Kembali Menengok Sektor Maritim

Jum'at, 17 November 2017 - 08:01 WIB
Kembali Menengok Sektor...
Kembali Menengok Sektor Maritim
A A A
PADA Jumat lalu (10/11) salah satu menteri dalam Kabinet Kerja Susi Pudjiastuti menerima gelar doktor honoris causa (HC) bidang manajemen dan konservasi sumber daya kelautan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Gelar yang dianugerahkan bertepatan dengan dies natalis ke-57 ITS ini menjadi perhatian publik karena memang segala hal yang dilakukan menteri yang juga pengusaha perikanan dan penerbangan itu selalu menjadi sumber perhatian.

Namun dari gelar tersebut, bukan hanya sisi gelarnya saja yang menarik, tetapi yang lebih menarik lagi karena hal itu seperti mengingatkan terus-menerus untuk mengedepankan konsep Poros Maritim Dunia (PMD) yang menjadi andalan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Konsep ini sangat dinanti-nanti pelaksanaannya dalam berbagai bidang.

Beberapa yang sudah bisa kita lihat adalah penataan sektor perikanan dan tol laut. Namun tentu banyak lagi yang bisa dilakukan pemerintah dalam memajukan sektor maritim. Hal itu seperti yang pernah Presiden Jokowi katakan setelah terpilih menjadi presiden RI, yaitu bahwa Indonesia sudah terlalu lama memunggungi laut.

Pandangan itu sangat tepat dan harus dikonkretkan dalam sektor yang lebih luas lagi. Napas bangsa ini adalah napas negara maritim. Antropolog Jill Forshee menjelaskan bahwa letak geografis Indonesia mau tak mau menjadikan Indonesia sebagai negara maritim.

Jalur lalu lintas laut Indonesia menarik para pedagang dari Jazirah Arab, Persia, China, dan negara-negara di Asia Selatan serta terakhir para pedagang dari Eropa yang akhirnya justru menjajah. Perairan Indonesia yang umumnya hangat dan jarang terdapat badai menjadi tempat pertemuan kepentingan yang nyaman bagi para pedagang tersebut bila dibandingkan misalnya dengan daerah Mediterania yang sudah lebih dahulu menjadi pusat kebudayaan maritim.

Bahkan kemampuan membangun kapal dan navigasi sudah mencapai level tinggi di beberapa pulau seperti Sulawesi, Bali, Jawa, dan Sumatera yang memudahkan penduduknya untuk bepergian antarpulau, ke daratan Asia serta pergi ke wilayah lain.

Dengan budaya maritim yang sudah terbangun dan kekayaan sumber daya alam terutama rempah-rempah pala dan cengkeh, akhirnya kapal-kapal dagang Eropa berdatangan ke Indonesia (disebut Nusantara) pada abad ke-16. Kapal-kapal tersebut datang untuk membeli rempah-rempah dan menciptakan hubungan dagang dengan pulau di bagian timur Nusantara, yaitu Kepulauan Maluku yang di kalangan pedagang dikenal sebagai kepulauan rempah (spice islands).

Laut di Nusantara akhirnya berkembang menjadi jalan lapang untuk penguatan penetrasi kapal-kapal Eropa yang memiliki teknologi kelautan yang lebih maju yang pada akhirnya membuka kesempatan bagi bangsa Eropa untuk menaklukkan berbagai pulau di kepulauan ini dan akhirnya dikukuhkan dengan kolonialisme oleh Belanda.

Dengan sejarah seperti itu, tentu sangat disayangkan bila sektor maritim kita belum berlari cukup cepat. Selama ini kita melihat bagaimana kehebatan pemerintahan Presiden Jokowi dalam membangun infrastruktur di darat. Ribuan kilometer jalan tol dibentangkan dan banyak bandara dipermak. Namun infrastruktur di sektor maritim masih saja sedikit tertinggal.

Sekadar pengingat, Presiden Jokowi pernah mengungkapkan secara gamblang konsep PMD pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Timur di Nay Pyi Taw, Myanmar, 13 November 2014. Ada lima pilar yang disampaikan Jokowi.

Kelima pilar Poros Maritim tersebut adalah (1) pembangunan kembali budaya maritim Indonesia, (2) komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama, (3) komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan serta pariwisata maritim, (4) diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan, (5) sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudra, Indonesia berkewajiban membangun kekuatan pertahanan maritim.

Semoga Presiden Jokowi memberikan perhatian lebih besar lagi di sektor maritim dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Mari menengok kembali sektor ini.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6294 seconds (0.1#10.140)