NPI di Luar Prediksi

Selasa, 20 Februari 2018 - 06:38 WIB
NPI di Luar Prediksi
NPI di Luar Prediksi
A A A
PREDIKSI Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) mencatat surplus pada awal tahun ini meleset. Sebaliknya, NPI mengalami defisit sebesar USD 670 juta. Kinerja ekspor sedikit melempem dengan perolehan sebesar USD14,46 miliar atau mengalami penurunan sekitar 2,81% dibandingkan dengan periode Desember 2017, sedangkan nilai impor tercatat sebesar USD15,13 miliar atau naik tipis sekitar 0,26%daripada periode Desember 2017.

Meski kinerja impor mengungguli kinerja ekspor, pemerintah tak merisaukannya. Alasannya, sebagaimana dibeberkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati bahwa nilai impor naik memperlihatkan terjadinya aktivitas ekonomi karena kebutuhan akan bahan baku. Namun, mantan direktur Bank Dunia itu tetap mengingatkan segera diantisipasi untuk mendongkrak nilai ekspor.

Suara senada dilontarkan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara yang mencermati kenaikan nilai impor didominasi barang modal sejalan dengan realisasi investasi sepanjang tahun lalu. Mirza saat berbicara dalam jumpa pers, pekan lalu, menanggapi kondisi NPI yang mencatat defisit pada awal tahun. Kondisi defisit itu menunjukkan terjadinya akselerasi impor terutama barang terkaitcapital goods, raw materialyang mencerminkan data PDB investasi naik. Akselerasi impor sebagai bukti bahwarecovery domestic economyterjadi. Kenaikan angka impor pada Januari lalu, sebuah indikator ekonomi dalam negeri mengalami perbaikanpada kuartal IV tahun lalu dibandingkan pada kuartal sebelumnya di tahun yang sama.

Dari publikasi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) terungkap penyebab defisit NPI dipicu oleh defisit sektor minyak dan gas (migas) sebesar USD0,86 miliar. Lebih rinci, BPS mencatat dari total ekspor sebesar USD14,46 miliar pada Januari lalu berasal dari ekspor nonmigassebesar USD13,17 miliar atau sekitar 91,11% dan sisanya senilai USD1,29 miliar adalah pencapaian ekspor migas. Adapun nilai total impor yang tercatat sebesar USD15,13 miliar terbagi atas impor migas sebesar USD2,14 miliar dan impor nonmigas mencapai sebesar USD12,99 miliar. Padahal sejumlah analis ekonomi memprediksi NPI kembali raih surplus awal tahun ini dengan mengacu pada kinerja NPI yang mencatat surplus sepanjang tahun lalu.

Struktur ekspor yangtetap didominasi nonmigas dikontribusikan dari pasar China sebesar USD1,92 miliar atau 14,58%, disusul Amerika Serikat (AS) sekitar USD1,54 miliar atau 11,71%, dan Jepang sebanyak USD1,39 miliar atau 10,52%. Sedangkan pangsa pasar impor kembali China sebagai negara utama pemasok barang impor sebesar USD3,76 miliar atau 28,94%, diikuti Jepang sekitar USD1,37 miliar atau 10,52%, dan Singapura senilai USD900 juta atau 6,91%. Dari data BPS tercatat persentase barang impor tumbuh paling tinggi adalah senjata atau amunisi sebesar 667,44% atau senilai USD90,1 juta menjadi sebesar USD103,4 juta dari sebesar USD13,3 juta per Desember 2017. Kendaraan dan bagiannya tumbuh sekitar 31,81% atau sebesar USD167,9 juta menjadi senilai USD695,8 juta dari sebesar USD527,9 juta pada Desember 2017.

Mencermati data-data kinerja ekspor dan impor, ternyata China tidak tergoyahkan sebagai mitra perdagangan utama negeri ini. Tengok saja total ekspor nonmigas Indonesia ke China mencapai senilai USD1,919 miliar pada Januari tahun ini. Sebaliknya, impor nonmigas dari China ke Indonesia tercatat sebesar USD3,758 miliar. Indonesia mengekspor produk ke Chinadi antaranya berupa bahan bakar mineral, minyak mineral, besi dan baja, serta bahan selulosa. Adapun barang China yang masuk ke Indonesia terutama mesin dan peralatan listrik mesin, plastik dan barang plastik. Selain China, pasar tradisional ekspor Indonesia adalah Amerika Serikat dan Jepang.

Belakangan ini persaingan merebut pangsa pasar tradisional ekspor semakin ketat. Karena itu, Indonesia tidak boleh hanya mengandalkan pasar China, Amerika Serikat, dan Jepang, yang selama ini menyerap total ekspor Indonesia sekitar 38,59%. Sejumlah negara potensial bisa dijadikan pasar ekspor nontradisional di antaranya Turki, Brasil, Mesir, dan Afrika Selatan, serta kawasan Asia Selatan, seperti Pakistan dan Bangladesh.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0690 seconds (0.1#10.140)