Cinque Terre dan Gunung Kidul

Selasa, 02 Januari 2018 - 08:40 WIB
Cinque Terre dan Gunung...
Cinque Terre dan Gunung Kidul
A A A
Cyrillus Harinowo
Pengamat Ekonomi

CINQUE Terre adalah nama daerah dalam bahasa Italia yang artinya lima teritori. Ini adalah kawasan pariwisata di pinggir pantai Mediterania atau Riviera Italia yang letaknya antara kota Pisa (tempat Menara Pisa) dan kota pelabuhan Genoa. Kawasan ini meliputi lima desa, yaitu Monterosso, Vernazza, Corniglia, Manarola, dan Riomaggiore. Untuk mencapai kawasan di Provinsi Liguria ini, saya menggunakan kereta api dari Stasiun La Spezia dan berhenti di kelima desa itu.

Kawasan tersebut berbukit-bukit dan cukup tinggi. Di lereng dan lembahnya terdapat rumah-rumah nelayan berwarna-warni. Kawasan ini dikenal sebagai destinasi wisata yang dijaga kelestariannya dan menjadi Situs Warisan Dunia dari UNESCO seperti halnya Borobudur. Saya mendapati banyak wisatawan dari Asia di sana, terutama dari China, Jepang, Korea. Tadinya saya kira saya satu-satunya orang Indonesia di situ, tapi ternyata saya bertemu rombongan wisatawan dari Indonesia dengan logat Jawa Timur cukup medok. Artinya, Cinque Terre ternyata dikenal oleh wisatawan dari seluruh dunia termasuk Indonesia.

Saya mencoba menikmati segala sudut desa serta sempat mendaki bukit yang tinggi yang di puncaknya terdapat biara pastur ordo Kapusin (Capucinno Conventi). Pemandangan dari puncak bukit mengingatkan saya akan pemandangan dari atas Bukit Belgia di Gunung Kidul. Kemiripan antara keduanya sangat nyata dari formasi perbukitan di sepanjang pantai. Kemiripan ini kian meyakinkan saya bahwa Gunung Kidul sangat potensial menjadi kawasan wisata dunia layaknya Cinque Terre ataupun Bali. Bahkan, menurut saya, bentang alam di kawasan perbukitan di pantai Gunung Kidul lebih cantik daripada di Cinque Terre.

Pada 2010, artikel saya berjudul “Monterrey di Gunung Kidul” terbit di KORAN SINDO. Tulisan ini menggambarkan perjalanan saya di bagian barat Gunung Kidul, dari Imogiri ke Panggang. Sepanjang jalan yang cukup berliku di antara bukit dan lembah tersebut, saya menemukan kemiripan dengan perjalanan dari Monterrey ke Pebble Beach Golf Course melalui jalan berbayar "Seventeen Mile Drive" di Negara Bagian California, Amerika Serikat. Di jalan antara Imogiri dan Panggang saat ini sudah berdiri megah Restoran Kopi Panggang yang menarik dengan memanfaatkan alamnya yang cukup sejuk. Dalam tulisan tersebut, saya berkeyakinan bahwa Gunung Kidul berpotensi untuk dikembangkan menjadi seperti Monterrey di California atau Nusa Dua di Bali.

Perkembangan Terakhir dan Prospeknya
Setelah kunjungan kedua saya ke Gunung Kidul pada 2010, saya berkunjung lagi ke sana pada 2013 untuk meresmikan bantuan BCA bagi pengembangan desa wisata Goa Pindul, bekerja sama dengan Karang Taruna Desa Bejiharjo. Waktu itu kami membawa tim media yang akhirnya ikut mempromosikan Goa Pindul.

