Bunga Kredit Bisa Turun
A
A
A
KEPUTUSAN Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate membawa angin sejuk bagi perekonomian nasional. Sejumlah pelaku ekonomi menilai sebagai langka terbaik bank sentral di tengah lesunya situasi dan kondisi ekonomi di dalam negeri. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI awal pekan ini menetapkan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin atau dari 4,75% menjadi 4,50%.
Keputusan RDG tersebut dinilai "istimewa" oleh sejumlah ekonom karena sejak Oktober 2016 bank sentral tidak pernah mengoreksi ke bawah suku bunga acuan. Di mata para ekonom, kebijakan BI tersebut sangat berdasar mengingat sejumlah indikator ekonomi cukup bagus, di antaranya laju inflasi lebih rendah dari perkiraan, nilai tukar rupiah relatif terkendali, dan risiko eksternal yang bisa dikelola dengan baik.
Laju inflasi yang terkendali memang menjadi salah satu alasan bank sentral mengoreksi suku bunga acuan dari empat alasan yang menjadi patokan dalam RDG. Sebagaimana dipaparkan Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, bahwa ada empat hal menjadi dasar penurunan suku bunga acuan. Pertama , laju inflasi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya hingga pertengahan 2017. Pihak BI memprediksi laju inflasi berada pada kisaran 4% sepanjang tahun ini dan sekitar 3,5% pada tahun depan. Tingkat inflasi yang lebih rendah membuka ruang kebijakan penurunan suku bunga.
Kedua, defisit transaksi berjalan (current account deficit /CAD) juga terkendali yang bertengger pada level 1,5% hingga 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun depan, pihak bank sentral memprediksi CAD berada di level 2% hingga 2,5% dari PDB. Artinya, CAD lebih rendah dari batas aman yang telah dipatok sebelumnya di kisaran 3% dari PDB.
Ketiga, BI menilai faktor risiko eksternal mulai mereda yang selama ini dikhawatirkan dari arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed). Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan terjadi pada akhir tahun ini. Keempat, pihak BI berharap penurunan suku bunga acuan dapat mendorong penyaluran kredit perbankan guna menunjang pertumbuhan ekonomi.
Harus diakui bahwa penyaluran kredit perbankan belum memberikan optimisme dalam pemutaran roda pertumbuhan perekonomian yang lebih kencang hingga pertengahan tahun ini. Data bank sentral menunjukkan pertumbuhan kredit pada Juni 2017 sekitar 7,8% secara tahunan, angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di level 8,7%.
Melihat pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang tidak terlalu menggembirakan, pihak BI merevisi target pertumbuhan kredit menjadi 8% hingga 10% dan dari target sebelumnya yang dipatok di kisaran 10% sampai 12% pada tahun ini. Selain itu, bank sentral mempertimbangkan kondisi perbankan terkait risiko peningkatan rasio kredit bermasalah. Adapun rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan /NPL Net) sebesar 1,4%.
Keputusan bank sentral menurunkan suku bunga acuan membawa sentimen positif terhadap pasar saham. Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan kemarin mencetak rekor baru dengan menyentuh level 5.914. Tak kurang dari 180 saham yang diperdagangkan menguat, 137 saham melemah, dan sebanyak 132 saham stagnan, sedangkan volume transaksi mencapai 11,25 miliar saham yang bernilai sebesar Rp6,65 triliun.
Sementara aktivitas investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp364,87 milir untuk seluruh pasar dan sekitar Rp79 miliar di pasar reguler. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terjadi pelamahan. Pada penutupan perdagangan kemarin kurs rupiah tercatat Rp13.352 per USD dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp13.341 per USD.
Bagaimana dengan reaksi pihak perbankan nasional dalam merespons penurunan suku bunga acuan tersebut? Namun pasti, Gubernur BI Agus Martowardojo meminta kalangan perbankan segera bersikap dengan turut serta menurunkan suku bunga kredit. Pihak BI berharap melalui penurunan bunga kredit berpengaruh terhadap penyaluran kredit yang bisa memberi daya dorong dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Belakangan ini memang suku bunga kredit mulai menurun namun belum signifikan.
