PDIP Tegaskan Tak Ada Dikotomi Islam dan Nasionalisme
A
A
A
JAKARTA - Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, pertemuan PDIP dan PKB yang dikomandoi Ketua Umum, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin membicarakan bagaimana gagasan para tokoh Islam dalam hal ini kalangan NU dan nasionalis bisa hidup berdampingan.
"Tidak ada dikotomi antara Islam dan nasionalisme, nasionalisme dan islam. Di situlah kami (PDIP dan PKB) berbicara," tutur Hasto di Kantor DPP PKB, Selasa (10/4/2018).
Hasto mengatakan, dalam kontek perpolitikan hari ini, harmonisasi nasionalis dan Islam masih terus berlangsung. Ini tercermin dari kerja sama yang dilakukan PDIP dan PKB untuk memperkuat sistem presidensial.
Untuk itu kata Hasto, kerja sama akan terus dilakukan dua partai ini dalam menyusun agenda politik bersama yang sesuai dengan kultur dan kepribadian bangsa serta sistem politik yang benar-benar Pancasila.
Dia menegaskan, kesejarahan ini juga dijabarkan oleh pemerintahan Jokowi yang mengakui peran dan perjuangan santri dengan menetapkan setiap tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
"Termasuk keserajarahan ketika bung Karno menyampaikan pidato 1 Juni 1945 yang kemudian ditetapkan menjadi hari lahirnya pancasila," jelasnya.
Sementara Wakil Bendahara Umum (Wabendum) PDIP, Juliari P Batubara mengatakan, ideologi nasionalis dan islam tak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa Indonesia. Perjuangan dari dua kelompok ideologi inilah maka bangsa Indonesia bisa merdeka saat ini.
"Kedekatan historis nasionalis dan islam sudah terjalin sejak sebelum bangsa ini merdeka. Karena itu saat ini tidak boleh ada perbedaan antara nasionalis dan Islam," ujarnya.
Anggota DPR dari Dapil I Jawa Tengah ini menambahkan baik nasionalis dan Islam harus bahu membahu bekerja sama membangun Indonesia. Tanpa ada kerja sama yang baik antara nasionalis dan islam akan sulit terwujud Indonesia yang bisa bersaing dengan negara lain.
"Sudah saatnya nasionalis dan Islam bekerja sama seperti yang sudah ditunjukkan PDI Perjuangan dan PKB dengan mendukung penuh pemerintahan Jokowi-JK," ungkap pria yang disapa Ari ini.
"Tidak ada dikotomi antara Islam dan nasionalisme, nasionalisme dan islam. Di situlah kami (PDIP dan PKB) berbicara," tutur Hasto di Kantor DPP PKB, Selasa (10/4/2018).
Hasto mengatakan, dalam kontek perpolitikan hari ini, harmonisasi nasionalis dan Islam masih terus berlangsung. Ini tercermin dari kerja sama yang dilakukan PDIP dan PKB untuk memperkuat sistem presidensial.
Untuk itu kata Hasto, kerja sama akan terus dilakukan dua partai ini dalam menyusun agenda politik bersama yang sesuai dengan kultur dan kepribadian bangsa serta sistem politik yang benar-benar Pancasila.
Dia menegaskan, kesejarahan ini juga dijabarkan oleh pemerintahan Jokowi yang mengakui peran dan perjuangan santri dengan menetapkan setiap tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
"Termasuk keserajarahan ketika bung Karno menyampaikan pidato 1 Juni 1945 yang kemudian ditetapkan menjadi hari lahirnya pancasila," jelasnya.
Sementara Wakil Bendahara Umum (Wabendum) PDIP, Juliari P Batubara mengatakan, ideologi nasionalis dan islam tak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa Indonesia. Perjuangan dari dua kelompok ideologi inilah maka bangsa Indonesia bisa merdeka saat ini.
"Kedekatan historis nasionalis dan islam sudah terjalin sejak sebelum bangsa ini merdeka. Karena itu saat ini tidak boleh ada perbedaan antara nasionalis dan Islam," ujarnya.
Anggota DPR dari Dapil I Jawa Tengah ini menambahkan baik nasionalis dan Islam harus bahu membahu bekerja sama membangun Indonesia. Tanpa ada kerja sama yang baik antara nasionalis dan islam akan sulit terwujud Indonesia yang bisa bersaing dengan negara lain.
"Sudah saatnya nasionalis dan Islam bekerja sama seperti yang sudah ditunjukkan PDI Perjuangan dan PKB dengan mendukung penuh pemerintahan Jokowi-JK," ungkap pria yang disapa Ari ini.
(maf)