R80 dan Mimpi Besar Indonesia
A
A
A
Mimpi Indonesia untuk menjadi salah satu negara produsen pesawat terbang yang diperhitungkan dunia tak lama lagi bakal terwujud. Jalan untuk mewujudkan mimpi tersebut kini tengah diretas melalui pembuatan pesawat R80.
Pesawat karya anak bangsa ini kini sedang dalam tahap pengembangan desain dan rencananya pada tahun ini, atau selambatnya tahun depan, sudah memasuki tahap pembuatan purwarupa.
Pabrik pesawat ini nantinya akan didirikan di kawasan Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. Adapun total biaya pembuatan purwarupa pesawat ini mencapai Rp200 miliar. Keseluruhan biaya pengembangan usaha proyek R80 mencapai Rp20 triliun.
Jika semua berjalan lancar, pembuatan pesawat yang diarsiteki oleh BJ Habibie, disponsori oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI), serta dikerjakan oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) ini diproyeksikan mulai terbang pada 2022.
RAI adalah perusahaan yang bergerak di bidang perancangan, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang. Pendirinya adalah Presiden Ketiga RI BJ Habibie yang juga ahli kedirgantaraan dunia bersama putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie.
Ilham Habibie yang menjabat komisaris PT RAI punya keyakinan kuat proyek yang diharapkan jadi momentum kebangkitan dunia kedirgantaraan Indonesia tersebut akan berjalan sesuai yang diharapkan. Apalagi, Indonesia bisa dibilang tidak ada pesaing dalam memproduksi pesawat jenis ini.
Sejauh ini respons terhadap R80 dinilai memang cukup baik. Antusiasme atas proyek ini salah satunya datang dari maskapai Tanah Air. Saat ini sudah ada empat maskapai dalam negeri yang menyatakan siap membeli pesawat berpenumpang 80 orang tersebut.
Sejauh ini pemesanan R80 yang disiapkan menerbangi rute perintis sudah mencapai 155 unit. Empat maskapai domestik yang memesan tersebut, yakni NAM Air, Aviastar, Kalstar, dan Trigana. Empat maskapai tersebut bahkan sudah menandatangani perjanjian kerja sama melalui sebuah letter of intent saat R80 masih dalam tahap pengembangan desain.
Namun, tentu bukan hanya maskapai dalam negeri yang menjadi target pasar pesawat yang menggunakan baling-baling ini. Ilham Habibie mengakui, selain pasar Indonesia, R80 juga akan merambah negara-negara ASEAN yang memerlukan wahana transportasi udara jarak pendek antara lain Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Selain itu, dalam jangka panjang R80 juga menargetkan pasar negara Afrika dan negara Amerika Latin.
Indonesia sebenarnya pernah membangun mimpi yang sama pada dekade 90-an silam. Saat itu melalui PTDI Indonesia tengah mengembangkan pesawat N250. Namun, mimpi Indonesia untuk menjadi salah satu negara terdepan dalam produksi pesawat terbang kandas.
Meski pesawat karya anak negeri ini sempat diterbangkan, produksinya harus terhenti akibat badai krisis yang melanda Indonesia pada akhir 90-an. Setelah puluhan tahun menunggu, pada Juni 2017 program R80 akhirnya mendapatkan dukungan pemerintah dan dinyatakan sebagai Program Strategis Nasional.
Mengingat proyek ini akan menjadi kebanggaan bangsa, sudah selayaknya mendapat dukungan berbagai pihak. Masyarakat Tanah Air beberapa waktu lalu sudah menunjukkan dukungannya dengan cara memberikan donasi melalui kitabisa.com. Dana hasil patungan masyarakat yang terhimpun secara online ini mencapai Rp9 miliar.
Lebih 20.000 orang ikut mendukung penggalangan dana ini. Namun, jumlah tersebut tentu tidak seberapa dibandingkan biaya pembuatan purwarupa satu pesawat yang mencapai Rp200 miliar, apalagi kebutuhan total pengembangan proyek ini yang ditaksir mencapai Rp20 triliun.
Namun, seperti kata BJ Habibie, sebaiknya bukan nilai uang yang dilihat, melainkan rasa cinta masyarakat kepada Ibu Pertiwi. Dan, tampaknya memang dorongan masyarakat untuk berdonasi tersebut semata dilandasi kerinduan ingin melihat teknologi dirgantara Indonesia bangkit kembali.
Proyek ini tentu tidak cukup dengan hanya mengandalkan gerakan patungan masyarakat atau crowfunding. Dana yang dibutuhkan sedang digalang baik secara langsung melalui investment bankers.
Dukungan pemerintah dalam hal ini Bappenas dalam membantu mencarikan sumber pendanaan juga sangat ditunggu. Jika semua komponen anak bangsa terlibat bahu-membahu, mimpi untuk menyaksikan R80 mengangkasa di langit Nusantara, bahkan dunia, bisa segera terwujud.
