NPI Catat Surplus Besar

Sabtu, 16 September 2017 - 08:01 WIB
NPI Catat Surplus Besar
NPI Catat Surplus Besar
A A A
SURPLUS Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada Agustus 2017 mencatat rekor baru dalam lima tahun terakhir. Publikasi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap surplus NPI periode Agustus lalu tercatat senilai USD1,72 miliar adalah surplus NPI bulanan terbesar sejak 2012.

Pihak BPS menyatakan surplus NPI bulan lalu didorong surplus sektor nonminyak dan gas (migas) senilai USD2,41 miliar. Dengan demikian, sepanjang tahun ini (Januari hingga Agustus) posisi NPI telah mencetak surplus USD 9,11 miliar.

Secara detail, pihak BPS membeberkan pada Agustus lalu nilai ekspor mencapai USD15,21 miliar. Sebaliknya, nilai impor hanya tercatat USD13,49 miliar sehingga terjadi surplus USD1,72 miliar. Penurunan nilai impor pada Agustus lalu mencapai USD399,8 juta atau mengerut sekitar 2,88% dibandingkan Juli 2017.

Nilai impor yang mengecil tersebut salah satunya dipicu oleh penurunan impor nonmigas senilai USD580,6 juta (4,80%). Penyebabnya, sebagaimana ditegaskan Kepala BPS Suhariyanto dikarenakan lonjakan impor pada Juli lalu sehingga berpengaruh terhadap permintaan impor bulan lalu.

Selain itu, dalam catatan BPS pertumbuhan impor barang konsumsi mengalami juga pelambatan dalam beberapa bulan terakhir. Agustus lalu termonitor total impor barang konsumsi USD1,14 miliar. Dan secara akumulatif dari Januari hingga Agustus 2017 nilai impor barang konsumsi sekitar USD8,6 miliar.

Dilihat dari negara pemasok barang nonmigas terbesar ke Indonesia adalah China senilai USD3,06 miliar atau mencapai sekitar 26% dari total impor Indonesia, disusul Jepang USD1,3 miliar, Thailand sekitar USD799,4 juta, Singapura mencapai USD747,5 juta, dan Amerika Serikat (AS) USD660,6 juta.

Sementara itu, nilai ekspor Indonesia bulan lalu telah memperlihatkan kinerja positif. Nilai ekspor Agustus 2017 senilai USD15,21 miliar telah menunjukkan kenaikan signifikan sekitar 19,24% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pihak BPS mengungkapkan, sejumlah faktor pemicu kinerja ekspor yang menggembirakan tersebut adalah membaiknya harga komoditas di pasar dunia, seperti harga batu bara, minyak kelapa sawit, minyak kernel, nikel, tembaga, dan karet.

Data BPS menunjukkan nilai ekspor migas naik dari USD1,165 miliar pada Juli 2017 menjadi USD1,27 miliar atau naik sekitar 9,62%, sedangkan ekspor nonmigas naik 11,93% menjadi USD13,93 miliar dari USD12,44 miliar. Hal itu dipicu oleh kenaikan ekspor minyak mentah yang mencapai USD 409,9 juta atau melonjak sekitar 39,56%, dan ekspor gas yang naik sekitar 5,46% menjadi USD 780,1 juta.
Sebaliknya, ekspor hasil minyak malah turun menjadi USD86,9 juta atau anjlok sekitar 33,94%. Komoditas yang turut mendongkrak kinerja ekspor adalah lemak dan minyak hewani atau nabati USD375,3 juta atau naik 22,31%, mesin dan peralatan listrik naik sekitar 12,73% atau senilai USD90,1 juta, disusul barang rajutan USD73,4 juta atau naik 12,73%.

Untuk menunjang kinerja ekspor yang mulai membaik itu, pihak BI berjanji menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada level fundamental, yakni tidak terlalu tinggi atau sebaliknya terlalu rendah. Nilai tukar rupiah yang berada pada level fundamental bertujuan menjaga daya saing ekspor produk dari Indonesia.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo beralasan bahwa posisi nilai tukar rupiah yang sangat kuat bisa membuat harga produk Indonesia di luar negeri menjadi mahal. Sebaliknya, apabila nilai tukar rupiah terlalu rendah membuat produk Indonesia sulit bersaing dengan produk serupa dari negara lain.

Meski NPI mencatat surplus pada periode Agustus 2017, Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Darmin Nasution menyambut datar saja. Bahkan, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu menahan diri untuk sekadar basa-basi menyambut surplus NPI bulan lalu.

Darmin beralasan bahwa kinerja NPI tidak cukup hanya dinilai dalam ukuran bulanan, melainkan perlu dilihat dengan utuh yakni secara tahunan. Walau demikian, Darmin yang pernah menjabat sebagai Dirjen Pajak optimistis kinerja NPI ke depan akan berada di jalur positif, setidaknya hingga akhir tahun ini.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0637 seconds (0.1#10.140)