TKI Dipancung, Politikus PDIP Sebut Arab Saudi Arogan
A
A
A
JAKARTA - Eksekusi mati Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Muhammad Zaini Misrin oleh Arab Saudi membuat kesal politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Arteria Dahlan.
Sebab, Zaini Misrin dipaksa mengakui dan mempertanggungjawabkan terhadap apa yang tidak ia perbuat. "Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sangat arogan, angkuh dan menihilkan serangkaian diplomasi kebangsaan," ujar Arteria Dahlan dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Selasa (20/3/2018).
Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tiga kali mengajukan permohonan pembebasan terhadap TKI asal Madura, Muhammad Zaini Misrin Arsyad, yang dihukum Pancung di Arab Saudi itu.
Jokowi bahkan pernah dua kali menyampaikan langsung ke Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud, yakni pada saat lawatan Presiden Jokowi ke Saudi Arabia bulan September 2015 dan juga saat kunjungan Raja Salman ke Indonesia pada bulan Maret 2017.
Bahkan, lanjut dia, Presiden Jokowi juga sempat mengirimkan surat ke Kerajaan Arab Saudi yang meminta hukuman mati Misrin itu ditangguhkan.
"Pihak kerajaan sangat biadab, dari awal kan sudah ada informasi pendahuluan bahwa Zaini mendapatkan tekanan dari aparat Arab Saudi untuk mengakui kasus tersebut," ujar anggota Komisi III DPR ini.
Menurut dia, persoalan Zaini Misrin itu merupakan kasus yang dipaksakan. Sebab, Zaini diposisikan sebagai pelaku kejahatan. "Teror dan tekanan terus terjadi hingga vonis mati dijatuhkan kepadanya pada 17 November 2008 lalu," ujar legislator asal daerah pemilihan Jawa Timur VI ini.
Arteria menambahkan, yang sangat menyedihkan adalah dalam menghadapi proses hukum tersebut, Zaini hanya didampingi penerjemah asal Arab Saudi. "Keadaan mana diperparah lagi dimana penerjemah tersebut juga ikut memaksanya mengakui kasus pembunuhan yang dituduhkan kepadanya," tuturnya.
Sebab, Zaini Misrin dipaksa mengakui dan mempertanggungjawabkan terhadap apa yang tidak ia perbuat. "Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sangat arogan, angkuh dan menihilkan serangkaian diplomasi kebangsaan," ujar Arteria Dahlan dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Selasa (20/3/2018).
Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tiga kali mengajukan permohonan pembebasan terhadap TKI asal Madura, Muhammad Zaini Misrin Arsyad, yang dihukum Pancung di Arab Saudi itu.
Jokowi bahkan pernah dua kali menyampaikan langsung ke Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud, yakni pada saat lawatan Presiden Jokowi ke Saudi Arabia bulan September 2015 dan juga saat kunjungan Raja Salman ke Indonesia pada bulan Maret 2017.
Bahkan, lanjut dia, Presiden Jokowi juga sempat mengirimkan surat ke Kerajaan Arab Saudi yang meminta hukuman mati Misrin itu ditangguhkan.
"Pihak kerajaan sangat biadab, dari awal kan sudah ada informasi pendahuluan bahwa Zaini mendapatkan tekanan dari aparat Arab Saudi untuk mengakui kasus tersebut," ujar anggota Komisi III DPR ini.
Menurut dia, persoalan Zaini Misrin itu merupakan kasus yang dipaksakan. Sebab, Zaini diposisikan sebagai pelaku kejahatan. "Teror dan tekanan terus terjadi hingga vonis mati dijatuhkan kepadanya pada 17 November 2008 lalu," ujar legislator asal daerah pemilihan Jawa Timur VI ini.
Arteria menambahkan, yang sangat menyedihkan adalah dalam menghadapi proses hukum tersebut, Zaini hanya didampingi penerjemah asal Arab Saudi. "Keadaan mana diperparah lagi dimana penerjemah tersebut juga ikut memaksanya mengakui kasus pembunuhan yang dituduhkan kepadanya," tuturnya.
(maf)