Artis dan Narkoba

Jum'at, 05 Januari 2018 - 07:29 WIB
Artis dan Narkoba
Artis dan Narkoba
A A A
GAYA hidup glamor sering kali membuat para artis sangat mudah terjerumus dalam kasus narkoba. Artis Jennifer Dunn tertangkap karena kasus narkotika di kediamannya di kawasan Bangka, Mampang, Jakarta Selatan, Minggu (31/12) lalu, merupakan satu contoh konkret. Ini bisa menjadi pelajaran serius agar kita terutama para artis sadar dan segera menjauhi narkoba. Karena taruhannya tak sebanding dengan kesenangan semu yang didapat. Selain kesehatan menurun, kredibilitas, keluarga, dan karier mereka akan hancur.

Berita artis tersangka narkoba memang jadi perbincangan. Apalagi belum lama petugas berhasil menangkap artis senior berbakat Tio Pakusadewo juga karena ketergantungannya pada barang haram tersebut. Kalau kita mau merunut ke belakang, sudah banyak sekali artis harus berurusan dengan hukum karena terjerat narkoba. Sebut saja Pentolan God Bless Ahmad Albar, Roy Marten, pelawak Polo, pelawak Tessi, penyanyi Ello, penyanyi Sammy Simorangkir, dan masih banyak lagi, baik artis yang sudah gaek maupun artis baru meniti karier.

Kasus artis tersangkut narkoba ini sangat disayangkan karena sebagai publik figur yang memiliki banyak penggemar seharusnya bisa menjaga citranya. Karena apa yang dilakukan sang artis bisa diikuti para fansnya yang tentu jumlahnya tidak sedikit. Apa pun para artis itu menjadi role model bagi para penggemarnya. Karena itu, mereka dituntut untuk selalu memberikan contoh baik sekaligus menularkan kebaikan tersebut kepada fansnya.

Namun, banyak artis setelah terkenal lupa dengan kewajiban moral yang diembannya sebagai publik figur. Gelimang harta membuat mereka lupa daratan hingga membelanjakan uangnya untuk kesenangan sesaat. Dari pengakuan para artis narkoba yang ditangkap, ada banyak alasan mereka mengonsumsi barang setan tersebut. Paling banyak adalah mereka mengaku untuk kesenangan atau rekreasi di tengah tuntutan kerja mereka yang supersibuk dan harus selalu tampil sempurna. Dengan mengonsumsi narkoba, mereka bisa merasakan ketenangan dan kesenangan yang luar biasa.

Ada artis yang beralasan menggunakan narkoba supaya fokus, tidak gampang lelah, kinerja meningkat, dan ada juga narkoba dipakai untuk meningkatkan gairah seksual. Karena dalam banyak kasus, artis dituntut selalu tampil prima dalam segala kesempatan. Padahal kondisi mereka tidak demikian karena ketatnya jam syuting atau manggung. Dengan begitu, karena tak mau kehilangan kesempatan, sejumlah artis akhirnya memilih jalan pintas dengan mengonsumsi narkoba.

Ada juga alasan lain mengapa para artis mengonsumsi narkoba, yakni untuk menghilangkan rasa sakit. Hal lainnya mereka mengaku supaya tetap langsing. Jadi narkoba dalam kacamata artis tersebut dipandang sebagai obat diet yang manjur. Menurut para ahli, hal itu memang bisa karena narkoba akan membuat mereka malas makan disebabkan kondisi psikologis mereka sudah happy . Namun, apa pun alasan yang mereka paparkan, tetap saja salah karena apa yang mereka konsumsi adalah obat-obatan yang dilarang hukum. Konsekuensinya adalah mereka pun harus berhadapan dengan hukum. Ada yang harus menjalani hukuman penjara, tapi ada juga hanya diminta untuk menjalani rehabilitasi. Meski begitu, penangkapan banyak artis tak membuat yang lain takut untuk tetap menggunakan narkoba.

Bagi para aparat hukum ini juga menjadi pekerjaan rumah, bagaimana bisa penegakan hukum yang dilakukan selama ini bisa memberikan efek jera sehingga kasus-kasus serupa tidak terjadi lagi. Sekarang pertanyaannya adalah mengapa narkoba masih tetap marak di Indonesia termasuk juga di kalangan para artis? Ada sejumlah faktor melatarbelakanginya. Paling utama adalah belum tegasnya penegakan hukum di negara kita. Hukum masih pandang bulu. Banyak di antara kasus narkoba yang hukumannya masih rendah. Memang ada sejumlah narapidana divonis mati. Namun sekali lagi, eksekusinya masih tebang pilih.

Di awal pemerintahan Kabinet Kerja, semangat mengeksekusi terpidana mati narkoba begitu menggebu-gebu. Tapi tiba-tiba "masuk angin" dan kebijakan itu tak berlanjut hingga sekarang. Padahal masih banyak terpidana mati yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap. Ketidakjelasan dan ketidaktegasan pemerintah dan aparat hukum dalam menangani kasus narkoba membuat sepak terjang bandar narkoba makin bebas. Tak salah jika 50% jumlah napi yang menghuni lapas di Indonesia adalah kasus narkoba. Iming-iming untung besar membuat orang tak takut berjualan narkoba, toh hukumannya juga rendah.

Pemerintah memang telah menetapkan darurat narkoba namun implementasi di lapangan belum menunjukkan semangat tersebut. Padahal ancaman narkoba makin besar dan kompleks, baik modus maupun jenisnya yang masuk ke Indonesia. Kalau fenomena ini tidak segera diantisipasi secara serius, taruhannya terlalu mahal bagi kelangsungan bangsa ke depan. Bagaimana bangsa akan maju kalau para generasi mudanya teler.

Pemerintah memang tak akan mampu sendirian menumpas kejahatan narkoba karena masifnya serangan bandar narkoba. Ingat, Indonesia kini tak hanya jadi pasar namun juga sudah menjadi produsen narkoba. Karena itu, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung pemerintah memberantas narkoba, terutama bagaimana para keluarga menanamkan nilai-nilai agama yang kuat agar generasi kita bisa terhindar dari godaan narkoba. Bangsa maju tanpa narkoba. Ayo mulai tidak menggunakan narkoba dari diri kita!
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0782 seconds (0.1#10.140)