Prabowo dan PKS diminta Realistis Racik Strategi Pilpres
A
A
A
JAKARTA - Prabowo Subianto dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diminta berpikir realistis dalam meracik pasangan calon pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan, berpikir realistis dibutuhkan dalam mengukur sembilan calon wakil presiden yang diajukan PKS kepada Prabowo. (Baca juga: Sohibul Ungkap Syarat Koalisi Gerindra-PKS di Pilpres )
Adi menilai, sembilan nama cawapres PKS tidak dapat mendongkrak keterpilihan Prabowo di Pilpres 2019.
"Memang harus ada kompromi antara Prabowo dan PKS. Di tengah dilema itu harus dicari kemungkinan-kemungkinan karena ini tujuannya untuk menang," kata Adi kepada SINDOnews, Selasa (17/4/2018). (Baca juga: Gerindra Curiga Isu Prabowo Beri 'Tiket' Nyapres ke Gatot Settingan )
Dalam kondisi ini, kata dia, Prabowo juga mengalami dilema. Pasalnya, kata Adi, pencapresan mantan Komandan Jenderal Kopassus itu sangat tergantung dengan dukungan PKS.
"Harus ada ego yang diturunkan. Bahwa PKS menjadi penentu iya, tapi calon wakil yang dia sodorkan tidak memiliki elektabilitas signifikan, ya pertarungan selesai. Apalagi Jokowi sudah mengantongi dukungan yang tak bisa dibendung," kata Adi.
Adi lantas menyodorkan skenario lain yang bisa ditempuh PKS dan Prabowo. PKS disarankan mengajukan cawapres yang memiliki elektabilitas tinggi atau elektabilitasnya bisa dimodifikasi untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo.
Adi menilai, skenario itu bakal diamini PKS. Pasalnya, sejumlah elite PKS telah memberikan sinyal adanya nama cawapres lain yang bisa diusung partai pimpinan Sohibul Iman tersebut.
"Beberapa elite PKS menyebut beberapa nama lain selain calon dari PKS. Ada Gatot, Anies dan Tuan Guru Bajang," ucap Adi.
Adi memberi catatan, skenario alternatif tersebut harus segera dinegosiasikan oleh Prabowo dan PKS, mengingat tenggat masa pendaftaran pasangan capres dan cawapres sudah semakin dekat.
"Ini yang harus segera dieksekusi di tengah dilema-dilema yang terjadi tentang siapa yang akan dampingi Prabowo. Apalagi banyak elite PKS seperti Mardani bilang kemungkinan PKS berlabuh ke partai lain masih cukup terbuka. Itu statement sehari dua hari ini, bukan tahun kemarin. Artinya ini cukup dinamis," ucap Adi.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan, berpikir realistis dibutuhkan dalam mengukur sembilan calon wakil presiden yang diajukan PKS kepada Prabowo. (Baca juga: Sohibul Ungkap Syarat Koalisi Gerindra-PKS di Pilpres )
Adi menilai, sembilan nama cawapres PKS tidak dapat mendongkrak keterpilihan Prabowo di Pilpres 2019.
"Memang harus ada kompromi antara Prabowo dan PKS. Di tengah dilema itu harus dicari kemungkinan-kemungkinan karena ini tujuannya untuk menang," kata Adi kepada SINDOnews, Selasa (17/4/2018). (Baca juga: Gerindra Curiga Isu Prabowo Beri 'Tiket' Nyapres ke Gatot Settingan )
Dalam kondisi ini, kata dia, Prabowo juga mengalami dilema. Pasalnya, kata Adi, pencapresan mantan Komandan Jenderal Kopassus itu sangat tergantung dengan dukungan PKS.
"Harus ada ego yang diturunkan. Bahwa PKS menjadi penentu iya, tapi calon wakil yang dia sodorkan tidak memiliki elektabilitas signifikan, ya pertarungan selesai. Apalagi Jokowi sudah mengantongi dukungan yang tak bisa dibendung," kata Adi.
Adi lantas menyodorkan skenario lain yang bisa ditempuh PKS dan Prabowo. PKS disarankan mengajukan cawapres yang memiliki elektabilitas tinggi atau elektabilitasnya bisa dimodifikasi untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo.
Adi menilai, skenario itu bakal diamini PKS. Pasalnya, sejumlah elite PKS telah memberikan sinyal adanya nama cawapres lain yang bisa diusung partai pimpinan Sohibul Iman tersebut.
"Beberapa elite PKS menyebut beberapa nama lain selain calon dari PKS. Ada Gatot, Anies dan Tuan Guru Bajang," ucap Adi.
Adi memberi catatan, skenario alternatif tersebut harus segera dinegosiasikan oleh Prabowo dan PKS, mengingat tenggat masa pendaftaran pasangan capres dan cawapres sudah semakin dekat.
"Ini yang harus segera dieksekusi di tengah dilema-dilema yang terjadi tentang siapa yang akan dampingi Prabowo. Apalagi banyak elite PKS seperti Mardani bilang kemungkinan PKS berlabuh ke partai lain masih cukup terbuka. Itu statement sehari dua hari ini, bukan tahun kemarin. Artinya ini cukup dinamis," ucap Adi.
(dam)