Berdasarkan data bank sentral suku bunga kredit perbankan berada di kisaran 11,73% per Juli 2017 atau turun sebesar 4 basis poin dari kisaran 11,77% pada Juni 2017. Namanya saja suku bunga acuan bank sentral sehingga harus diikuti perbankan begitu aturan mainnya. (*)
Keputusan RDG tersebut dinilai "istimewa" oleh sejumlah ekonom karena sejak Oktober 2016 bank sentral tidak pernah mengoreksi ke bawah suku bunga acuan. Di mata para ekonom, kebijakan BI tersebut sangat berdasar mengingat sejumlah indikator ekonomi cukup bagus, di antaranya laju inflasi lebih rendah dari perkiraan, nilai tukar rupiah relatif terkendali, dan risiko eksternal yang bisa dikelola dengan baik.
Laju inflasi yang terkendali memang menjadi salah satu alasan bank sentral mengoreksi suku bunga acuan dari empat alasan yang menjadi patokan dalam RDG. Sebagaimana dipaparkan Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, bahwa ada empat hal menjadi dasar penurunan suku bunga acuan. Pertama , laju inflasi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya hingga pertengahan 2017. Pihak BI memprediksi laju inflasi berada pada kisaran 4% sepanjang tahun ini dan sekitar 3,5% pada tahun depan. Tingkat inflasi yang lebih rendah membuka ruang kebijakan penurunan suku bunga.
Kedua, defisit transaksi berjalan (current account deficit /CAD) juga terkendali yang bertengger pada level 1,5% hingga 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun depan, pihak bank sentral memprediksi CAD berada di level 2% hingga 2,5% dari PDB. Artinya, CAD lebih rendah dari batas aman yang telah dipatok sebelumnya di kisaran 3% dari PDB.
Ketiga, BI menilai faktor risiko eksternal mulai mereda yang selama ini dikhawatirkan dari arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed). Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan terjadi pada akhir tahun ini. Keempat, pihak BI berharap penurunan suku bunga acuan dapat mendorong penyaluran kredit perbankan guna menunjang pertumbuhan ekonomi.
Harus diakui bahwa penyaluran kredit perbankan belum memberikan optimisme dalam pemutaran roda pertumbuhan perekonomian yang lebih kencang hingga pertengahan tahun ini. Data bank sentral menunjukkan pertumbuhan kredit pada Juni 2017 sekitar 7,8% secara tahunan, angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di level 8,7%.
Melihat pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang tidak terlalu menggembirakan, pihak BI merevisi target pertumbuhan kredit menjadi 8% hingga 10% dan dari target sebelumnya yang dipatok di kisaran 10% sampai 12% pada tahun ini. Selain itu, bank sentral mempertimbangkan kondisi perbankan terkait risiko peningkatan rasio kredit bermasalah. Adapun rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan /NPL Net) sebesar 1,4%.
Keputusan bank sentral menurunkan suku bunga acuan membawa sentimen positif terhadap pasar saham. Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan kemarin mencetak rekor baru dengan menyentuh level 5.914. Tak kurang dari 180 saham yang diperdagangkan menguat, 137 saham melemah, dan sebanyak 132 saham stagnan, sedangkan volume transaksi mencapai 11,25 miliar saham yang bernilai sebesar Rp6,65 triliun.
Sementara aktivitas investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp364,87 milir untuk seluruh pasar dan sekitar Rp79 miliar di pasar reguler. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terjadi pelamahan. Pada penutupan perdagangan kemarin kurs rupiah tercatat Rp13.352 per USD dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp13.341 per USD.
Bagaimana dengan reaksi pihak perbankan nasional dalam merespons penurunan suku bunga acuan tersebut? Namun pasti, Gubernur BI Agus Martowardojo meminta kalangan perbankan segera bersikap dengan turut serta menurunkan suku bunga kredit. Pihak BI berharap melalui penurunan bunga kredit berpengaruh terhadap penyaluran kredit yang bisa memberi daya dorong dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Belakangan ini memang suku bunga kredit mulai menurun namun belum signifikan.
Berdasarkan data bank sentral suku bunga kredit perbankan berada di kisaran 11,73% per Juli 2017 atau turun sebesar 4 basis poin dari kisaran 11,77% pada Juni 2017. Namanya saja suku bunga acuan bank sentral sehingga harus diikuti perbankan begitu aturan mainnya. (*)
(wib)