Pilih Cawapres, Jokowi Disarankan Pertimbangkan Arus Populisme Islam

Rabu, 11 April 2018 - 14:57 WIB
Pilih Cawapres, Jokowi...
Pilih Cawapres, Jokowi Disarankan Pertimbangkan Arus Populisme Islam
A A A
JAKARTA - Isu populisme Islam menjadi salah satu arus dominan yang membentuk prilaku pemilih menjelang Pemilu 2019.

Dalam sejarah pilpres pascareformasi, dinilai baru kali ini polarisasi berbasis populisme Islam terbentuk."Perlahan tapi pasti populisme Islam ini terbentuk oleh arus gerakan 212," kata pengamat politik Lembaga Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Rabu (11/4/2018).

Rico mengatakan, survei yang dilakukan Median dapat mengenali kuatnya gelombang populisme Islam 212 dengan menguji beberapa pertanyaan.

Menurut dia, saat responden ditanya apakah mereka simpati atau tidak, atau suka atau tidak dengan Gerakan 212 yang masih eksis hingga saat ini, sebanyak 42,5% responden menyatakan suka/simpati dengan gerakan 212, dan yang tidak suka hanya 24% responden. Sementara sisanya 33,5% responden menjawab tidak tahu.

"Artinya populisme Islam sangat kuat mendekati separuh. Sayangnya kelompok pemilih inilah yang belum berhasil ditaklukkan oleh Jokowi," ujar Rico.

Rico menilai, pidato Jokowi beberapa hari lalu yang berapi-api mengklarifikasi beberapa masalah mulai dari PKI, pembangunan infrastruktur dan hutang, tidak menjawab problem populisme Islam yang mengganjal Jokowi. Hal itu terjadi karena problem populisme Islam tidak bisa dijawab dengab retorika.

Dalam konteks seperti itu, Jokowi dinilai memerlukan figur dan partai politik yang bisa diterima oleh arus populisme Islam untuk menjadi partner Jokowi menghadapi Pilpres 2019.

Sementara dalam perspektif ini, partai nasionalis yang bisa dipersepsikan cenderung sekuler seperti PDIP, Golkar, Hanura dan Nasdem dinilai sulit diterima oleh arus populisme Islam.

Rico mengatakan, ada dua partai nasionalis Islam dalam koalisi Jokowi, yaitu PPP dan PKB. Sayangnya, menurut survei Median, basis pemilih M Romahurmuziy dan PPP yang mau memilih Jokowi hanya 12.9%, sementara sisanya memilih capres yang lain.

Sementara itu, lanjut Rico, hasil survei Median menunjukkan tingkat kesukaan terhadap Cak Imin dan PKB dari responden yang simpati terhadap gerakan 212 skitar 53%.

Namun demikian, upaya menyandingkan Cak Imin dengan Jokowi tentu semua akan sangat tergantung dari dinamika partai pendukung Jokowi.

"Mayoritas pemilih PKB hampir separuh mau memilih Jokowi, sehingga basisnya lebih solid. Artinya bila serius Cak Imin dan PKB bisa bekerja untuk mengambil simpati pemilih ini dan menambah suara Jokowi," kata Rico.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6446 seconds (0.1#10.140)