Melihat Keseruan Aksi Calon Prajurit Wanita AD di Medan Tempur
A
A
A
BANDUNG - Brondong peluru tajam kaliber 7,62 mm meletus dari senjata SMR (Senjata Mesin Ringan) terdengar nyaring di lapangan tembak Rindam III/Siliwangi, Pangalengan, Jawa Barat, Senin (5/2/2018) pagi.
Ratusan peluru itu hanya berjarak kurang dari satu meter dari kubangan para siswi berjongkok. Bendera merah kemudian berkibar, tanda mereka siap untuk memasuki medan pertempuran. “Serbu,” teriak komandan regu.
Seketika, belasan siswi kemudian berguling di atas rumput basah sejauh 20 meter. Sembari membawa senapa laras panjang jenis f-16, mereka tanpa ragu berguling, baju basah tak lagi terasa, meski rintik hujan datang membasahi medan tempur.
Setelah berguling, mereka kemudian merayap melewati pagar duri yang hanya berjarak beberapa sentimeter. Para siswi tidak bisa berjongkok apalagi berdiri, sebab selain terkena kawat duri, peluru tajam bisa menyambar kepala mereka.
Mereka juga tidak dapat berhenti, sebab pelatih di belakang mendorongnya, merangsek maju. Detak jantung kian berpacu seiring ledakan bom TNT berada di sisi kiri kanan. Lumpur kemudian berhamburan ke punggung mereka.
Peperangan medan tempur pun tak sampai disitu, usai merayap melewati lumpur, para siswa kemudian harus melewati kubangan air. Kali ini, siswi melawan. Baku tembak tak terhindarkan.
Setelah musuh mundur, serangan kemudian dilanjutkan. Sangkur dipasang di moncong senapan. Sembari membawa ransel besar mereka bergerak masuk menaiki bukit dan menghenuskan pisau ke tubuh musuh. Kemenangan di tangan.
Rangkaian ini merupakan simulasi medan perang yang sengaja di persiapkan oleh Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat (Pusdik Kowad) dalam menyiapkan Bintara wanita tangguh di medan perang.
Perencanaan matang dilakukan mereka sejak pukul 03.00 WIB.
Setelah berjalan nyaris tiga jam lebih dari tempat pelatihan di Lembang, Bandung. Mereka kemudian mempersiapkan latihan simulasi di Desa Magamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Para siswi yang berjumlah 62 orang itu dibagi dalam empat gelombong yang berjumlah 16 orang per gelombang. Satu persatu mereka kemudian menyiapkan perlengkapan sebelum terjun.
Tak ada lagi muka cantik, sebab muka mereka di penuhi riasan wajah bercorak hijau hitam yang memenuhi muka. Penyamaran kemudian semakin dipertajam. Dengan rumput rumput yang dipasangkan di helm dan ransel melalui jaring jaring.
Perjalanan kemudian dilanjutkan. Sejauh 1,5 kilometer, mereka berjalan beriringan menaiki dan menuruni bukit, dua pembimbing kemudian ikut mendampingi mereka.
Komandan Pusdik Kowad, Kolonel Chk (K) Tetty Melina mengatakan pendidikan di Rindam III Siliwangi merupakan aplikasi dari teori dan materi yang telah di ajarkan selama 4,5 bulan lalu.
Dalam kegiatan ini, para taruni akan menjalani praktik lapangan selama empat hari dimulai 5 Februari, sebelum nantinya lulus pada 15 Februari 2018 mendatang.
“Sejatinya mereka menempuh pendidikan selama lima bulan dengan pendidikan mulai dari pukul 5 pagi hingga 9 malam,” ungkap Tetty.
Tetty menyakini melalui ujian materi itu, kelak para siswi ini menjadi wanita yang tangguh. Untuk menjadi anggota Kowad, negara telah melakukan seleksi ketat, di antaranya dari kesehatan, kesemaptaan, fisik.
“Tidak semua wanita di indonesia bisa bergabung dalam lingkungan militer. Untuk menjadi kowad tidak segampang kita membalikan telapak tangan,” ujar Tetty.
Mengusung motto Bukan mawar penghias Taman tetapi melati Pagar Bangsa, Tetty menjelaskan lulusan Kowad merupakan Prajurit Wanita yang berhati bersih, jujur, mandiri, bertanggung jawab dan menjunjung tinggi kodrat kewanitaanya serta penuh pengabdian kepada Bangsa dan Negara Indonesia.
Karena itu, lanjut dia, pendidikan di kowad tidak murni militer.Dalam materi dan kurikulum akhir, mereka nantinya diajarkan untuk berias dan tetap berpenampilan menarik.
“Pada intinya kita tidak menghilangkan sisi perempuannya,” ungkap Tetty.
Sejak didirikan pada tahun 1961, Kowad telah meluluskan 24 angkatan. Komandan Regu (Danru) Gelombang 1 PK 25, Yessica Anggreani Saragih, 21, mengakui pelatihan yang diberikan Kowad telah membuatnya menjadi gadis tangguh dan disiplin tinggi.
Apalagi selama pelatihan tadi, dirinya sempat dilatih untuk berdisiplin tinggi dan siap menghadapi pertempuran.
Sekalipun saat pelatihan kulitnya menjadi menghitam dan wajahnya berjerawat karena kotor, Yessica tak peduli. Dia yakin penampilannya akan lebih menarik setelah lulus.
Gadis bungsu asal Simalungun, Sumatera Utara ini mengaku beruntung bisa tergabung dalam Kowad. “Saya pernah mencoba di tahun 2015, tapi gagal,” ucap gadis yang bercita-cita menjadi ajudan jendral ini.