Pada waktu BCA memulai bantuan ke Goa Pindul pada 2011, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gunung Kidul hanya 500.000 orang setahun. Tahun ini, menurut data hingga pekan kedua November 2017, jumlahnya mencapai 2,91 juta wisatawan. Bahkan pada 10 Desember 2017, jumlah wisatawan (yang membayar retribusi) sudah mencapai 3,58 juta. Akhir 2017 kemungkinan angkanya melampaui 4 juta, atau meningkat lebih dari delapan kali lipat. Dari wawancara saya dengan para tour leader di sana, dewasa ini Gunung Kidul menjadi destinasi teratas bagi turis yang datang ke Yogyakarta, dengan daya tarik utama Goa Pindul dan kawasan pantai terutama Pantai Indrayanti.

Dengan semakin populernya destinasi wisata di sana, arus kunjungan wisatawan naik pesat. Artinya, potensi berkembangnya industri pariwisata di Gunung Kidul sangat besar. Goa Pindul hanya salah satu saja dari 13 Taman Bumi (Geopark) di kabupaten ini. Gunung Purba Nglanggeran, Air Terjun Sri Gethuk, Goa Jomblang, Bengawan Solo Purba, dan lainnya juga tak kalah indah. Untuk pantainya, selain Pantai Indrayanti, masih ada 22 pantai umum terbuka yang tidak kalah menawan. Belum lagi pantai di kawasan yang belum berkembang maupun private beach.

Prospek pengembangan industri pariwisata Gunung Kidul semakin cerah dengan dibangunnya akses baru ke daerah ini, yaitu jalan raya Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Meskipun belum sepenuhnya selesai, JJLS sudah bisa dinikmati dan menjadi alternatif akses ke Gunung Kidul. Pemerintah Pusat bahkan mau mendorong lebih besar lagi pengembangan industri pariwisata di sana dengan melebarkan JJLS dari 30 meter menjadi 50 meter, dan saat ini prosesnya masih berlangsung. JJLS ini akan menghubungkan bandara Yogyakarta yang baru di Kulon Progo dengan destinasi wisata Gunung Kidul.

Pengembangan bandara baru Yogyakarta dipastikan akan melahirkan gelombang baru trafik wisatawan mancanegara (wisman) ke Yogyakarta, termasuk Gunung Kidul. Penerbangan langsung dari Eropa, Timur Tengah, China, Korea, Jepang ,dan Australia akan melipatgandakan kedatangan wisman. Berkembangnya destinasi wisata di Gunung Kidul melahirkan pilihan baru yang sangat menarik bagi para wisman itu kalau mereka mengetahui kekayaan alam destinasi wisata baru ini.

Investasi Infrastruktur Pariwisata
Kesadaran mengenai perlunya investasi infrastruktur pariwisata seperti hotel dan restoran yang layak untuk melengkapi objek wisata yang sudah sangat kaya, dewasa ini sudah ada dan mengalami akselerasi. Sudah banyak investor yang punya lahan di daerah tersebut dan siap membangun. Jika mengunjungi kawasan tersebut, kita bisa menyaksikan aktivitas pembangunan resor di Pantai Seruni, begitu pula di bukit dekat Pantai Indrayanti. Perizinan juga sedang diproses untuk resor besar di Pantai Drini. Sebuah resor yang menarik juga sudah selesai dibangun di Pantai Kukup. Perkembangan ini menunjukkan geliat pembangunan infrastruktur pariwisata di kawasan Gunung Kidul.

Perkembangan yang menarik terjadi di kawasan pantai Indrayanti. Pantai yang nama resminya Pulang Sawal (Pantai Pulsa) tersebut dewasa ini menjadi destinasi wisata favorit di samping Goa Pindul. Hal inilah yang menarik pengusaha pariwisata membangun resor di lereng bukit yang berdekatan dengan Pantai Indrayanti. Kabarnya, resor tersebut akan terdiri atas lebih dari sepuluh hostel bertarif murah dan beberapa vila di puncaknya untuk menarik wisatawan yang lebih premium. Dari informasi yang saya peroleh, kawasan resor baru ini akan siap menyambut tamu sebelum Lebaran yang akan datang. Dari lokasinya yang strategis dan posisinya di bukit dengan pemandangan samudra luas, resor ini berpotensi menjadi ikon baru industri pariwisata Gunung Kidul di masa mendatang.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0760 seconds (0.1#10.140)