Suhardi Alius: Dengan Integritas, Bisa Dibedakan Mana Baik dan Buruk
A
A
A
JAKARTA - Salah satu kelemahan dari mental bangsa Indonesia sesudah revolusi adalah sifat "mental menerabas" atau mental menempuh jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu dengan tidak peduli aturan, etika, dan prosedur yang telah disepakati.
Mental menerabas yang dilakukan berulang membuat masyarakat cenderung permisif dan tidak peduli. Akibatnya perilaku tersebut dianggap lumrah, biasa bahkan sepele.
Tanpa disadari perilaku itu telah memicu munculnya masalah-masalah lebih besar yang berpotensi mengancam ketahanan nasional.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Moehmahadi Soerja Djanegara mengutip kalimat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius dari dalam sebuah buku.
Hal itu dikatakan Moehmahadi saat menjadi keynote speaker dalam acara launching dan bedah buku berjudul "Integritas di Tengah Kabut Idealisme, Kepemimpinan & Pembelajaran Hidup Suhardi Alius" karya Dedi Mahardi di Auditorium Lemhanas, Jakarta, Sabtu 28 Oktober 2017, seperti dalam siaran pers BNPT, Senin (30/10/2017).
“Korupsi masih menjadi persoalan besar bangsa kita. Akar permasalahnya semakin lunturnya integritas, lunturnya kejujuran dan makin lunturnya rasa cinta kepada bangsa, negara dan Tanah Air. Namun demikian, kita harus yakin masih banyak anak bangsa yang punya integritas tinggi, salah satunya Suhardi Alius,” ujar Moehmahadi.
Dedi Mahardi mengakui karyanya atas inisiasi tokoh nasional Ahmad Syafii Maarif dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, tanpa sepengetahuan dari Kepala BNPT Suhardi Alius
Menurut Dedi, Suhardi sebagai pemikir cerdas dan mampu menuangkan pemikirannya dalam konsep yang jelas dan bernilai strategis.
“Salah satu kelebihannya beliau mampu berpikir, menuliskannya sekaligus menjelaskan pemikirannya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tidak banyak orang yang bisa selengkap Suhardi Alius,” katanya.
Selain itu, menurut dia, alumni Akademi Polisi ini sosok sopan bertutur kata halus dan tegas dalam mengambil keputusan serta bijak.
“Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masalah berat yang dihadapi mampu diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan riak-riak yang tidak perlu dan meresahkan kehidupan bernegara,” kata Moehmahadi.
Mantan Kabareskrim Polri itu dinilai sebagai sosok mudah bergaul dan mudah diterima siapa pun. “Selama berkawan dengan Suhardi Alius, saya mengetahui dia orang yang mau menerima masukan dan pendapat dari orang lain, serta memanfaatkan pendapat tersebut yang menurut beliau benar dalam melaksanakan tugasnya,” ujarnya
Sementara itu, Syafii Maarif menilai Suhardi sebagai sosok anak bangsa yang istimewa dan berdedikasi tinggi terhadap masalah bangsa.
Apalagi, kata dia, saat ini mantan Kapolda Jawa Barat itu sering mendapatkan undangan dari berbagai negara untuk berbicara masalah penanggulangan terorisme.
“Sekarang dia menjadi guru di mana-mana diminta di Turki, Australia, Amerika, Jerman untuk mengajarkan bagaimana cara menanggulangi terorisme. Walaupun masih ada juga teror tapi sudah jauh berkurang,” ungkap mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.
Syafii menilai masalah terorisme bermula dari berbagai masalah, salah satunya akibat ketimpangan sosial. Terorisme juga muncul karena masuknya ideologi-ideologi dari luar lalu orang tidak bisa membedakan antara Arabisme dan Islam.
“Arabisme ada yang positif. Yang negatif, kelompok-kelompok garis keras, ada ISIS, Bokoharam dan sebagainya. Nah negara barat tidak paham masalah seperti ini, tapi Suhardi Alius bisa memahami ini. Ini kelebihan Suhardi Alius sehingga dia menjadi konsultan di muka bumi ini mengajarkan kepada negara barat bagaimana cara mengatasi terorisme. Tentunya ini luar biasa,” ujar Syafii Maarif.
