kawasan Senayan, Jakarta. Hal yang sama juga terjadi di daerah-daerah. Tujuannya adalah mendapatkan suara hingga bisa duduk sebagai wakil rakyat di parlemen, baik pusat, provinsi atau kabupaten/kota.
Bagi para pendaftar wakil rakyat (individu) dan parpol (organisasi) tentu harus paham tentang tantangan yang dihadapi jika menjadi anggota parlemen. Cukup banyak dan pelik tentunya jika tantangan ini kita sebutkan untuk memperbaiki bangsa. Untuk mewujudkan ini butuh kapabilitas dan kerja sama antarlembaga. Satu tantangan yang mestinya benar-benar harus dicamkan oleh para pendaftar adalah tentang kepercayaan publik tentang anggota parlemen atau wakil rakyat. Beberapa lembaga survei menyebutkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap parlemen sangat rendah. Begitu juga dengan kepercayaan terhadap parpol. Setali tiga uang.
Jarang terlihat bekerja sebagai wakil rakyat, pendapat mereka lebih banyak mewakili parpol dibandingkan bangsa, atau bahkan terjerat kasus korupsi, merupakan hal-hal yang membuat jarak antara rakyat dan parlemen serta parpol semakin jauh. Inilah yang mengkhawatirkan. Para pendaftar calon anggota parlemen harus memahami ini terlebih dulu. Mengembalikan kepercayaan rakyat adalah tugas yang sangat berat dan besar. Bagaimana bisa disebut wakil rakyat jika rakyat merasa tidak percaya? Apakah masih layak disebut wakil rakyat? Tentu tidak.
Pasti dari ribuan yang mendaftar akan ada yang ingin mengubah pandangan di atas. Namun, diyakini pula bahwa menjadi wakil rakyat hanya sebuah eksistensi sosial untuk menaikkan derajat sosial atau bahkan sekadar karena menjadi wakil rakyat bisa menambah pendapatan mereka. Jika sekadar itu yang terjadi, kepercayaan rakyat terhadap parlemen atau parpol tidak akan pulih atau malah semakin turun. Apalagi, beberapa parpol dalam mengusung jagonya hanya mengandalkan popularitas seseorang tanpa menengok kapabilitas. Popularitas adalah hal yang penting, namun kapabilitas menjadi lebih penting jika tantangannya adalah mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap parlemen atau parpol.
Kenapa persoalan kepercayaan rakyat ini lebih penting dari tantangan yang lain, karena hal ini adalah fondasi dari kinerja mereka. Dengan bekerja secara benar sebagai anggota parlemen atau parpol, akan membuat kepercayaan rakyat akan tumbuh. Bagaimana seorang anggota parlemen berkoar-koar ingin memperbaiki kondisi bangsa tanpa ada kepercayaan dari rakyat? Bagaimana anggota parlemen bisa membantu membuat aturan bangsa jika rakyat tidak memercayainya?
Parpol sebagai salah satu kawah candradimuka yang melahirkan kader harus memikul tanggung jawab ini. Rendahnya tingkat kepercayaan rakyat terhadap parlemen berkorelasi positif dengan kepercayaan terhadap parpol. Artinya, jika parpol bisa melahirkan kader-kader yang berkualitas atau memiliki kapabilitas maka kepercayaan ini bisa pulih. Sikap-sikap transaksional materi yang acap kali menjadi isu utama perlu dihilangkan.
Memang, terjun ke politik butuh ongkos, namun ketika duduk sebagai pejabat politik bukan sekadar mengembalikan ongkos politik tersebut. Tentu kita berharap, anggota parlemen terpilih periode 2019-2024 menyadari tantangan mendasar ini. Inilah tantangan yang lebih konkret yang semestinya dikedepankan oleh calon-calon wakil rakyat. Dalam berkampanye, sebaiknya itulah yang dikedepankan.
Bagi para pendaftar wakil rakyat (individu) dan parpol (organisasi) tentu harus paham tentang tantangan yang dihadapi jika menjadi anggota parlemen. Cukup banyak dan pelik tentunya jika tantangan ini kita sebutkan untuk memperbaiki bangsa. Untuk mewujudkan ini butuh kapabilitas dan kerja sama antarlembaga. Satu tantangan yang mestinya benar-benar harus dicamkan oleh para pendaftar adalah tentang kepercayaan publik tentang anggota parlemen atau wakil rakyat. Beberapa lembaga survei menyebutkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap parlemen sangat rendah. Begitu juga dengan kepercayaan terhadap parpol. Setali tiga uang.
Jarang terlihat bekerja sebagai wakil rakyat, pendapat mereka lebih banyak mewakili parpol dibandingkan bangsa, atau bahkan terjerat kasus korupsi, merupakan hal-hal yang membuat jarak antara rakyat dan parlemen serta parpol semakin jauh. Inilah yang mengkhawatirkan. Para pendaftar calon anggota parlemen harus memahami ini terlebih dulu. Mengembalikan kepercayaan rakyat adalah tugas yang sangat berat dan besar. Bagaimana bisa disebut wakil rakyat jika rakyat merasa tidak percaya? Apakah masih layak disebut wakil rakyat? Tentu tidak.
Pasti dari ribuan yang mendaftar akan ada yang ingin mengubah pandangan di atas. Namun, diyakini pula bahwa menjadi wakil rakyat hanya sebuah eksistensi sosial untuk menaikkan derajat sosial atau bahkan sekadar karena menjadi wakil rakyat bisa menambah pendapatan mereka. Jika sekadar itu yang terjadi, kepercayaan rakyat terhadap parlemen atau parpol tidak akan pulih atau malah semakin turun. Apalagi, beberapa parpol dalam mengusung jagonya hanya mengandalkan popularitas seseorang tanpa menengok kapabilitas. Popularitas adalah hal yang penting, namun kapabilitas menjadi lebih penting jika tantangannya adalah mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap parlemen atau parpol.
Kenapa persoalan kepercayaan rakyat ini lebih penting dari tantangan yang lain, karena hal ini adalah fondasi dari kinerja mereka. Dengan bekerja secara benar sebagai anggota parlemen atau parpol, akan membuat kepercayaan rakyat akan tumbuh. Bagaimana seorang anggota parlemen berkoar-koar ingin memperbaiki kondisi bangsa tanpa ada kepercayaan dari rakyat? Bagaimana anggota parlemen bisa membantu membuat aturan bangsa jika rakyat tidak memercayainya?
Parpol sebagai salah satu kawah candradimuka yang melahirkan kader harus memikul tanggung jawab ini. Rendahnya tingkat kepercayaan rakyat terhadap parlemen berkorelasi positif dengan kepercayaan terhadap parpol. Artinya, jika parpol bisa melahirkan kader-kader yang berkualitas atau memiliki kapabilitas maka kepercayaan ini bisa pulih. Sikap-sikap transaksional materi yang acap kali menjadi isu utama perlu dihilangkan.
Memang, terjun ke politik butuh ongkos, namun ketika duduk sebagai pejabat politik bukan sekadar mengembalikan ongkos politik tersebut. Tentu kita berharap, anggota parlemen terpilih periode 2019-2024 menyadari tantangan mendasar ini. Inilah tantangan yang lebih konkret yang semestinya dikedepankan oleh calon-calon wakil rakyat. Dalam berkampanye, sebaiknya itulah yang dikedepankan.
(pur)