Menyongsong Mobil Listrik
A
A
A
ADALAH Tesla yang membuat dunia “terguncang” dengan kehadiran mobil listriknya. Wacana mobil listrik semakin mengemuka pasca Tesla Motors Inc sukses mengembangkan generasi terbaru mobil dengan baterai itu. Selain ramah lingkungan, mobil listrik dinilai cocok di tengah menipisnya energi fosil.
Tonggak kesuksesan Tesla berawal pada 2003, saat Martin Eberhard dan Marc Tarpenning mendirikan perusahaan yang memproduksi mobil listrik bermarkas di San Carlos, California, Amerika Serikat (AS). Tiga tahun setelah didirikan, Tesla menghasilkan purwarupa mobil listrik Tesla Roadster yang dijual komersial akhir 2007. Kini, pabrikan-pabrikan automotif dunia berlomba untuk menghadirkan mobil listrik.
Bahkan, pemerintah di beberapa negara juga sedang melakukan kajian serius penggunaan mobil listrik bagi masyarakatnya, termasuk Indonesia. Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki keinginan kuat untuk menggarap kembali proyek mobil listrik karya anak bangsa. Keseriusan pemerintah itu diimplementasikan dalam bentuk dukungan berupa kemudahan perizinan hingga insentif pajak.
Sejatinya, pengembangan mobil listrik bukan barang baru di Indonesia. Bahkan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bisa dibilang lebih dulu melakukan riset pengembangan mobil listrik. Sejak 1997, LIPI mengembangkan mobil listrik untuk digunakan untuk kalangan terbatas.
Mungkin karena saat itu infrastrukturnya tidak mendukung sehingga produk hasil risetnya tidak berkembang. LIPI memang berhasil membuat purwarupa mobil nasional. Pada 2001, hasil penelitian Ir Masrah mulai memperlihatkan hasilnya, dan dia berhasil membuat purwarupa mobil listrik dengan penggerak roda belakang. Pengembangan mobil listrik yang dijuluki Marlip (Marmut Listrik LIPI) itu dilakukan di Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI.
Marlip adalah cikal bakal mobil listrik. Artinya, anak bangsa di LIPI sudah bisa membuatnya. Tinggal bagaimana supaya para stakeholder duduk bersama termasuk swasta agar program mobil listrik bisa tercapai.
LIPI memang menjadi salah satu lembaga yang memiliki perhatian dan cukup aktif dalam melakukan pengembangan purwarupa mobil listrik nasional. Berbagai purwarupa telah dihasilkan meskipun belum sempat diproduksi secara massal.
Bahkan, tiga tahun silam, LIPI menggandeng Warwick University untuk melakukan kerja sama kemitraan sederajat dalam rangka pengembangan baterai mobil listrik. Pemerintah Indonesia sendiri tak mau ketinggalan start dengan negara lain.
Bahkan, Presiden Jokowi sedang menegaskan keseriusan pemerintah menyambut era kendaraan berbasis listrik. Dia belum lama mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional. Aturan itu mengamanatkan pada 2025 produksi mobil listrik/hibrida sebanyak 2.200 unit dan 2,1 juta untuk (mobil) dengan menggunakan motor listrik. Di masa depan, porsi produksi mobil listrik sudah bisa mencapai 20%.
Kini, pemerintah sedang menyiapkan draf perpres tentang pemanfaatan tenaga listrik untuk transportasi. Rancangan regulasi tersebut dibahas serius oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian. Salah satu hal yang dibahas termasuk masalah perpajakan, sebab sistem perpajakan yang berlaku saat ini membuat impor mobil listrik akan menjadi sangat mahal harganya bagi konsumen di Indonesia.
Saat ini Gaikindo bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI tengah menyelesaikan kajian terkait tarif pajak untuk kendaraan hibrida dan listrik, yang nantinya hasil kajian akan diberikan kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian sebagai rekomendasi.
Nah, sekarang mobil listrik ini mulai dilirik banyak negara. Saatnya LIPI untuk kembali menghasilkan inovasi-inovasinya. Swasta juga diharapkan ikut berkompetisi dalam mendorong lahirnya mobil listrik.
