KH Ma'ruf Amin Tegaskan Pancasila Final dan Kesepakatan Bangsa
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma'ruf Amin, hadir menjadi pembicara dalam forum group discussion (FGD) yang membahas nilai kebangsaan untuk mencegah penyebaran radikalisme, prokekerasan dan intoleransi yang digelar DPP PDI Perjuangan.
KH Ma'ruf hadir dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum MUI sekaligus Rais Aam PBNU. Sebagai pimpinan MUI dan warga Nahdliyin, Maruf mengaku 'berkwajiban' hadir untuk melayani umat.
"Kebetulan saya sebagai Rois Aam kan, warga nahdliyin ada di mana-mana, termasuk di PDIP," ujar Ma'ruf di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Jumat (27/4/2018).
Ma'ruf mengaku bersedia hadir karena tema yang diangkat oleh PDIP dalam diskusi itu berkenaan dengan penguatan kebangsaan dan menangkal radikalisme dan terorisme.
Menurutnya, tema tersebut sejalan dengan yang diperjuangkan MUI dan NU sampai saat ini. Selain itu, kehadirannya di diskusi itu karena ia melihat masih ada kelompok tertentu yang belum mempunyai komitmen kebangsaan.
Baginya, Pancasila dan UUD 1945 sudah final dan merupakan kesepakatan (konsensus) bangsa yang harus dihormati. Menurut Ma'ruf, sebagai jembatan atau titik temu antar golongan, maka Pancasila dia namakan sebagai Kalimatu Sawa, di mana piagam Jakarta kemudian dijadikan mukadimah dalam UUD I945.
"(Pancasila) itu sudah selesai (disepakati) oleh para pendiri bangsa itu," ungkapnya.
Karenanya, Ma'ruf berharap semua elemen bangsa termasuk umat Islam menganggap Pancasila sebagai komitmen kebangsaan yang sudah final dan mengikat kepada seluruh masyarakat Indonesia.
"Bagi mereka yang belum punya komitmen kebangsaan berarti ada misspersepsi. Mispersepsi tentang kebangsaan atau keislaman. Padahal islam dan kebangsaan ini sudah diselesaikan," pungkasnya.
KH Ma'ruf hadir dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum MUI sekaligus Rais Aam PBNU. Sebagai pimpinan MUI dan warga Nahdliyin, Maruf mengaku 'berkwajiban' hadir untuk melayani umat.
"Kebetulan saya sebagai Rois Aam kan, warga nahdliyin ada di mana-mana, termasuk di PDIP," ujar Ma'ruf di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Jumat (27/4/2018).
Ma'ruf mengaku bersedia hadir karena tema yang diangkat oleh PDIP dalam diskusi itu berkenaan dengan penguatan kebangsaan dan menangkal radikalisme dan terorisme.
Menurutnya, tema tersebut sejalan dengan yang diperjuangkan MUI dan NU sampai saat ini. Selain itu, kehadirannya di diskusi itu karena ia melihat masih ada kelompok tertentu yang belum mempunyai komitmen kebangsaan.
Baginya, Pancasila dan UUD 1945 sudah final dan merupakan kesepakatan (konsensus) bangsa yang harus dihormati. Menurut Ma'ruf, sebagai jembatan atau titik temu antar golongan, maka Pancasila dia namakan sebagai Kalimatu Sawa, di mana piagam Jakarta kemudian dijadikan mukadimah dalam UUD I945.
"(Pancasila) itu sudah selesai (disepakati) oleh para pendiri bangsa itu," ungkapnya.
Karenanya, Ma'ruf berharap semua elemen bangsa termasuk umat Islam menganggap Pancasila sebagai komitmen kebangsaan yang sudah final dan mengikat kepada seluruh masyarakat Indonesia.
"Bagi mereka yang belum punya komitmen kebangsaan berarti ada misspersepsi. Mispersepsi tentang kebangsaan atau keislaman. Padahal islam dan kebangsaan ini sudah diselesaikan," pungkasnya.
(maf)