Pendekatan Baru Dakwah Transformatif

Jum'at, 08 Desember 2017 - 07:36 WIB
Pendekatan Baru Dakwah...
Pendekatan Baru Dakwah Transformatif
A A A
Mayjen TNI (Purn) H Kurdi Mustofa MM
Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI)

SAAT ini umat Islam di In­do­ne­sia tengah mengalami pro­ses transisi dan trans­for­masi. Transisi tersebut me­nu­­ju paradigma baru dengan mu­lai menafikan tradisi pri­mor­­dialisme ke dalam tradisi yang lebih egaliter. Sekat-sekat pa­ham dan aliran mulai luntur ber­ganti hanya satu identitas, ya­itu muslim.

Selama ini problem ma­yo­ri­tas muslim memang tergadai dan tersandera oleh sekat p­a­ham dan aliran. Dan yang lebih mem­prihatinkan mayoritas mus­lim hidup termarginalkan. Ke­mapanan hidup marginal ma­k­in mengkristal bersama pa­ra pemimpin umat yang tetap meng­inginkan langgengnya peng­hormatan, bahkan kultus. Ja­ngan heran di kampung-kam­pung dan di pinggiran me­nyi­kapi kemiskinan dan ke­bo­doh­an dianggap sebagai ke­ada­an yang lumrah dijalani. Me­nga­pa? Karena hidup enak dan su­r­ga muslim itu di akhirat, se­men­tara dunia adalah surga bagi orang-orang kafir.

Sementara itu, proses trans­­for­­masi juga tengah ber­gulir. Ada kelompok yang je­ngah de­ngan keadaan meng­ha­dapi s­e­ba­tas rutinitas ama­li­yah, apa­lagi se­ka­d­ar memupuk ke­t­aat­an pr­i­ba­di. Mereka me­li­hat hari de­mi hari umat Islam di­­si­b­uk­kan hiruk-pik­uk para pe­­mim­pin­nya, tetapi ti­dak me­­nyentuh ke­pentingan umat. Bisa jadi ma­lahan umat di­­ja­dikan objek un­tuk ­ke­pen­ting­­an dan ambisi pribadi.

Muncullah saat ini para mu­­ja­hid dakwah tampil ke per­mu­­k­­a­an dan mulai mengambil ini­­sia­tif. Para mujahid dakwah de­­ngan se­gala per­ann­ya–ap­a­kah de­ngan ilmunya, har­ta­nya, ke­ah­li­an teknologi­nya– ber­satu da­lam sa­tu barisan ingin me­la­hir­kan mus­lim baru In­donesia tan­pa embel-embel apa pun. Sia­pa me­re­ka se­sung­guh­nya pa­ra mu­ja­hid dakwah itu? Mereka ada­lah ko­munitas dan kelas me­ne­ngah ba­ru yang m­e­­nam­pak­kan ek­s­is­ten­si spi­ri­tualitas di te­ngah ke­ju­mud­an, ke­mis­kin­an, dan ke­b­o­doh­an saudara-saudaranya.

Pertumbuhan kelas me­ne­ngah di Indonesia paling cepat de­ngan persentase yang besar. Itu artinya lahirnya kesadaran ba­ru atas kewajiban dakwah men­jadi semacam kebutuhan dan panggilan. Saya optimistis ge­rakan ini akan menjadi bola sal­ju dan mayoritas umat saat­nya nanti akan keluar dari or­ga­ni­sasi-organisasi konvensional me­nuju sebuah komunitas de­ngan hanya satu identitas, yaitu sa­ya muslim.

Kelahiran kelas menengah ba­ru atas panggilan dakwah da­pat ditengarai peran dan kon­tri­busi berbagai gerakan jamaah se­lama akhir 2016 hingga be­be­ra­pa hari lalu pada helat akbar yang dihadiri oleh jutaan umat da­lam acara reuni 212. Ko­mu­ni­tas dan umat mengambil ini­sia­tif masing-masing untuk sam­pai ke Monas. Tidak ada du­kung­an apa pun dari panitia. Yang ada adalah ta’awun an­tar­se­sama sahabat muslim. Trans­por­tasi, minuman, snack, tikar, s­a­jadah, dll. Semangat seperti ini diyakini akan tetap bertahan di masa depan.

Oleh karena ke depan proses trans­formasi yang sekarang te­n­gah bergulir mesti mengk­ri­s­tal dalam satu wadah yang tetap ber­orientasi pada pilar utama da­kw­ah, pilar utama dakwah da­l­am konteks amar ma’ruf ada­lah dengan hikmah dan bij­ak­sa­na, dengan nasihat yang santun dan lembut. Meskipun mesti ber­debat, tetap argumentatif dan penuh kecerdasan. Dalam kon­teks nahi munkar, pen­de­kat­an­nya adalah: ubahlah dengan ta­nganmu, dengan lisan penuh ke­arifan, dan jika kemampuan amat terbatas dan tertekan de­ngan doa mustajabah.

Melalui dua pendekatan ini, para pimpinan mujahid dak­wah akan memfokuskan pada seg­­men­tasi keahlian masing-masing. Maka, nan­ti­nya ada dak­­wah politik, dak­wah eko­no­­­mi, dak­w­ah pe­me­rin­tahan, dak­­wah bu­daya, dak­wah k­e­aman­an dan k­e­ter­tib­an, dak­wah media, dan dak­wah lain. Ma­ka, akan la­hir­lah ri­­buan dan mung­kin ra­tus­an ri­­bu pe­mim­pin mujahid da­k­wah di bi­dang masing-masing.

Sekarang baru berjuang da­lam satu aspek dakwah nahi mun­kar. Terpilihnya Gubernur DKI Anies Baswedan sebagai sa­lah satu tokoh mujahid dakwah da­ri kelas menengah telah me­na­bur jariyah kepada para pe­juang-pejuangnya. Para mu­ja­hid dan mujahidah juga dapat ali­r­an pahala atas kebijakan me­nu­tup hotel tempat maksiat, azan salat masuk ke ruang kan­tor, fasilitas musala di pem­ber­hentian Transjakarta. Tentu ke de­pan akan terus membagi ja­ri­yah kebaikan. Dakwah ekonomi te­l­ah pula dirintis pendirian 212 MART dan koperasi.

Simultansi dakwah seluas as­pek kehidupan dapat disusun pa­ra inisiator gerakan ini. Jadi, ti­dak hanya menumpuk dalam sa­t­u panggung menunggu gi­lir­an orasi. Akan lahirlah cita-cita Is­lam di Indonesia dengan umat Is­lam yang mampu me­wu­jud­kan baldatun thayyibatun wa­rab­bun ghafur. Kitalah yang me­nik­ma­ti rezeki kekayaan alam ini, bu­kan orang lain.

Karena itu, capaian yang t­e­lah berhasil terkonsolidasi de­ngan baik itu perlu terus di­pe­li­hara oleh para pemimpin umat agar tidak tergoda oleh prag­ma­tis­me dan iming-iming kekua­sa­an yang sesaat dan dapat me­runtuhkan kepercayaan umat yang sangat besar saat ini. Kon­sistensi perjuangan umat Islam, is­tiqamah dalam memegang pri­n­sip harus menjadi ke­pri­ba­di­an dan karakter pemimpin umat, dalam mewujudkan In­do­ne­sia sebagai baldatun thayy­i­ba­tun warabbun ghafur. Wallahu a’lam bish-shawab.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1841 seconds (0.1#10.140)