Perilaku Pemudik
A
A
A
MUSIM mudik Lebaran 2017 hampir dilalui. Sejauh ini arus mudik jelang Lebaran 2017 sepertinya berjalan lancar meski masih ada beberapa catatan penting bagi pemerintah sebagai pemangku atau ”pelayan” masyarakat dalam arus mudik. Salah satu catatan adalah tol fungsional Brebes Timur hingga Gringsing, Batang, Jawa Tengah, yang masih dikeluhkan beberapa pemudik. Memang tol tersebut hanya bersifat fungsional, tapi tampaknya masih jauh dari kata layak untuk dilalui. Sebagai pemecah kepadatan atau kemacetan arus mudik mungkin bagus.
Catatan lainnya adalah ruas Tol Bawen-Salatiga. Meski mempunyai pemandangan yang indah namun exit tol di kawasan Tingkir, Salatiga, masih sempit dan perlu diperlebar lagi. Di jalur tengah Pulau Jawa mungkin agak terkendala dengan pembangunan lima flyover yang belum selesai 100% namun memang sudah cukup membantu. Sedangkan pada transportasi massal tampaknya tidak ada kendala berarti, baik terminal, stasiun, bandara udara, maupun pelabuhan, tidak mempunyai kendala berarti.
Ada peningkatan kualitas pelayanan mudik 2017 ini dibandingkan tahun 2016. Horor kemacetan di pintu tol keluar hingga menelan korban jiwa akibat kelelahan saat kemacetan tidak lagi terjadi pada mudik 2017. Kisah-kisah klasik seperti lamanya waktu tempuh (biasanya dua kali lipat dari waktu tempuh normal) memang masih menghiasi cerita mudik ini. Beberapa hari ke depan, arus balik mesti juga menjadi perhatian pemerintah agar kualitas pelayanan tetap terjaga.
Beberapa tol fungsional seperti Brebes Timur-Gringsing harus benar-benar mendapat perhatian. Kualitas jalan sementara dan penerangan yang tidak maksimal harus menjadi koreksi untuk bisa dibenahi. Begitu juga dengan pintu tol di Tingkir, Salatiga, yang harus benar-benar diadakan rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan. Memecah arus kendaraan yang masuk ke pintu Tol Bawen tampaknya harus menjadi alternatif.
Catatan penting bagi arus musik 2017 ini justru perilaku pemudik. Gaya berkendara para pemudik memang masih diwarnai tindakan-tindakan jauh dari sopan santun berlalu lintas. Melintas di bahu jalan tol dengan kecepatan tinggi untuk mendahului adalah tindakan yang masih terjadi. Begitu juga di jalur biasa, mendahului di sebelah kiri jalan masih dilihat.
Tindakan ini jelas-jelas membahayakan keselamatan pengguna kendaraan lainnya. Kita semua tahu kecelakaan kendaraan di jalanan lebih banyak disebabkan perilaku berkendara yang kurang sopan. Memacu kendaraan dengan batas melebihi ketentuan juga masih mewarnai. Kelengkapan kendaraan seperti lampu rem hingga lampu depan masih mengganggu pengemudi lainnya.
Begitu juga dengan pengguna kendaraan roda dua. Membawa barang di sepeda motor melebihi kapasitas semestinya memang mengkhawatirkan. Bahkan, beberapa pengendara dengan tega membawa balita untuk menempuh perjalanan puluhan bahkan ratusan kilometer.
Bagi aparat memang ini dilematis. Dengan alasan karena Lebaran, biasanya ada sikap-sikap permisif yang sebenarnya justru merugikan masyarakat lain. Aparat kepolisian semestinya harus berani lebih tegas menindak kendaraan-kendaraan atau pengemudi yang melanggar aturan demi keselamatan pemudik lainnya. Tidak peduli mereka akan menjalankan mudik Lebaran ataupun bersilaturahmi dengan keluarga, tindakan tegas harus diambil.
Imbauan dengan berbagai cara memang telah dilakukan pemerintah. Cara-cara ini harus terus ditingkatkan pada musik musim depan demi peningkatan kualitas. Sekali lagi tindakan tegas harus diambil demi menekan angka kecelakaan lalu lintas. Selain itu, tugas media massa, baik konvensional atau new media untuk terus mengampanyekan tertib berlalu lintas terutama saat mudik.
