Menjahit Sentimen Pasar dan Menenun Pertumbuhan Ekonomi
A
A
A
Lucky Bayu Purnomo SE.,ME.,CSA.,CTA
Research Analyst Danareksa, Program Doktor Ilmu Ekonomi dan Dosen Ilmu Ekonomi dan Keuangan Universitas Trisakti
LEMBAGA pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) telah menaikkan sovereign credit rating Indonesia menjadi BBB-/A-3 dengan outlook stabil. Dalam keterangannya yang diterbitkan Jumat (19/5/2017), S&P memberikan pandangan terhadap risiko-risiko fiskal Indonesia telah mengalami penurunan.
Lebih jauh, bahwa pemerintah Indonesia telah merealisasikan postur APBN dengan realistis disertai dengan pengukuran terkait belanja dan pendapatan (APBN) dalam rangka menstabilkan keuangan negara.
Dengan demikian, Indonesia telah memperoleh peringkat investment grade dari S&P. Sebelumnya Indonesia telah mendapatkan peringkat layak investasi dari beberapa lembaga pemeringkat internasional terkemuka lainnya antara lain Japan Credit Rating Agency (JCRA) pada Juli 2010, Fitch Rating pada Desember 2011, Moodys pada Januari 2012, dan Rating and Investment pada Oktober 2012.
Sebelumnya sentimen positif telah di peroleh dari hasil pembobotan dari pada kinerja ekonomi Indonesia. Kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia Q1 2017 berada pada kisaran angka 5,01% dari Q1 2016 sebelumnya yang berada pada kisaran angka 4,92%,
Dengan demikian, dalam siaran persnya, S&P menyebutkan keputusan tersebut didasari oleh peluang penurunan risiko fiskal diimbangi dengan kebijakan anggaran pemerintah dengan kondisi yang realistis sehingga membatasi kemungkinan negatif terhadap defisit di masa yang akan datang secara signifikan.
Selanjutnya, momentum ini juga dapat mengurangi risiko peningkatan rasio utang pemerintah terhadap PDB dan beban pembayaran bunga. Di sisi lain, S&P juga memberikan pandangan terhadap perbaikan dari potensi penerimaan negara sehubungan dengan perolehan data dari program tax amnesty serta pengelolaan pengeluaran fiskal yang lebih terkendali.
Perumusan Kebijakan
Indonesia dinilai telah menunjukkan perumusan kebijakan yang efektif untuk mendukung keuangan pemerintah yang berkesinambungan dan pertumbuhan ekonomi yang berimbang dengan hasil dari kinerja pertumbuhan ekonomi yang mengalami pertumbuhan pada Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2017 membaik. Pertumbuhan pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 5,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,94 % (yoy) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,92% (yoy)
Sebelumnya, Bank Dunia memprediksi produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 5,2% pada 2017 atau lebih tinggi dari realisasi sepanjang 2016 yang mencapai 5,02%, dengan demikian potensi tersebut menjadi sentimen positif untuk memperoleh apresiasi pasar terhadap peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diperoleh pada triwulan pertama, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2017 membaik. Pertumbuhan pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 5,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,94% (yoy) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,92% (yoy)
Sentimen Pasar
Pasar memberikan apresiasi positif atas perkembangan ini. Pada hari Jumat (19/5) IHSG ditutup naik 146,43 poin (+2,59%) pada level 5.791,88 dengan nilai transaksi sebesar Rp8,3 T. Sebelumnya, pasar telah memperoleh sentimen positif di mana terdapat 10 emiten yang masuk menjadi anggota Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI), sementara IHSG nyaris menguji level tertinggi sepanjang sejarah, dan akhirnya berhasil dicapai pada Jumat kemarin.
Pada pertengahan tahun 2017 ini, pasar telah masuk dalam momentum untuk menghadapi untuk menghadapi kinerja IHSG yang cenderung menguat hingga akhir 2017. Pada periode selanjutnya pasar akan masuk dalam tahun 2018 dan menghadapi tahun politik 2019. Momentum jangka panjang tersebut tentu menjadi peluang disertai dengan tantangan bagi Indonesia untuk mampu mempertahankan status perolehan investment grade .