Sinergi antara pemerintah, BUMN, dan swasta diperlukan untuk mewujudkan lahirnya mobil listrik nasional yang bisa berjaya di pasar domestik dan bersaing di tingkat global. Ingat, ke depan, mobil listrik akan menjadi sarana mobilitas yang paling ramah lingkungan dan efisien di seluruh belahan dunia.
Tonggak kesuksesan Tesla berawal pada 2003, saat Martin Eberhard dan Marc Tarpenning mendirikan perusahaan yang memproduksi mobil listrik bermarkas di San Carlos, California, Amerika Serikat (AS). Tiga tahun setelah didirikan, Tesla menghasilkan purwarupa mobil listrik Tesla Roadster yang dijual komersial akhir 2007. Kini, pabrikan-pabrikan automotif dunia berlomba untuk menghadirkan mobil listrik.
Bahkan, pemerintah di beberapa negara juga sedang melakukan kajian serius penggunaan mobil listrik bagi masyarakatnya, termasuk Indonesia. Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki keinginan kuat untuk menggarap kembali proyek mobil listrik karya anak bangsa. Keseriusan pemerintah itu diimplementasikan dalam bentuk dukungan berupa kemudahan perizinan hingga insentif pajak.
Sejatinya, pengembangan mobil listrik bukan barang baru di Indonesia. Bahkan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bisa dibilang lebih dulu melakukan riset pengembangan mobil listrik. Sejak 1997, LIPI mengembangkan mobil listrik untuk digunakan untuk kalangan terbatas.
Mungkin karena saat itu infrastrukturnya tidak mendukung sehingga produk hasil risetnya tidak berkembang. LIPI memang berhasil membuat purwarupa mobil nasional. Pada 2001, hasil penelitian Ir Masrah mulai memperlihatkan hasilnya, dan dia berhasil membuat purwarupa mobil listrik dengan penggerak roda belakang. Pengembangan mobil listrik yang dijuluki Marlip (Marmut Listrik LIPI) itu dilakukan di Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI.
Marlip adalah cikal bakal mobil listrik. Artinya, anak bangsa di LIPI sudah bisa membuatnya. Tinggal bagaimana supaya para stakeholder duduk bersama termasuk swasta agar program mobil listrik bisa tercapai.
LIPI memang menjadi salah satu lembaga yang memiliki perhatian dan cukup aktif dalam melakukan pengembangan purwarupa mobil listrik nasional. Berbagai purwarupa telah dihasilkan meskipun belum sempat diproduksi secara massal.
Bahkan, tiga tahun silam, LIPI menggandeng Warwick University untuk melakukan kerja sama kemitraan sederajat dalam rangka pengembangan baterai mobil listrik. Pemerintah Indonesia sendiri tak mau ketinggalan start dengan negara lain.
Bahkan, Presiden Jokowi sedang menegaskan keseriusan pemerintah menyambut era kendaraan berbasis listrik. Dia belum lama mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional. Aturan itu mengamanatkan pada 2025 produksi mobil listrik/hibrida sebanyak 2.200 unit dan 2,1 juta untuk (mobil) dengan menggunakan motor listrik. Di masa depan, porsi produksi mobil listrik sudah bisa mencapai 20%.
Kini, pemerintah sedang menyiapkan draf perpres tentang pemanfaatan tenaga listrik untuk transportasi. Rancangan regulasi tersebut dibahas serius oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian. Salah satu hal yang dibahas termasuk masalah perpajakan, sebab sistem perpajakan yang berlaku saat ini membuat impor mobil listrik akan menjadi sangat mahal harganya bagi konsumen di Indonesia.
Saat ini Gaikindo bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI tengah menyelesaikan kajian terkait tarif pajak untuk kendaraan hibrida dan listrik, yang nantinya hasil kajian akan diberikan kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian sebagai rekomendasi.
Nah, sekarang mobil listrik ini mulai dilirik banyak negara. Saatnya LIPI untuk kembali menghasilkan inovasi-inovasinya. Swasta juga diharapkan ikut berkompetisi dalam mendorong lahirnya mobil listrik.
Sinergi antara pemerintah, BUMN, dan swasta diperlukan untuk mewujudkan lahirnya mobil listrik nasional yang bisa berjaya di pasar domestik dan bersaing di tingkat global. Ingat, ke depan, mobil listrik akan menjadi sarana mobilitas yang paling ramah lingkungan dan efisien di seluruh belahan dunia.
(whb)