Kemensos Akan Tingkatkan Layanan bagi Penyandang Disabilitas
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Sosial (Kemensos) akan mengambil langkah strategis untuk memberikan perhatian lebih kepada penyandang disabilitas khususnya yang berada di bawah binaan panti dan balai di lingkungan Kemensos.
"Pembinaan, rehabilitasi medis dan pelatihan berbagai keterampilan sangat penting sebagai bekal mereka untuk dapat hidup mandiri dan mampu menjalani hidup dengan kepercayaan diri yang tinggi," kata Menteris Sosial (Mensos) Idrus Marham dalam arahannya saat mengunjungi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof dr Soeharso di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (31/3/2018) dalam siaran pers Kemensos.
Idrus mengungkapkan BBRSBD menjalankan tugas dan fungsi pelayanan dan rehabilitasi sosial, resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi penyandang disabilitas fisik agar mampu berperan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan bekal keterampilan yang cukup, lanjut dia, mereka yang telah melalui tahap pembinaan akan kembali ke masyarakat dan menjadi anak-anak yang kreatif.
"Untuk itu, saya ingin memastikan apa yang dimiliki oleh Kementerian Sosial seperti APBN bisa kita gunakan untuk meningkatkan pelayanan kita kepada mereka,” katanya.
Upaya lainnya, sambung Idrus, menjalin kerja sama kemitraan dengan stakeholder Kemensos. Misalnya untuk memberikan pelatihan keterampilan dan memberikan kesempatan kerja kepada penyandang disabilitas.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos, Edi Suharto menjelaskan cikal bakal lembaga BBRSBD adalah ketika beberapa pejuang yang cacat pada 1945 sampai 1950 datang untuk mendapatkan pertolongan.
Pada saat itu, Kemensos memberi bantuan berupa kaki palsu dan tangan palsu. Seiring perjalanan waktu, balai ini berkembang menjadi lembaga rehabilitasi sosial sehingga semakin banyak penyandang disabilitas yang mendapat bimbingan.
Kini BBRSBD telah memiliki 24.860 alumni yang tersebar di seluruh Indonesia dengan beragam profesi. Di antaranya karyawan perusahaan, pengusaha, dan atlet nasional.
Edi menjelaskan, program rehabilitasi sosial penyandang disabilitas dilakukan di dalam lembaga dan di luar lembaga.
"Awalnya per tahun rehabilitasi hanya untuk 200 orang di seluruh Indonesia. Ini dirasakan masih kurang. Kemudian kami lakukan pendekatan penjangkauan ke luar lembaga agar jumlah penerima manfaat bisa lebih banyak lagi," tuturnya.
Edi mengatakan, melalui program penjangkauan berbasis keluarga dan berbasis komunitas, tahun ini sebanyak 550 orang mendapatkan pembinaan. Dari sisi usia, penyandang disabilitas fisik ini berusia antara 17 hingga 35 tahun. Mereka belajar beragam keterampilan seperti tata rias, bordir, fotografi, menjahit, melukis dengan kulit telur, komputer, elektro reparasi sepeda motor, tata boga, dan lain-lain.
Dalam kunjungannya, Idrus meninjau tempat pelatihan fotografi, ruang fisioterapi, pembuatan kaki palsu dan ruang pembinaan lainnya.
"Pembinaan, rehabilitasi medis dan pelatihan berbagai keterampilan sangat penting sebagai bekal mereka untuk dapat hidup mandiri dan mampu menjalani hidup dengan kepercayaan diri yang tinggi," kata Menteris Sosial (Mensos) Idrus Marham dalam arahannya saat mengunjungi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof dr Soeharso di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (31/3/2018) dalam siaran pers Kemensos.
Idrus mengungkapkan BBRSBD menjalankan tugas dan fungsi pelayanan dan rehabilitasi sosial, resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi penyandang disabilitas fisik agar mampu berperan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan bekal keterampilan yang cukup, lanjut dia, mereka yang telah melalui tahap pembinaan akan kembali ke masyarakat dan menjadi anak-anak yang kreatif.
"Untuk itu, saya ingin memastikan apa yang dimiliki oleh Kementerian Sosial seperti APBN bisa kita gunakan untuk meningkatkan pelayanan kita kepada mereka,” katanya.
Upaya lainnya, sambung Idrus, menjalin kerja sama kemitraan dengan stakeholder Kemensos. Misalnya untuk memberikan pelatihan keterampilan dan memberikan kesempatan kerja kepada penyandang disabilitas.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos, Edi Suharto menjelaskan cikal bakal lembaga BBRSBD adalah ketika beberapa pejuang yang cacat pada 1945 sampai 1950 datang untuk mendapatkan pertolongan.
Pada saat itu, Kemensos memberi bantuan berupa kaki palsu dan tangan palsu. Seiring perjalanan waktu, balai ini berkembang menjadi lembaga rehabilitasi sosial sehingga semakin banyak penyandang disabilitas yang mendapat bimbingan.
Kini BBRSBD telah memiliki 24.860 alumni yang tersebar di seluruh Indonesia dengan beragam profesi. Di antaranya karyawan perusahaan, pengusaha, dan atlet nasional.
Edi menjelaskan, program rehabilitasi sosial penyandang disabilitas dilakukan di dalam lembaga dan di luar lembaga.
"Awalnya per tahun rehabilitasi hanya untuk 200 orang di seluruh Indonesia. Ini dirasakan masih kurang. Kemudian kami lakukan pendekatan penjangkauan ke luar lembaga agar jumlah penerima manfaat bisa lebih banyak lagi," tuturnya.
Edi mengatakan, melalui program penjangkauan berbasis keluarga dan berbasis komunitas, tahun ini sebanyak 550 orang mendapatkan pembinaan. Dari sisi usia, penyandang disabilitas fisik ini berusia antara 17 hingga 35 tahun. Mereka belajar beragam keterampilan seperti tata rias, bordir, fotografi, menjahit, melukis dengan kulit telur, komputer, elektro reparasi sepeda motor, tata boga, dan lain-lain.
Dalam kunjungannya, Idrus meninjau tempat pelatihan fotografi, ruang fisioterapi, pembuatan kaki palsu dan ruang pembinaan lainnya.
(dam)