Hasil pemeringkatan tersebut menjadi indikator kinerja ekonomi secara makro dan bauran kebijakan ekonomi yang selama ini diperkenalkan kepada publik melalui serangkaian paket kebijakan ekonomi. Pemerintah harus menjaganya agar tetap berada dalam kondisi optimal serta mengalami pertumbuhan pada masa mendatang. Diharapkan upaya tersebut dapat memberikan sentimen positif terhadap Kinerja sektoral yang ada di Indonesia melalui kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG)
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Mei 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga deposit facility tetap sebesar 4,00% dan lending facility tetap sebesar 5,50%, berlaku efektif sejak 19 Mei 2017. Dengan berlakunya tanggal efektif tersebut, maka momentum pasar bertepatan terhadap momentum perolehan investment grade dan naiknya peringkat Indonesia oleh S&P.
Dow Jones juga sempat mengalami pelemahan sebesar 372 poin (1,78%), pada tanggal 17 Mei 2017 Dow Jones Future. Hal tersebut memberikan sinyal positif terhadap potensi kinerja regional Asia, sehingga pasar mempertimbangkan adanya peluang pertumbuhan. Momentum tersebut menjadi sinyal positif hingga akhirnya membantu IHSG menguji level tertinggi sepanjang sejarah.
Sedangkan di Eropa, pertumbuhan ekonomi disertai dengan pertumbuhan kinerja sektor manufaktur yang beriringan dengan perbaikan konsumsi dan ekspor, serta telah menurunnya ketegangan dan risiko geopolitik pasca pemilihan presiden di Prancis.
Menenun pertumbuhan ekonomi Indonesia
Akhirnya, peluang serta tantangan pada masa mendatang antara lain, adalah dampak risiko terhadap potensi kenaikan Fed Fund Rate (FFR), kemudian perkembangan geopolitik di beberapa kawasan, khususnya di Semenanjung Korea.
Selanjutnya dari dalam negeri yang menjadi sentimen jangka pendek adalah, tantangan terhadap risiko kenaikan harga volatile food menjelang bulan puasa sebagai risiko jangka pendek. Sedangkan peluang jangka panjang, antara lain adalah akselerasi dari paket kebijakan ekonomi yang telah di perkenalkan dan di lakukan selama ini di harapkan dapat menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa mendatang
Sedangkan potensi jangka panjang, diharapkan adalah peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk menguji target pertumbuhan ekonomi pada level 5,3 %. Sentimen tersebut diharapkan menjadi sentimen positif bagi kemajuan investasi Indonesia sebagai negara berkembang di masa yang akan datang.
Research Analyst Danareksa, Program Doktor Ilmu Ekonomi dan Dosen Ilmu Ekonomi dan Keuangan Universitas Trisakti
LEMBAGA pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) telah menaikkan sovereign credit rating Indonesia menjadi BBB-/A-3 dengan outlook stabil. Dalam keterangannya yang diterbitkan Jumat (19/5/2017), S&P memberikan pandangan terhadap risiko-risiko fiskal Indonesia telah mengalami penurunan.
Lebih jauh, bahwa pemerintah Indonesia telah merealisasikan postur APBN dengan realistis disertai dengan pengukuran terkait belanja dan pendapatan (APBN) dalam rangka menstabilkan keuangan negara.
Dengan demikian, Indonesia telah memperoleh peringkat investment grade dari S&P. Sebelumnya Indonesia telah mendapatkan peringkat layak investasi dari beberapa lembaga pemeringkat internasional terkemuka lainnya antara lain Japan Credit Rating Agency (JCRA) pada Juli 2010, Fitch Rating pada Desember 2011, Moodys pada Januari 2012, dan Rating and Investment pada Oktober 2012.
Sebelumnya sentimen positif telah di peroleh dari hasil pembobotan dari pada kinerja ekonomi Indonesia. Kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia Q1 2017 berada pada kisaran angka 5,01% dari Q1 2016 sebelumnya yang berada pada kisaran angka 4,92%,
Dengan demikian, dalam siaran persnya, S&P menyebutkan keputusan tersebut didasari oleh peluang penurunan risiko fiskal diimbangi dengan kebijakan anggaran pemerintah dengan kondisi yang realistis sehingga membatasi kemungkinan negatif terhadap defisit di masa yang akan datang secara signifikan.
Selanjutnya, momentum ini juga dapat mengurangi risiko peningkatan rasio utang pemerintah terhadap PDB dan beban pembayaran bunga. Di sisi lain, S&P juga memberikan pandangan terhadap perbaikan dari potensi penerimaan negara sehubungan dengan perolehan data dari program tax amnesty serta pengelolaan pengeluaran fiskal yang lebih terkendali.