Pesawat karya anak bangsa ini kini sedang dalam tahap pengembangan desain dan rencananya pada tahun ini, atau selambatnya tahun depan, sudah memasuki tahap pembuatan purwarupa.
Pabrik pesawat ini nantinya akan didirikan di kawasan Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. Adapun total biaya pembuatan purwarupa pesawat ini mencapai Rp200 miliar. Keseluruhan biaya pengembangan usaha proyek R80 mencapai Rp20 triliun.
Jika semua berjalan lancar, pembuatan pesawat yang diarsiteki oleh BJ Habibie, disponsori oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI), serta dikerjakan oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) ini diproyeksikan mulai terbang pada 2022.
RAI adalah perusahaan yang bergerak di bidang perancangan, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang. Pendirinya adalah Presiden Ketiga RI BJ Habibie yang juga ahli kedirgantaraan dunia bersama putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie.
Ilham Habibie yang menjabat komisaris PT RAI punya keyakinan kuat proyek yang diharapkan jadi momentum kebangkitan dunia kedirgantaraan Indonesia tersebut akan berjalan sesuai yang diharapkan. Apalagi, Indonesia bisa dibilang tidak ada pesaing dalam memproduksi pesawat jenis ini.
Sejauh ini respons terhadap R80 dinilai memang cukup baik. Antusiasme atas proyek ini salah satunya datang dari maskapai Tanah Air. Saat ini sudah ada empat maskapai dalam negeri yang menyatakan siap membeli pesawat berpenumpang 80 orang tersebut.
Sejauh ini pemesanan R80 yang disiapkan menerbangi rute perintis sudah mencapai 155 unit. Empat maskapai domestik yang memesan tersebut, yakni NAM Air, Aviastar, Kalstar, dan Trigana. Empat maskapai tersebut bahkan sudah menandatangani perjanjian kerja sama melalui sebuah letter of intent saat R80 masih dalam tahap pengembangan desain.
Namun, tentu bukan hanya maskapai dalam negeri yang menjadi target pasar pesawat yang menggunakan baling-baling ini. Ilham Habibie mengakui, selain pasar Indonesia, R80 juga akan merambah negara-negara ASEAN yang memerlukan wahana transportasi udara jarak pendek antara lain Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Selain itu, dalam jangka panjang R80 juga menargetkan pasar negara Afrika dan negara Amerika Latin.
Indonesia sebenarnya pernah membangun mimpi yang sama pada dekade 90-an silam. Saat itu melalui PTDI Indonesia tengah mengembangkan pesawat N250. Namun, mimpi Indonesia untuk menjadi salah satu negara terdepan dalam produksi pesawat terbang kandas.
Meski pesawat karya anak negeri ini sempat diterbangkan, produksinya harus terhenti akibat badai krisis yang melanda Indonesia pada akhir 90-an. Setelah puluhan tahun menunggu, pada Juni 2017 program R80 akhirnya mendapatkan dukungan pemerintah dan dinyatakan sebagai Program Strategis Nasional.
Mengingat proyek ini akan menjadi kebanggaan bangsa, sudah selayaknya mendapat dukungan berbagai pihak. Masyarakat Tanah Air beberapa waktu lalu sudah menunjukkan dukungannya dengan cara memberikan donasi melalui kitabisa.com. Dana hasil patungan masyarakat yang terhimpun secara online ini mencapai Rp9 miliar.
Lebih 20.000 orang ikut mendukung penggalangan dana ini. Namun, jumlah tersebut tentu tidak seberapa dibandingkan biaya pembuatan purwarupa satu pesawat yang mencapai Rp200 miliar, apalagi kebutuhan total pengembangan proyek ini yang ditaksir mencapai Rp20 triliun.
Namun, seperti kata BJ Habibie, sebaiknya bukan nilai uang yang dilihat, melainkan rasa cinta masyarakat kepada Ibu Pertiwi. Dan, tampaknya memang dorongan masyarakat untuk berdonasi tersebut semata dilandasi kerinduan ingin melihat teknologi dirgantara Indonesia bangkit kembali.
Proyek ini tentu tidak cukup dengan hanya mengandalkan gerakan patungan masyarakat atau crowfunding. Dana yang dibutuhkan sedang digalang baik secara langsung melalui investment bankers.
Dukungan pemerintah dalam hal ini Bappenas dalam membantu mencarikan sumber pendanaan juga sangat ditunggu. Jika semua komponen anak bangsa terlibat bahu-membahu, mimpi untuk menyaksikan R80 mengangkasa di langit Nusantara, bahkan dunia, bisa segera terwujud.
(maf)