Mahasiswa Berperan Penting dalam Meningkatkan Daya Saing Desa
A
A
A
MATARAM - Lebih dari 2.000 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Nusa Tenggara Barat (NTB) memadati Convention Hall Lombok Raya Hotel, Mataram, NTB, Sabtu (7/7/2019). Mereka hadir untuk mengikuti Dialog Nasional Indonesia Maju bersama Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Menteri Sosial Idrus Marham.
Tak hanya berdialog, tiga menteri ini juga membagi-bagikan sejumlah laptop dan puluhan tabungan berisi jutaan rupiah kepada puluhan mahasiswa yang hadir.
Dalam dialog tersebut, Menteri Eko mengingatkan peran mahasiswa dalam membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di desa. Partisipasi mahasiswa dapat dilakukan melalui kuliah kerja nyata (KKN) tematik.
"Partisipasi dari mahasiswa ini penting sekali untuk melakukan KKN. Benevit-nya apa dari KKN, kalian (mahasiswa) bisa melihat potensi yang sangat besar di Indonesia," katanya.
Ia berharap, dalam KKN tematik tersebut para mahasiswa dapat menyalurkan pengetahuan kepada masyarakat desa dengan melakukan berbagai pendampingan. Menurutnya, kontribusi tersebut sangat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di desa.
Menteri Eko mengakui, masih banyak masyarakat di desa yang membutuhkan berbagai pendampingan seperti dalam memanajemen Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Program-program di desa hanya akan berhasil kalau kita lakukan pendampingan. Kalau melakukan pelatihan biayanya akan sangat mahal," ujarnya.
Pendampingan untuk peningkatan SDM di desa sangat penting untuk membantu mengatasi kesenjangan. Sebab semakin meningkatnya kesenjangan kaya dan miskin, akan berpotensi besar menimbulkan gejolak sosial.
"Pertumbuhan ekonomi yang pesat tanpa mengurangi kemiskinan akan menimbulkan gejolak sosial. Ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dengan pengurangan gap antara yang kaya dan miskin," jelasnya.
Terkait pertumbuhan ekonomi, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Indonesia sebagai negara besar harus bergerak cepat demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, persaingan bukan persoalan besar atau kecilnya sebuah negara, namun lebih pada persoalan siapa cepat memakan yang lambat.
"Indonesia sekarang tumbuh tiga kali lipat dibandingkan dengan dunia. Pariwisata Indonesia tumbuh 22%," ujarnya.
Tak hanya berdialog, tiga menteri ini juga membagi-bagikan sejumlah laptop dan puluhan tabungan berisi jutaan rupiah kepada puluhan mahasiswa yang hadir.
Dalam dialog tersebut, Menteri Eko mengingatkan peran mahasiswa dalam membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di desa. Partisipasi mahasiswa dapat dilakukan melalui kuliah kerja nyata (KKN) tematik.
"Partisipasi dari mahasiswa ini penting sekali untuk melakukan KKN. Benevit-nya apa dari KKN, kalian (mahasiswa) bisa melihat potensi yang sangat besar di Indonesia," katanya.
Ia berharap, dalam KKN tematik tersebut para mahasiswa dapat menyalurkan pengetahuan kepada masyarakat desa dengan melakukan berbagai pendampingan. Menurutnya, kontribusi tersebut sangat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di desa.
Menteri Eko mengakui, masih banyak masyarakat di desa yang membutuhkan berbagai pendampingan seperti dalam memanajemen Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Program-program di desa hanya akan berhasil kalau kita lakukan pendampingan. Kalau melakukan pelatihan biayanya akan sangat mahal," ujarnya.
Pendampingan untuk peningkatan SDM di desa sangat penting untuk membantu mengatasi kesenjangan. Sebab semakin meningkatnya kesenjangan kaya dan miskin, akan berpotensi besar menimbulkan gejolak sosial.
"Pertumbuhan ekonomi yang pesat tanpa mengurangi kemiskinan akan menimbulkan gejolak sosial. Ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dengan pengurangan gap antara yang kaya dan miskin," jelasnya.
Terkait pertumbuhan ekonomi, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Indonesia sebagai negara besar harus bergerak cepat demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, persaingan bukan persoalan besar atau kecilnya sebuah negara, namun lebih pada persoalan siapa cepat memakan yang lambat.
"Indonesia sekarang tumbuh tiga kali lipat dibandingkan dengan dunia. Pariwisata Indonesia tumbuh 22%," ujarnya.
(poe)