Belajar dari Facebook

Rabu, 11 April 2018 - 06:21 WIB
Belajar dari Facebook
Belajar dari Facebook
A A A
Facebook belum bisa keluar dari krisis. Satu lagi perusahaan analisis data diduga menyalahgunakan in­formasi pribadi pengguna Facebook. Jumlah korban pelanggaran data privasi jauh lebih besar dari 87 juta akun. Sistem keamanan dari Facebook diper­ta­nyakan atas kasus ini. Sistem keamanan Facebook ternyata masih bisa dibobol pihak luar alias masih menyisakan lubang. Privasi pengguna semestinya menjadi perhatian khusus dari perusahaan sebesar Facebook. Tentu ini akan berdampak pada para pengguna Face­book. Mereka akan ragu ketika mengakses Facebook.

Ini tentu menjadi pelajaran bagi masyarakat pengguna internet (warganet) khususnya media sosial. Di era digital dengan ditandai kehadiran internet, dunia semakin terbuka. Ruang dan waktu yang dulu menjadi sekat, sekarang sudah hilang. Semua serbaterbuka. Terjadi transparansi yang luar biasa. Masyarakat bisa mengakses dengan mudah dan cepat informasi dari pelosok mana pun.

Begitu juga dengan data. Informasi dan data tanpa privasi karena mudah diakses semua orang pengguna internet. Ini yang membuat nuansa egalitarian pada era saat ini sangat terasa. Semua warganet mempunyai hak yang sama dengan semua pihak termasuk seorang presiden atau pesohor lainnya.

Kecepatan, keterbukaan, dan egalitarian yang menjadi ciri era saat ini semestinya semakin disadari masyarakat. Ketika privasi semakin mudah diakses, masyarakat pun harus hati-hati dalam memberikan data dan informasi di dunia internet. Prinsipnya adalah, ketika masyarakat memberikan data pada dunia internet maka saat itu data bisa diakses oleh seluruh warganet. Meskipun keamanan untuk melihat data tersebut dijaga, kenyataannya masih bisa dibobol.

Fenomena peretas salah satu contohnya. Beberapa laman atau situs sebuah institusi berhasil dibobol dan ribuan data bisa diretas. Semua pihak harus menyadari tentang era digital yang terbuka saat ini. Ini adalah kelemahan dari era digital sehingga semua per­usahaan terutama yang bergerak di bidang informasi teknologi, mencoba menutupi kelemahan dengan memberikan sistem pengamanan yang ketat.

Membuat sistem keamanan yang kuat akan menjadi salah satu pekerjaan utama agar mampu menarik masyarakat. Ben­teng yang kuat untuk melindungi pengguna atau klien akan dilakukan. Ini akan menjadi musibah ketika berhasil dibobol. Nah, inilah yang terjadi pada Facebook saat ini. Sebuah per­usahaan media sosial (informasi teknologi) dunia dan yang ter­besar, masih bisa dibobol. Ini pun memunculkan keraguan se­mua pihak terutama pengguna Facebook dalam upaya meng­amankan privasi pengguna.

Kasus Facebook bisa menjadi pelajaran kita semua, baik masyarakat (warganet) dan perusahaan yang bergerak di digital. Ini menjadi penting karena sekarang dan beberapa tahun ke depan, era digital akan semakin memengaruhi kehidupan kita. Terlepas dari kelemahan di era ini, namun masih banyak kelebihan yang berguna bagi dunia ini. Artinya, yang harus kita lakukan adalah menutupi kelemahan tersebut. Masyarakat internet dan perusahaan terkait harus semakin sadar, bahwa keamanan menjadi hal yang sangat penting untuk terus menerus diper­hatikan.

Sekali lagi, kasus bocornya Facebook harus menjadikan masyarakat semakin sadar tentang privasinya masing-masing. Masyarakat harus semakin berhati-hati dalam mengunggah data pribadi atau data lainnya untuk menghindari terakses pihak lain. Masyarakat harus semakin sadar, bahwa era digital adalah era keterbukaan dan kecepatan. Keterbukaan membuat kita semakin terlihat pihak luar sehingga harga privasi menjadi turun. Ke­cepatan membuat sebuah kualitas semakin rendah karena hanya sekadar mengejar kuantitas.

Dengan menyadari hal tersebut, pihak lain akan semakin sulit melihat privasi kita. Dengan menyadari ciri era digital, kita akan semakin hati-hati dalam menyebarkan informasi sehingga hoax atau fake news bisa dikurangi atau bahkan hilang.

Inilah tantangan di era digital saat ini, yaitu bagaimana membentengi privasi dan kualitas informasi maupun data. Ini harus menjadi kesadaran semua pihak. Tidak hanya dilakukan oleh perusahaan teknologi informasi, tetapi juga masyarakat internet.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7601 seconds (0.1#10.140)