Fokus Ekonomi Syariah

Sabtu, 11 November 2017 - 08:30 WIB
Fokus Ekonomi Syariah
Fokus Ekonomi Syariah
A A A
MENDAMBAKAN Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah dunia hal yang wajar. Bank Indonesia (BI) menargetkan pre­­dik­at Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia di­h­a­rap­kan terealisasi pada 2024 mendatang. Potensi meraih status itu, se­perti ditegaskan Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, terbuka le­bar meng­ingat Indonesia memiliki populasi warga muslim yang amat be­sar, hanya saja selama ini tertinggal dalam mengembangkan po­tensi eko­nomi berbasis syariah.

Sejumlah negara telah men­gem­bang­kan eko­nomi syariah secara masif, padahal potensi mereka sa­ngat ter­ba­tas bila dibandingkan dengan yang dimiliki Indonesia. Un­tuk me­ngem­bangkan ekonomi syariah harus didukung sikap po­li­tik p­e­me­rin­tah yang jelas. Intinya dibutuhkan komitmen nasional yang te­r­in­te­grasi satu sama lain, baik secara kelembagaan maupun prog­ram yang bersinergi atas nama pengembangan ekonomi syariah.

Tentu, pihak bank sentral tidak sekadar berwacana menjadikan In­d­onesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia yang dipatok dapat di­realisasi kurang dari 10 tahun ke depan. BI bersama sejumlah pi­hak di antaranya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kementerian Pe­rencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pem­ba­ngun­an Nasional (Bappenas), dan Dewan Pengarah Komite Nas­io­nal Keuangan Syariah (KNKS) telah menyusun strategi dengan me­ru­muskan tiga pilar pengembangan ekonomi syariah.

Pertama, fo­kus pada pengembangan sektor usaha syariah melalui penguatan se­luruh kelompok pelaku usaha dan lembaga pendidikan Islam. Ke­dua, pendalaman pasar keuangan syariah. Fokus pada peningkatan ma­n­ajemen likuiditas dan pembiayaan syariah untuk mendukung pe­ngembangan usaha syariah. Ketiga, penguatan riset dan edukasi ser­ta sosialisasi dan komunikasi. Fokus pada peningkatan sumber da­ya manusia yang berdaya saing internasional.

Melihat potensi Indonesia di bidang ekonomi syariah yang be­gi­tu be­sar dan belum tergarap secara maksimal memang sebuah ironi. Se­mi­nar dan diskusi serta rumusan pengembangan ekonomi sya­riah di In­donesia sudah tak terbilang, tetapi faktanya per­kem­bang­an eko­no­mi syariah nasional masih tetap ”merayap” yang jauh dari h­a­rapan. Ka­r­ena itu Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam sam­butan pem­bukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2017, Kamis la­lu di Surabaya, berharap pengembangan ekonomi sya­riah tidak se­ba­tas ide dan penelitian, tetapi harus diimplementasikan.

Bagaimana dengan perkembangan perbankan syariah saat ini? Pub­likasi terbaru dari bank sentral menunjukkan pangsa pasar per­bank­an syariah masih di bawah 6% dari total pangsa pasar ­per­bank­an nasional. Perkembangan perbankan syariah yang dinilai lambat oleh pihak bank sentral tidak hanya terkendala pada persoalan kla­sik, yakni seputar permodalan, tetapi perlu dibarengi dengan mem­p­er­luas sejumlah kegiatan keuangan syariah. Selain itu pihak re­gu­la­tor senantiasa dituntut agar memberikan edukasi dan sosialisasi per­bankan syariah secara maksimal. Edukasi dan sosialisasi penting un­tuk menumbuhkan minat masyarakat menabung pada per­bank­an syariah.

Sejumlah negara tercatat memiliki pangsa pasar perbankan sya­riah yang meyakinkan, di antaranya Malaysia 23,8%. Bisakah In­do­ne­sia mengejar prestasi Malaysia? Tentu saja bisa seperti yang diy­a­kini Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) M Hadi San­to­so bahwa peluang pangsa pasar perbankan nasional begitu lebar, bah­kan dalam waktu dekat bisa menembus 7%. Untuk menggenjot pang­sa pasar perbankan syariah lebih cepat lagi, pemerintah yang se­dang fokus membangun proyek infrastruktur sudah sepatutnya ju­ga membuka pintu lebar-lebar bagi perbankan syariah. Selama ini ga­rapan perbankan syariah lebih condong pada pembiayaan sektor ri­tel serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Bicara soal ekonomi syariah lebih terfokus pada industri ke­uang­a­n, padahal cakupannya begitu luas. Nakhoda baru DKI Jakarta be­ren­cana menghadirkan hotel berkonsep halal syariah. Rencana ter­se­but direspons positif kalangan pengusaha hotel dan restoran. Se­lain itu kalangan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga telah menginisiasi hadirnya bur­sa efek syariah.

Ide pembentukan bursa efek syariah mendapat du­kungan penuh dari petinggi Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk se­ge­ra mewujudkan. Pihak Kadin memimpikan bursa tersebut sudah da­pat beroperasi paling lambat tahun depan. Kita berharap sektor usa­ha lain juga bisa mengadaptasi konsep bisnis berbasis syariah.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0842 seconds (0.1#10.140)