Gaet Generasi Digital, Kubu Jokowi-Prabowo Siap Adu Kreativitas
A
A
A
JAKARTA - Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto masih menempati urutan teratas elektabiltas calon presiden di kalangan generasi milenial. Hasil survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) beberapa waktu lalu menunjukkan secara umum, elektabilitas Jokowi di kalangan generasi Z ini sebesar 33,3%, dan Prabowo 25%.
Persaingan keduanya juga terjadi di media sosial (medsos). Dilihat dari tingkat pemilihan capres berdasarkan kepemilikan akun media sosial, Jokowi mendapatkan suara terbanyak dari Facebook yaitu 30,6%, sedangkan Prabowo mendapat suara terbanyak dari Twitter, Path, dan Instagram yaitu di atas 20%.
Partai politik pendukung dua bakal capres ini sama-sama optimistis akan mampu memenangi suara kaum milenial menjelang Pemilu 2019 yang tersisa kurang dua tahun. Dua kubu siap adu kreativitas untuk merebut dukungan pemilih muda yang usianya 17-29 tahun tersebut.
Kubu Prabowo yakin saatnya nanti bisa mengungguli Jokowi setelah melihat luasnya dukungan pengguna media sosial, yakni di Twitter, Instagram, dan Path. Ketua DPP Partai Gerindra Moh Nizar Zahro mengatakan, sebagian kelompok milenial mulai mengerti bahwa apa yang ditampilkan oleh Prabowo Subianto adalah natural atau apa adanya.
Menurut dia, Prabowo jauh dari kesan pencitraan sehingga lebih unggul di kelas menengah atas yang banyak menggunakan Twitter. Gerindra akan terus mengawal agar dukungan kelompok milenial tersebut meningkat. Partainya sudah menyiapkan kader-kader yang khusus bergerak di media sosial untuk mengetahui kecenderungan dan aspirasi dari kalangan milenial. Dengan kreativitas yang diciptakan, diharapkan dukungan pemilih milenial akan semakin kuat.
"Dan saya yakin dengan pola seperti ini, yakni Pak Prabowo tampil apa adanya, maka kelompok milenial ini akan lebih mendukung Prabowo dan mengantarkannya jadi presiden pada 2019," ujar dia.
Sementara itu, Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hendrawan Supratikno mengatakan, hasil survei soal elektabilitas capres di mata generasi milenial bisa naik-turun seiring berjalannya waktu. Namun, dia menilai popularitas dan elektabilitas Jokowi yang lebih tinggi ketimbang tokoh lain di media sosial menjadi bukti bahwa persepsi kalangan milenial dan masyarakat umum sangat positif. Jokowi di mata milenial lebih bisa mewakili mereka.
Menurut Hendrawan, PDIP tentu saja terus berupaya dalam segala aspek agar elektabilitas Jokowi bisa terus meningkat. Menjadi tugas partai pengusungnya, termasuk PDIP, untuk terus mendongkrak elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta tersebut. "Kita tunggu saja adu kreativitas dalam kontestasi (pemilu) pada April 2019 nanti,” ujar dia.
Kategori pemilih milenial pada survei CSIS ini yakni responden yang berusia 17-29 tahun yang mempunyai akses dan merasa nyaman terhadap media sosial. Dalam survei ini CSIS memilih 600 sampel secara multistage random sampling dari 34 provinsi di Indonesia. Responden generasi milenial adalah masyarakat Indonesia yang sudah memiliki hak pilih dalam pemilu. Margin of error survei ini sebesar +/-4%. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka.
Persaingan keduanya juga terjadi di media sosial (medsos). Dilihat dari tingkat pemilihan capres berdasarkan kepemilikan akun media sosial, Jokowi mendapatkan suara terbanyak dari Facebook yaitu 30,6%, sedangkan Prabowo mendapat suara terbanyak dari Twitter, Path, dan Instagram yaitu di atas 20%.
Partai politik pendukung dua bakal capres ini sama-sama optimistis akan mampu memenangi suara kaum milenial menjelang Pemilu 2019 yang tersisa kurang dua tahun. Dua kubu siap adu kreativitas untuk merebut dukungan pemilih muda yang usianya 17-29 tahun tersebut.
Kubu Prabowo yakin saatnya nanti bisa mengungguli Jokowi setelah melihat luasnya dukungan pengguna media sosial, yakni di Twitter, Instagram, dan Path. Ketua DPP Partai Gerindra Moh Nizar Zahro mengatakan, sebagian kelompok milenial mulai mengerti bahwa apa yang ditampilkan oleh Prabowo Subianto adalah natural atau apa adanya.
Menurut dia, Prabowo jauh dari kesan pencitraan sehingga lebih unggul di kelas menengah atas yang banyak menggunakan Twitter. Gerindra akan terus mengawal agar dukungan kelompok milenial tersebut meningkat. Partainya sudah menyiapkan kader-kader yang khusus bergerak di media sosial untuk mengetahui kecenderungan dan aspirasi dari kalangan milenial. Dengan kreativitas yang diciptakan, diharapkan dukungan pemilih milenial akan semakin kuat.
"Dan saya yakin dengan pola seperti ini, yakni Pak Prabowo tampil apa adanya, maka kelompok milenial ini akan lebih mendukung Prabowo dan mengantarkannya jadi presiden pada 2019," ujar dia.
Sementara itu, Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hendrawan Supratikno mengatakan, hasil survei soal elektabilitas capres di mata generasi milenial bisa naik-turun seiring berjalannya waktu. Namun, dia menilai popularitas dan elektabilitas Jokowi yang lebih tinggi ketimbang tokoh lain di media sosial menjadi bukti bahwa persepsi kalangan milenial dan masyarakat umum sangat positif. Jokowi di mata milenial lebih bisa mewakili mereka.
Menurut Hendrawan, PDIP tentu saja terus berupaya dalam segala aspek agar elektabilitas Jokowi bisa terus meningkat. Menjadi tugas partai pengusungnya, termasuk PDIP, untuk terus mendongkrak elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta tersebut. "Kita tunggu saja adu kreativitas dalam kontestasi (pemilu) pada April 2019 nanti,” ujar dia.
Kategori pemilih milenial pada survei CSIS ini yakni responden yang berusia 17-29 tahun yang mempunyai akses dan merasa nyaman terhadap media sosial. Dalam survei ini CSIS memilih 600 sampel secara multistage random sampling dari 34 provinsi di Indonesia. Responden generasi milenial adalah masyarakat Indonesia yang sudah memiliki hak pilih dalam pemilu. Margin of error survei ini sebesar +/-4%. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka.
(amm)