Yessica kemudian terus berlatih fisik secara intensif, termasuk berenang dan olahraga lainnya.
Ratusan peluru itu hanya berjarak kurang dari satu meter dari kubangan para siswi berjongkok. Bendera merah kemudian berkibar, tanda mereka siap untuk memasuki medan pertempuran. “Serbu,” teriak komandan regu.
Seketika, belasan siswi kemudian berguling di atas rumput basah sejauh 20 meter. Sembari membawa senapa laras panjang jenis f-16, mereka tanpa ragu berguling, baju basah tak lagi terasa, meski rintik hujan datang membasahi medan tempur.
Setelah berguling, mereka kemudian merayap melewati pagar duri yang hanya berjarak beberapa sentimeter. Para siswi tidak bisa berjongkok apalagi berdiri, sebab selain terkena kawat duri, peluru tajam bisa menyambar kepala mereka.
Mereka juga tidak dapat berhenti, sebab pelatih di belakang mendorongnya, merangsek maju. Detak jantung kian berpacu seiring ledakan bom TNT berada di sisi kiri kanan. Lumpur kemudian berhamburan ke punggung mereka.
Peperangan medan tempur pun tak sampai disitu, usai merayap melewati lumpur, para siswa kemudian harus melewati kubangan air. Kali ini, siswi melawan. Baku tembak tak terhindarkan.
Setelah musuh mundur, serangan kemudian dilanjutkan. Sangkur dipasang di moncong senapan. Sembari membawa ransel besar mereka bergerak masuk menaiki bukit dan menghenuskan pisau ke tubuh musuh. Kemenangan di tangan.
Rangkaian ini merupakan simulasi medan perang yang sengaja di persiapkan oleh Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat (Pusdik Kowad) dalam menyiapkan Bintara wanita tangguh di medan perang.
Perencanaan matang dilakukan mereka sejak pukul 03.00 WIB.
Setelah berjalan nyaris tiga jam lebih dari tempat pelatihan di Lembang, Bandung. Mereka kemudian mempersiapkan latihan simulasi di Desa Magamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Para siswi yang berjumlah 62 orang itu dibagi dalam empat gelombong yang berjumlah 16 orang per gelombang. Satu persatu mereka kemudian menyiapkan perlengkapan sebelum terjun.
Tak ada lagi muka cantik, sebab muka mereka di penuhi riasan wajah bercorak hijau hitam yang memenuhi muka. Penyamaran kemudian semakin dipertajam. Dengan rumput rumput yang dipasangkan di helm dan ransel melalui jaring jaring.
Perjalanan kemudian dilanjutkan. Sejauh 1,5 kilometer, mereka berjalan beriringan menaiki dan menuruni bukit, dua pembimbing kemudian ikut mendampingi mereka.
Komandan Pusdik Kowad, Kolonel Chk (K) Tetty Melina mengatakan pendidikan di Rindam III Siliwangi merupakan aplikasi dari teori dan materi yang telah di ajarkan selama 4,5 bulan lalu.
Dalam kegiatan ini, para taruni akan menjalani praktik lapangan selama empat hari dimulai 5 Februari, sebelum nantinya lulus pada 15 Februari 2018 mendatang.
“Sejatinya mereka menempuh pendidikan selama lima bulan dengan pendidikan mulai dari pukul 5 pagi hingga 9 malam,” ungkap Tetty.
Tetty menyakini melalui ujian materi itu, kelak para siswi ini menjadi wanita yang tangguh. Untuk menjadi anggota Kowad, negara telah melakukan seleksi ketat, di antaranya dari kesehatan, kesemaptaan, fisik.
“Tidak semua wanita di indonesia bisa bergabung dalam lingkungan militer. Untuk menjadi kowad tidak segampang kita membalikan telapak tangan,” ujar Tetty.
Mengusung motto Bukan mawar penghias Taman tetapi melati Pagar Bangsa, Tetty menjelaskan lulusan Kowad merupakan Prajurit Wanita yang berhati bersih, jujur, mandiri, bertanggung jawab dan menjunjung tinggi kodrat kewanitaanya serta penuh pengabdian kepada Bangsa dan Negara Indonesia.
Karena itu, lanjut dia, pendidikan di kowad tidak murni militer.Dalam materi dan kurikulum akhir, mereka nantinya diajarkan untuk berias dan tetap berpenampilan menarik.
“Pada intinya kita tidak menghilangkan sisi perempuannya,” ungkap Tetty.
Sejak didirikan pada tahun 1961, Kowad telah meluluskan 24 angkatan. Komandan Regu (Danru) Gelombang 1 PK 25, Yessica Anggreani Saragih, 21, mengakui pelatihan yang diberikan Kowad telah membuatnya menjadi gadis tangguh dan disiplin tinggi.
Apalagi selama pelatihan tadi, dirinya sempat dilatih untuk berdisiplin tinggi dan siap menghadapi pertempuran.
Sekalipun saat pelatihan kulitnya menjadi menghitam dan wajahnya berjerawat karena kotor, Yessica tak peduli. Dia yakin penampilannya akan lebih menarik setelah lulus.
Gadis bungsu asal Simalungun, Sumatera Utara ini mengaku beruntung bisa tergabung dalam Kowad. “Saya pernah mencoba di tahun 2015, tapi gagal,” ucap gadis yang bercita-cita menjadi ajudan jendral ini.
Yessica kemudian terus berlatih fisik secara intensif, termasuk berenang dan olahraga lainnya.
(dam)