Sebagai penulis buku, Dedi Mahardi mengaku mendapatkan berbagai masukan dari banyak tokoh yang menganggap negeri ini tuna teladan. Para tokoh pun menginginkannya untuk memunculkan sosok orang-orang baik di negeri ini.
“Bangsa ini harus dibangun dengan kejujuran, kebaikan dan dengan integritas, bukan lagi dengan kepalsuan. Setelah melalui berbagai penilaian dari berbagai tokoh, akhinya muncul nama Pak Suhardi Alius di ranking pertama,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala BNPT Suhardi Alius mengaku awalnya terkejut dengan buku tentang dirinya. Dia tidak pernah berpikir ada orang yang menulis tentang dirinya.
“Yang menginisiasi buku ini ternyata Buya Syafii Maarif dan Pak Nazaruddin Umar. Pengalaman hidup bahwa integritas itu sangat penting, berpikir secara pribadi memang butuh integritas.” ujarnya.
Menurut dia, negara ini merdeka dan dibangun dengan idealisme pendiri bangsa yang berjuang dengan idealisme. “Kita ini cuma mengisi kemerdekaan. Nah integritas itulah yang diperlukan untuk membangun bangsa ini,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya ini
Dia mengakui di tengah membangun bangsa ini, banyak "turbulesi" dan "kabut" di tengahnya yang harus di hadapi dengan integritas.
“Saya maknai integritas itu sebagai sebuah prinsip, komitmen yang dilatarbelakangi dengan kejujuran, nilai nilai spiritual, knowledge yang didapat selama ini sehingga bisa membedakan dengan jelas mana yang baik, mana buruk serta mana benar dan salah. Itu sebagai kontrol kita,” ujarnya.
Hadir dalam acara bedah buku antara lain mantan Kapolri Jenderal Pol Purn Surojo Bimantoro, Jenderal Pol Purn Da’i Bachtiar, mantan Jaksa Agung Basrief Arief, Wakil menteri ESDM Archandra Tahar, mantan Kepala BNPT Irjen Pol Purn Ansyaad Mbai, anggota kelompok ahli BNPT bidang agama Prof Dr Azyumardi Azra, anggota kelompok ahli bidang psikologi Prof Dr Hamdi Muluk, Ketua Pusat Kajian Antikorupsi Pukat UGM Dr Zainal Arifin Mochtar, mantan narapidana kasus terorisme Ali Fauzy Manzi dan Khoirul Ghazali.
Mental menerabas yang dilakukan berulang membuat masyarakat cenderung permisif dan tidak peduli. Akibatnya perilaku tersebut dianggap lumrah, biasa bahkan sepele.
Tanpa disadari perilaku itu telah memicu munculnya masalah-masalah lebih besar yang berpotensi mengancam ketahanan nasional.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Moehmahadi Soerja Djanegara mengutip kalimat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius dari dalam sebuah buku.
Hal itu dikatakan Moehmahadi saat menjadi keynote speaker dalam acara launching dan bedah buku berjudul "Integritas di Tengah Kabut Idealisme, Kepemimpinan & Pembelajaran Hidup Suhardi Alius" karya Dedi Mahardi di Auditorium Lemhanas, Jakarta, Sabtu 28 Oktober 2017, seperti dalam siaran pers BNPT, Senin (30/10/2017).
“Korupsi masih menjadi persoalan besar bangsa kita. Akar permasalahnya semakin lunturnya integritas, lunturnya kejujuran dan makin lunturnya rasa cinta kepada bangsa, negara dan Tanah Air. Namun demikian, kita harus yakin masih banyak anak bangsa yang punya integritas tinggi, salah satunya Suhardi Alius,” ujar Moehmahadi.
Dedi Mahardi mengakui karyanya atas inisiasi tokoh nasional Ahmad Syafii Maarif dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, tanpa sepengetahuan dari Kepala BNPT Suhardi Alius
Menurut Dedi, Suhardi sebagai pemikir cerdas dan mampu menuangkan pemikirannya dalam konsep yang jelas dan bernilai strategis.
“Salah satu kelebihannya beliau mampu berpikir, menuliskannya sekaligus menjelaskan pemikirannya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tidak banyak orang yang bisa selengkap Suhardi Alius,” katanya.
Selain itu, menurut dia, alumni Akademi Polisi ini sosok sopan bertutur kata halus dan tegas dalam mengambil keputusan serta bijak.
“Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masalah berat yang dihadapi mampu diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan riak-riak yang tidak perlu dan meresahkan kehidupan bernegara,” kata Moehmahadi.
Mantan Kabareskrim Polri itu dinilai sebagai sosok mudah bergaul dan mudah diterima siapa pun. “Selama berkawan dengan Suhardi Alius, saya mengetahui dia orang yang mau menerima masukan dan pendapat dari orang lain, serta memanfaatkan pendapat tersebut yang menurut beliau benar dalam melaksanakan tugasnya,” ujarnya
Sementara itu, Syafii Maarif menilai Suhardi sebagai sosok anak bangsa yang istimewa dan berdedikasi tinggi terhadap masalah bangsa.
Apalagi, kata dia, saat ini mantan Kapolda Jawa Barat itu sering mendapatkan undangan dari berbagai negara untuk berbicara masalah penanggulangan terorisme.
“Sekarang dia menjadi guru di mana-mana diminta di Turki, Australia, Amerika, Jerman untuk mengajarkan bagaimana cara menanggulangi terorisme. Walaupun masih ada juga teror tapi sudah jauh berkurang,” ungkap mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.
Syafii menilai masalah terorisme bermula dari berbagai masalah, salah satunya akibat ketimpangan sosial. Terorisme juga muncul karena masuknya ideologi-ideologi dari luar lalu orang tidak bisa membedakan antara Arabisme dan Islam.
“Arabisme ada yang positif. Yang negatif, kelompok-kelompok garis keras, ada ISIS, Bokoharam dan sebagainya. Nah negara barat tidak paham masalah seperti ini, tapi Suhardi Alius bisa memahami ini. Ini kelebihan Suhardi Alius sehingga dia menjadi konsultan di muka bumi ini mengajarkan kepada negara barat bagaimana cara mengatasi terorisme. Tentunya ini luar biasa,” ujar Syafii Maarif.
Sebagai penulis buku, Dedi Mahardi mengaku mendapatkan berbagai masukan dari banyak tokoh yang menganggap negeri ini tuna teladan. Para tokoh pun menginginkannya untuk memunculkan sosok orang-orang baik di negeri ini.
“Bangsa ini harus dibangun dengan kejujuran, kebaikan dan dengan integritas, bukan lagi dengan kepalsuan. Setelah melalui berbagai penilaian dari berbagai tokoh, akhinya muncul nama Pak Suhardi Alius di ranking pertama,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala BNPT Suhardi Alius mengaku awalnya terkejut dengan buku tentang dirinya. Dia tidak pernah berpikir ada orang yang menulis tentang dirinya.
“Yang menginisiasi buku ini ternyata Buya Syafii Maarif dan Pak Nazaruddin Umar. Pengalaman hidup bahwa integritas itu sangat penting, berpikir secara pribadi memang butuh integritas.” ujarnya.
Menurut dia, negara ini merdeka dan dibangun dengan idealisme pendiri bangsa yang berjuang dengan idealisme. “Kita ini cuma mengisi kemerdekaan. Nah integritas itulah yang diperlukan untuk membangun bangsa ini,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya ini
Dia mengakui di tengah membangun bangsa ini, banyak "turbulesi" dan "kabut" di tengahnya yang harus di hadapi dengan integritas.
“Saya maknai integritas itu sebagai sebuah prinsip, komitmen yang dilatarbelakangi dengan kejujuran, nilai nilai spiritual, knowledge yang didapat selama ini sehingga bisa membedakan dengan jelas mana yang baik, mana buruk serta mana benar dan salah. Itu sebagai kontrol kita,” ujarnya.
Hadir dalam acara bedah buku antara lain mantan Kapolri Jenderal Pol Purn Surojo Bimantoro, Jenderal Pol Purn Da’i Bachtiar, mantan Jaksa Agung Basrief Arief, Wakil menteri ESDM Archandra Tahar, mantan Kepala BNPT Irjen Pol Purn Ansyaad Mbai, anggota kelompok ahli BNPT bidang agama Prof Dr Azyumardi Azra, anggota kelompok ahli bidang psikologi Prof Dr Hamdi Muluk, Ketua Pusat Kajian Antikorupsi Pukat UGM Dr Zainal Arifin Mochtar, mantan narapidana kasus terorisme Ali Fauzy Manzi dan Khoirul Ghazali.
(dam)