Kita memang masyarakat timur dikenal dengan sopan santunnya yang katanya lebih bagus dari masyarakat barat. Namun, soal perilaku mengemudi, masyarakat kita masih jauh dengan kata sopan santun bahkan masih kalah jauh dengan masyarakat barat. Untuk hal berlalu lintas, tampaknya kita harus banyak belajar dari masyarakat barat.
Catatan lainnya adalah ruas Tol Bawen-Salatiga. Meski mempunyai pemandangan yang indah namun exit tol di kawasan Tingkir, Salatiga, masih sempit dan perlu diperlebar lagi. Di jalur tengah Pulau Jawa mungkin agak terkendala dengan pembangunan lima flyover yang belum selesai 100% namun memang sudah cukup membantu. Sedangkan pada transportasi massal tampaknya tidak ada kendala berarti, baik terminal, stasiun, bandara udara, maupun pelabuhan, tidak mempunyai kendala berarti.
Ada peningkatan kualitas pelayanan mudik 2017 ini dibandingkan tahun 2016. Horor kemacetan di pintu tol keluar hingga menelan korban jiwa akibat kelelahan saat kemacetan tidak lagi terjadi pada mudik 2017. Kisah-kisah klasik seperti lamanya waktu tempuh (biasanya dua kali lipat dari waktu tempuh normal) memang masih menghiasi cerita mudik ini. Beberapa hari ke depan, arus balik mesti juga menjadi perhatian pemerintah agar kualitas pelayanan tetap terjaga.
Beberapa tol fungsional seperti Brebes Timur-Gringsing harus benar-benar mendapat perhatian. Kualitas jalan sementara dan penerangan yang tidak maksimal harus menjadi koreksi untuk bisa dibenahi. Begitu juga dengan pintu tol di Tingkir, Salatiga, yang harus benar-benar diadakan rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan. Memecah arus kendaraan yang masuk ke pintu Tol Bawen tampaknya harus menjadi alternatif.
Catatan penting bagi arus musik 2017 ini justru perilaku pemudik. Gaya berkendara para pemudik memang masih diwarnai tindakan-tindakan jauh dari sopan santun berlalu lintas. Melintas di bahu jalan tol dengan kecepatan tinggi untuk mendahului adalah tindakan yang masih terjadi. Begitu juga di jalur biasa, mendahului di sebelah kiri jalan masih dilihat.
Tindakan ini jelas-jelas membahayakan keselamatan pengguna kendaraan lainnya. Kita semua tahu kecelakaan kendaraan di jalanan lebih banyak disebabkan perilaku berkendara yang kurang sopan. Memacu kendaraan dengan batas melebihi ketentuan juga masih mewarnai. Kelengkapan kendaraan seperti lampu rem hingga lampu depan masih mengganggu pengemudi lainnya.
Begitu juga dengan pengguna kendaraan roda dua. Membawa barang di sepeda motor melebihi kapasitas semestinya memang mengkhawatirkan. Bahkan, beberapa pengendara dengan tega membawa balita untuk menempuh perjalanan puluhan bahkan ratusan kilometer.
Bagi aparat memang ini dilematis. Dengan alasan karena Lebaran, biasanya ada sikap-sikap permisif yang sebenarnya justru merugikan masyarakat lain. Aparat kepolisian semestinya harus berani lebih tegas menindak kendaraan-kendaraan atau pengemudi yang melanggar aturan demi keselamatan pemudik lainnya. Tidak peduli mereka akan menjalankan mudik Lebaran ataupun bersilaturahmi dengan keluarga, tindakan tegas harus diambil.
Imbauan dengan berbagai cara memang telah dilakukan pemerintah. Cara-cara ini harus terus ditingkatkan pada musik musim depan demi peningkatan kualitas. Sekali lagi tindakan tegas harus diambil demi menekan angka kecelakaan lalu lintas. Selain itu, tugas media massa, baik konvensional atau new media untuk terus mengampanyekan tertib berlalu lintas terutama saat mudik.
Kita memang masyarakat timur dikenal dengan sopan santunnya yang katanya lebih bagus dari masyarakat barat. Namun, soal perilaku mengemudi, masyarakat kita masih jauh dengan kata sopan santun bahkan masih kalah jauh dengan masyarakat barat. Untuk hal berlalu lintas, tampaknya kita harus banyak belajar dari masyarakat barat.
(kri)