Peringatan Sumpah Pemuda, PPP Dorong Pemuda Semain Unggul
A
A
A
JAKARTA - Berbagai harapan disampaikan sejumlah tokoh terhadap peringatan Sumpah Pemuda pada hari ini. Salah satunya dari Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy.
Pria yang akrab disapa Romi ini mendorong para pemuda memiliki kesadaran lebih, menjadikan Indonesia tampil di kancah internasional dengan lebih unggul dan bermartabat. "Di luar angka-angka negatif seperti meningkatnya kriminalitas, narkoba pornografi, dan pornoaksi," ujar Romi lewat rilis yang diterima SINDOnews, Sabtu (28/10/2017).
Apalagi, kata dia, dunia saat ini cenderung dipimpin oleh pemimpin muda usia seperti Presiden Austria Sebastian Kurz berusia 31 tahun, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Kate Laurell Ardern berusia 37 tahun, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berusia 39 tahun. Pemuda di Indonesia juga harus mempersiapkan diri mengikutinya.
"Dalam bidang lain kita ketahui ada 10 orang mengubah wajah digital dunia semuanya adalah anak-anak muda berusia di bawah 30 tahun, ini menunjukkan perubahan yang begitu cepat itu hanya bisa diikuti generasi muda," jelasnya.
Maka itu, lanjut dia, saatnya pemuda mampu menjadi bagian dari Indonesia yang menghadapi aneka tantangan. Legislator asal daerah pemilihan Jawa Tengah VII ini menuturkan, terdapat lima tantangan di antaranya, pertama terkait merebaknya narkoba di Indonesia.
Kedua, terkait pornografi dan pornoaksi yang dituntut peran pemerintah semakin ketat menyaring seluruh situs-situs di Indonesia agar tidak merusak mental generasi muda. Ketiga, tantangan serbuan ideologi transnasional seperti liberalisme, komunisme, radikalisme, yang kesemuanya mampu memiliki potensi bahaya laten menggoyang Pancasila dan NKRI ke depan.
"Nah atas itu, kita harus membekali anak-anak kita dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk menyaring ideologi yang menyerbu Indonesia itu positif dan negatifnya apa? sekaligus bagaimana upaya persuasif untuk menangkalnya," katanya. Keempat, ujar dia, tantangan dari globalisasi, telah membuat dunia menjadi tanpa batas mengakibatkan timbulnya kecenderungan-kecenderungan baru.
"Tidak selalu positif antara lain meningkatnya indifidualisme hingga kecenderungan semakin hilangnya sentuhan emosional dalam menghadapi persoalan," imbuhnya. Kelima, terkait demokrasi. Dalam hal ini, kecenderungan pemuda semakin apolitis (anti politik).
Dia menambahkan, hampir seluruh survei dilakukan lembaga-lembaga menunjukkan bahwa tingkat kecenderungan apoltis dikalangan anak muda atau pemilih pemula lebih tinggi dibandingkan tingkat kecenderungan apolitis ditingkat generasi yang lebih tua.
Karena itu, dia mengimbau harus diberikan penyadaran pada pemuda bahwa politik itu adalah memperjuangkan nilai-nilai luhur dari idealisme yang digagas masing masing partai politik atas aspirasi anggotanya.
"Sehingga yang diperlukan bukan menjadi apolitis dan menjauh dari politik dan partai politik, tapi justru proaktif dalam politik dan partai politik sehingga kita bisa mendapatkan generasi-generasi melek politik, yang sadar akan tantangan yang dihadapi bangsanya," pungkasnya.
Pria yang akrab disapa Romi ini mendorong para pemuda memiliki kesadaran lebih, menjadikan Indonesia tampil di kancah internasional dengan lebih unggul dan bermartabat. "Di luar angka-angka negatif seperti meningkatnya kriminalitas, narkoba pornografi, dan pornoaksi," ujar Romi lewat rilis yang diterima SINDOnews, Sabtu (28/10/2017).
Apalagi, kata dia, dunia saat ini cenderung dipimpin oleh pemimpin muda usia seperti Presiden Austria Sebastian Kurz berusia 31 tahun, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Kate Laurell Ardern berusia 37 tahun, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berusia 39 tahun. Pemuda di Indonesia juga harus mempersiapkan diri mengikutinya.
"Dalam bidang lain kita ketahui ada 10 orang mengubah wajah digital dunia semuanya adalah anak-anak muda berusia di bawah 30 tahun, ini menunjukkan perubahan yang begitu cepat itu hanya bisa diikuti generasi muda," jelasnya.
Maka itu, lanjut dia, saatnya pemuda mampu menjadi bagian dari Indonesia yang menghadapi aneka tantangan. Legislator asal daerah pemilihan Jawa Tengah VII ini menuturkan, terdapat lima tantangan di antaranya, pertama terkait merebaknya narkoba di Indonesia.
Kedua, terkait pornografi dan pornoaksi yang dituntut peran pemerintah semakin ketat menyaring seluruh situs-situs di Indonesia agar tidak merusak mental generasi muda. Ketiga, tantangan serbuan ideologi transnasional seperti liberalisme, komunisme, radikalisme, yang kesemuanya mampu memiliki potensi bahaya laten menggoyang Pancasila dan NKRI ke depan.
"Nah atas itu, kita harus membekali anak-anak kita dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk menyaring ideologi yang menyerbu Indonesia itu positif dan negatifnya apa? sekaligus bagaimana upaya persuasif untuk menangkalnya," katanya. Keempat, ujar dia, tantangan dari globalisasi, telah membuat dunia menjadi tanpa batas mengakibatkan timbulnya kecenderungan-kecenderungan baru.
"Tidak selalu positif antara lain meningkatnya indifidualisme hingga kecenderungan semakin hilangnya sentuhan emosional dalam menghadapi persoalan," imbuhnya. Kelima, terkait demokrasi. Dalam hal ini, kecenderungan pemuda semakin apolitis (anti politik).
Dia menambahkan, hampir seluruh survei dilakukan lembaga-lembaga menunjukkan bahwa tingkat kecenderungan apoltis dikalangan anak muda atau pemilih pemula lebih tinggi dibandingkan tingkat kecenderungan apolitis ditingkat generasi yang lebih tua.
Karena itu, dia mengimbau harus diberikan penyadaran pada pemuda bahwa politik itu adalah memperjuangkan nilai-nilai luhur dari idealisme yang digagas masing masing partai politik atas aspirasi anggotanya.
"Sehingga yang diperlukan bukan menjadi apolitis dan menjauh dari politik dan partai politik, tapi justru proaktif dalam politik dan partai politik sehingga kita bisa mendapatkan generasi-generasi melek politik, yang sadar akan tantangan yang dihadapi bangsanya," pungkasnya.
(kri)