Hasto Ungkap Dialog Megawati-Jokowi Soal NTT
A
A
A
SIKKA - Pembangunan Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi perhatian bagi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan (PDIP).
Perhatian itu khususnya dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang sejak awal sudah menitipkan khusus pembangunan NTT kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Seperti diceritakan oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Dialog Megawati dan Jokowi terjadi saat PDIP mengajukan nama Jokowi sebagai calon presiden di tahun 2014.
Hal itu diungkapkan Hasto di hadapan ribuan orang peserta Konsolidasi Pemenangan Pilkada Serentak NTT 2018, di Kantor DPC PDIP Sikka, NTT, Jumat (9/2/2018).
Ketika itu, kata Hasto, Megawati menyampaikan mimpinya soal NTT yang maju kepada Jokowi. NTT disebut Megawati memiliki tanah dan alam yang indah, penuh sumber daya, serta rakyat yang ramah dan budaya yang kaya.
Di sisi lain, lanjut dia, Megawati menyatakan NTT berbatasan dengan dua negara, yakni Australia dan Timor Leste. Sehingga benar-benar bisa menjadi segitiga pertumbuhan ekonomi melibatkan Kupang-Dili (Timor Leste)-Darwin (Australia). Namun, NTT selalu bermasalah dengan infrastruktur dan kekeringan. Berbeda dengan Darwin dan Sydney yang terkoneksi dengan baik.
"Maka Ibu Megawati mengingatkan Pak Jokowi agar pembangunan infrastruktur di NTT dilakukan. Infrastruktur kelautan dibangun, agar industri kelautan dibangun yang mengembangkan pengolahan hasil laut," tandas Hasto.
Tak heran ketika menjabat Presiden, Jokowi pun memberi perhatian khusus dan membangun berbagai infrastruktur di NTT.
Dia mengungkapkan, Megawati juga mengingatkan secara khusus agar Jokowi membangun pusat penelitian kelautan di NTT. "Sehingga seluruh potensi laut digunakan utk kesejahteraan masyarakat, lebih-lebih pariwisatanya," ujar Hasto.
Atas hal itu pula, lanjut Hasto, PDIP mengajukan pasangan Marianus Sae-Emilia Nomleni yang pasti sejalan dengan kepemimpinan Jokowi.
Hasto menegaskan, PDIP menjadikan NTT sebagai basis penting. Dari sisi kesejarahan, wilayah itu erat kaitannya dengan Indonesia.
Ketika dibuang oleh penjajah Belanda di Ende NTT, sang Proklamator Bung Karno memahami keIndonesiaan. Di kota itu, Bung Karno melakukan perenungan sehingga melahirkan gagasan Pancasila sebagai dasar berdirinya Negara Indonesia.
"Pancasila memastikan kita tak membedakan setiap warga negara atas status sosial, agama, jenis kelamin. Indonesia bukan hanya untuk orang Jawa, orang Batak, orang Minang, atau orang NTT sendiri. Tapi untuk semuanya. All for one and one for all," tuturnya.
Dia mengungkapkan di NTT lah Bung Karno menemukan bahwa Indonesia bukan negara agama tapi negara kebangsaan, yang menyembah Tuhan dengan cara masing-masing.
"Ketuhanan yang dimaksudkan adalah ketuhanan tanpa egoisme agama, penuh toleransi dan penuh nilai kemanusiaaan. Bukan ketuhanan yang menganggap yang lain sebagai musuh. Ketuhanan yang dimaksud adalah yang berbudi pekerti, ketuhanan yang mencintai sesama," tuturnya.
Hasto menekankan, NTT adalah wilayah yang dikenal setia dan loyal terhadap PDIP sebagai saluran aspirasi politiknya. "Maka kami sampaikan salam dari Ibu Megawati dan Pak Jokowi. Salam," kata Hasto.
Perhatian itu khususnya dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang sejak awal sudah menitipkan khusus pembangunan NTT kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Seperti diceritakan oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Dialog Megawati dan Jokowi terjadi saat PDIP mengajukan nama Jokowi sebagai calon presiden di tahun 2014.
Hal itu diungkapkan Hasto di hadapan ribuan orang peserta Konsolidasi Pemenangan Pilkada Serentak NTT 2018, di Kantor DPC PDIP Sikka, NTT, Jumat (9/2/2018).
Ketika itu, kata Hasto, Megawati menyampaikan mimpinya soal NTT yang maju kepada Jokowi. NTT disebut Megawati memiliki tanah dan alam yang indah, penuh sumber daya, serta rakyat yang ramah dan budaya yang kaya.
Di sisi lain, lanjut dia, Megawati menyatakan NTT berbatasan dengan dua negara, yakni Australia dan Timor Leste. Sehingga benar-benar bisa menjadi segitiga pertumbuhan ekonomi melibatkan Kupang-Dili (Timor Leste)-Darwin (Australia). Namun, NTT selalu bermasalah dengan infrastruktur dan kekeringan. Berbeda dengan Darwin dan Sydney yang terkoneksi dengan baik.
"Maka Ibu Megawati mengingatkan Pak Jokowi agar pembangunan infrastruktur di NTT dilakukan. Infrastruktur kelautan dibangun, agar industri kelautan dibangun yang mengembangkan pengolahan hasil laut," tandas Hasto.
Tak heran ketika menjabat Presiden, Jokowi pun memberi perhatian khusus dan membangun berbagai infrastruktur di NTT.
Dia mengungkapkan, Megawati juga mengingatkan secara khusus agar Jokowi membangun pusat penelitian kelautan di NTT. "Sehingga seluruh potensi laut digunakan utk kesejahteraan masyarakat, lebih-lebih pariwisatanya," ujar Hasto.
Atas hal itu pula, lanjut Hasto, PDIP mengajukan pasangan Marianus Sae-Emilia Nomleni yang pasti sejalan dengan kepemimpinan Jokowi.
Hasto menegaskan, PDIP menjadikan NTT sebagai basis penting. Dari sisi kesejarahan, wilayah itu erat kaitannya dengan Indonesia.
Ketika dibuang oleh penjajah Belanda di Ende NTT, sang Proklamator Bung Karno memahami keIndonesiaan. Di kota itu, Bung Karno melakukan perenungan sehingga melahirkan gagasan Pancasila sebagai dasar berdirinya Negara Indonesia.
"Pancasila memastikan kita tak membedakan setiap warga negara atas status sosial, agama, jenis kelamin. Indonesia bukan hanya untuk orang Jawa, orang Batak, orang Minang, atau orang NTT sendiri. Tapi untuk semuanya. All for one and one for all," tuturnya.
Dia mengungkapkan di NTT lah Bung Karno menemukan bahwa Indonesia bukan negara agama tapi negara kebangsaan, yang menyembah Tuhan dengan cara masing-masing.
"Ketuhanan yang dimaksudkan adalah ketuhanan tanpa egoisme agama, penuh toleransi dan penuh nilai kemanusiaaan. Bukan ketuhanan yang menganggap yang lain sebagai musuh. Ketuhanan yang dimaksud adalah yang berbudi pekerti, ketuhanan yang mencintai sesama," tuturnya.
Hasto menekankan, NTT adalah wilayah yang dikenal setia dan loyal terhadap PDIP sebagai saluran aspirasi politiknya. "Maka kami sampaikan salam dari Ibu Megawati dan Pak Jokowi. Salam," kata Hasto.
(dam)