Setelah Selat Madura, Perempuan Ini Taklukkan Selat Sunda
A
A
A
BANTEN - Tubuh Serda Kowad, Archia Febra Novera terlihat lemas, wajahnya tampak pucat dan tubuhnya menggigil karena tidak kuasa menahan dingin.
Dara asal Pasuruan itu kemudian membilas rambutnya. Ketika hendak diwawancarai, sesekali perempuan berumur 22 tahun itu tersenyum.
Bibirnya yang berkeriput tak bisa mengeluarkan kata-kata. Hanya anggukan kepala dan kedipan kelopak mata untuk mengatakan iya saat menjawabn pertanyaan wartawan.
“Capek ya Mba,” tanya wartawan di Pantai Tanjung Sekong, Kota Cilegon, Banten, Sabtu 3 Maret 2018.
Hampir dua jam beristirahat di tenda kesehatan, tubuh Archia sepertinya berangsur normal.
Dia bersama Serda Ni Luh Putu Meisaningsih melangkah dan menaiki podium. Oleh panitia, Archia dan Serda Ni Luh Putu dinyatakan mendapatkan juara kehormatan. Keduanya mendapatkan julukan sepasang wanita penakluk Selat Sunda.
Archia terlihat gembira saat mengangkat sterefoam bertuliskan Rp 10 juta sebagai hadiah menaklukkan Selat Sunda sepanjang 39 kilometer. “Senang mas, aku bangga bisa finish,” ucap Archia.
Prajurit dari Keuangan Pusat (Kupus) II Direktorat Keuangan Angkatan Darat Bandung ini tidak menyangka tubuh mungilnya mampu menaklukkan Selat Sunda.
Meski kerap memenangkan perlombaan renang, tapi menaklukkan selat tersebut memiliki kebanggaan tersendiri. “Ini melengkapi prestasi saya,” ucap Archia bangga.
Sebelumnya, Archia juga berhasil menaklukkan Selat Madura sepanjang 4 kilometer. Dia menjadi juara satu untuk kategori wanita.
Dia mengakui tidak melakukan persiapan secara khusus. Hanya intensif berlatih sebelum mengikuti perlombaan.
Saat berenang, Archia dan Putu sempat mengalami kewalahan. Jarak pandang yang terbatas saat malam hari dan hanya mengandalkan sinar bulan dan cahaya bintang, ayunan tangan gerakan berulang kali.
Sesakali keduanya kemudian menghela napas karena lelah mengambang di permukaan air mengandalkan pelampung terpasang.
Masih saat mengarungi Selat Sunda dari Dermaga BBJ di Bakauheuni, Lampung menuju Pantai Tanjung Sekong, Kota Cilegon, Banten. Keduanya kelelahan saat mendekati Pulau Tempurung.
Arus deras dan deburan ombak kencang dihadapinya. Tidak jarang ayunan tangan tidak membuat badannya melaju karena dihantam deburan ombak.
Archia tidak menyerah. Tekadnya yang tinggi mengalahkan angin dan ombak malam itu. Dengan tenaga yang tersisa, Archia mencoba kembali bersemangat dan berhasil menyampai finish dengan waktu lebih dari 10 jam mengalahkan peserta lainnya.
Sementara itu, pemenang lomba jatuh ketangan Kopda (Mar) Budi Santoso. Prajurit Batalion II Intai Amfibi (Intaifib) ini menjadi peserta yang pertama menyentuh garis finis dengan catatan waktu 9 jam 29 menit 56 detik.
Oleh panitia Budi berhak membawa pulang Mobil Mitshubitshi X Pander senilai Rp200 jutaan. Budi mengalahkan 300 peserta lainnya.
Kepala Staf TNI AL, Laksamana Ade Supandi menjelaskan lomba ini untuk menguji kompetensi prajurit dalam berenang.
Dia menegaskan renang merupakan makanan sehari hari prajurit AL. Renang jarak jauh akan menunjukkan kekompakan, menyusup garis pertahanan musuh, dan mempertahankan garis pantai. “Ini menjadi wajib, saya ingin semua prajurit bisa berenang,” kata Ade.
Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan Korps Marinir, Letkol Marinir Ali Sumbogo mengatakan, selain lomba renang dan dayung, kegiatan diisi dengan bakti sosial seperti pengobatan gratis dan sunatan massal, serta berbagai perlombaan.
Dara asal Pasuruan itu kemudian membilas rambutnya. Ketika hendak diwawancarai, sesekali perempuan berumur 22 tahun itu tersenyum.
Bibirnya yang berkeriput tak bisa mengeluarkan kata-kata. Hanya anggukan kepala dan kedipan kelopak mata untuk mengatakan iya saat menjawabn pertanyaan wartawan.
“Capek ya Mba,” tanya wartawan di Pantai Tanjung Sekong, Kota Cilegon, Banten, Sabtu 3 Maret 2018.
Hampir dua jam beristirahat di tenda kesehatan, tubuh Archia sepertinya berangsur normal.
Dia bersama Serda Ni Luh Putu Meisaningsih melangkah dan menaiki podium. Oleh panitia, Archia dan Serda Ni Luh Putu dinyatakan mendapatkan juara kehormatan. Keduanya mendapatkan julukan sepasang wanita penakluk Selat Sunda.
Archia terlihat gembira saat mengangkat sterefoam bertuliskan Rp 10 juta sebagai hadiah menaklukkan Selat Sunda sepanjang 39 kilometer. “Senang mas, aku bangga bisa finish,” ucap Archia.
Prajurit dari Keuangan Pusat (Kupus) II Direktorat Keuangan Angkatan Darat Bandung ini tidak menyangka tubuh mungilnya mampu menaklukkan Selat Sunda.
Meski kerap memenangkan perlombaan renang, tapi menaklukkan selat tersebut memiliki kebanggaan tersendiri. “Ini melengkapi prestasi saya,” ucap Archia bangga.
Sebelumnya, Archia juga berhasil menaklukkan Selat Madura sepanjang 4 kilometer. Dia menjadi juara satu untuk kategori wanita.
Dia mengakui tidak melakukan persiapan secara khusus. Hanya intensif berlatih sebelum mengikuti perlombaan.
Saat berenang, Archia dan Putu sempat mengalami kewalahan. Jarak pandang yang terbatas saat malam hari dan hanya mengandalkan sinar bulan dan cahaya bintang, ayunan tangan gerakan berulang kali.
Sesakali keduanya kemudian menghela napas karena lelah mengambang di permukaan air mengandalkan pelampung terpasang.
Masih saat mengarungi Selat Sunda dari Dermaga BBJ di Bakauheuni, Lampung menuju Pantai Tanjung Sekong, Kota Cilegon, Banten. Keduanya kelelahan saat mendekati Pulau Tempurung.
Arus deras dan deburan ombak kencang dihadapinya. Tidak jarang ayunan tangan tidak membuat badannya melaju karena dihantam deburan ombak.
Archia tidak menyerah. Tekadnya yang tinggi mengalahkan angin dan ombak malam itu. Dengan tenaga yang tersisa, Archia mencoba kembali bersemangat dan berhasil menyampai finish dengan waktu lebih dari 10 jam mengalahkan peserta lainnya.
Sementara itu, pemenang lomba jatuh ketangan Kopda (Mar) Budi Santoso. Prajurit Batalion II Intai Amfibi (Intaifib) ini menjadi peserta yang pertama menyentuh garis finis dengan catatan waktu 9 jam 29 menit 56 detik.
Oleh panitia Budi berhak membawa pulang Mobil Mitshubitshi X Pander senilai Rp200 jutaan. Budi mengalahkan 300 peserta lainnya.
Kepala Staf TNI AL, Laksamana Ade Supandi menjelaskan lomba ini untuk menguji kompetensi prajurit dalam berenang.
Dia menegaskan renang merupakan makanan sehari hari prajurit AL. Renang jarak jauh akan menunjukkan kekompakan, menyusup garis pertahanan musuh, dan mempertahankan garis pantai. “Ini menjadi wajib, saya ingin semua prajurit bisa berenang,” kata Ade.
Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan Korps Marinir, Letkol Marinir Ali Sumbogo mengatakan, selain lomba renang dan dayung, kegiatan diisi dengan bakti sosial seperti pengobatan gratis dan sunatan massal, serta berbagai perlombaan.
(dam)