Perumusan Kebijakan
Indonesia dinilai telah menunjukkan perumusan kebijakan yang efektif untuk mendukung keuangan pemerintah yang berkesinambungan dan pertumbuhan ekonomi yang berimbang dengan hasil dari kinerja pertumbuhan ekonomi yang mengalami pertumbuhan pada Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2017 membaik. Pertumbuhan pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 5,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,94 % (yoy) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,92% (yoy)
Sebelumnya, Bank Dunia memprediksi produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 5,2% pada 2017 atau lebih tinggi dari realisasi sepanjang 2016 yang mencapai 5,02%, dengan demikian potensi tersebut menjadi sentimen positif untuk memperoleh apresiasi pasar terhadap peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diperoleh pada triwulan pertama, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2017 membaik. Pertumbuhan pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 5,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,94% (yoy) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,92% (yoy)
Sentimen Pasar
Pasar memberikan apresiasi positif atas perkembangan ini. Pada hari Jumat (19/5) IHSG ditutup naik 146,43 poin (+2,59%) pada level 5.791,88 dengan nilai transaksi sebesar Rp8,3 T. Sebelumnya, pasar telah memperoleh sentimen positif di mana terdapat 10 emiten yang masuk menjadi anggota Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI), sementara IHSG nyaris menguji level tertinggi sepanjang sejarah, dan akhirnya berhasil dicapai pada Jumat kemarin.
Pada pertengahan tahun 2017 ini, pasar telah masuk dalam momentum untuk menghadapi untuk menghadapi kinerja IHSG yang cenderung menguat hingga akhir 2017. Pada periode selanjutnya pasar akan masuk dalam tahun 2018 dan menghadapi tahun politik 2019. Momentum jangka panjang tersebut tentu menjadi peluang disertai dengan tantangan bagi Indonesia untuk mampu mempertahankan status perolehan investment grade .
Hasil pemeringkatan tersebut menjadi indikator kinerja ekonomi secara makro dan bauran kebijakan ekonomi yang selama ini diperkenalkan kepada publik melalui serangkaian paket kebijakan ekonomi. Pemerintah harus menjaganya agar tetap berada dalam kondisi optimal serta mengalami pertumbuhan pada masa mendatang. Diharapkan upaya tersebut dapat memberikan sentimen positif terhadap Kinerja sektoral yang ada di Indonesia melalui kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG)
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Mei 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga deposit facility tetap sebesar 4,00% dan lending facility tetap sebesar 5,50%, berlaku efektif sejak 19 Mei 2017. Dengan berlakunya tanggal efektif tersebut, maka momentum pasar bertepatan terhadap momentum perolehan investment grade dan naiknya peringkat Indonesia oleh S&P.
Dow Jones juga sempat mengalami pelemahan sebesar 372 poin (1,78%), pada tanggal 17 Mei 2017 Dow Jones Future. Hal tersebut memberikan sinyal positif terhadap potensi kinerja regional Asia, sehingga pasar mempertimbangkan adanya peluang pertumbuhan. Momentum tersebut menjadi sinyal positif hingga akhirnya membantu IHSG menguji level tertinggi sepanjang sejarah.
Sedangkan di Eropa, pertumbuhan ekonomi disertai dengan pertumbuhan kinerja sektor manufaktur yang beriringan dengan perbaikan konsumsi dan ekspor, serta telah menurunnya ketegangan dan risiko geopolitik pasca pemilihan presiden di Prancis.
Menenun pertumbuhan ekonomi Indonesia
Akhirnya, peluang serta tantangan pada masa mendatang antara lain, adalah dampak risiko terhadap potensi kenaikan Fed Fund Rate (FFR), kemudian perkembangan geopolitik di beberapa kawasan, khususnya di Semenanjung Korea.
Selanjutnya dari dalam negeri yang menjadi sentimen jangka pendek adalah, tantangan terhadap risiko kenaikan harga volatile food menjelang bulan puasa sebagai risiko jangka pendek. Sedangkan peluang jangka panjang, antara lain adalah akselerasi dari paket kebijakan ekonomi yang telah di perkenalkan dan di lakukan selama ini di harapkan dapat menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa mendatang
Sedangkan potensi jangka panjang, diharapkan adalah peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk menguji target pertumbuhan ekonomi pada level 5,3 %. Sentimen tersebut diharapkan menjadi sentimen positif bagi kemajuan investasi Indonesia sebagai negara berkembang di masa yang akan datang.
(whb)