Layak untuk Investasi
A
A
A
APA setelah Indonesia menyandang predikat sebagai negara yang layak untuk investasi (investment grade)? Pertanyaan ini sederhana, tetapi substansial sebab predikat investment grade punya konsekuensi berupa jaminan para investor untuk menanamkan modal di dalam negeri; tidak sekadar aman dan stabil, tetapi juga memberi keuntungan para penanam modal.
Yang jelas, sebagai langkah awal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung mengumpulkan sejumlah anggota Kabinet Kerja di Istana Kepresidenan, Bogor, kemarin. Dalam pengarahan kepada para pembantunya, Jokowi menyatakan kepercayaan yang diberikan Standard and Poor’s (S&P) harus dijaga, tentu dalam arti sangat luas bagaimana predikat tersebut bermanfaat untuk negeri ini.
Pemberian predikat investment grade salah satu pembuktian bahwa kinerja pemerintah semakin membaik. Namun, pemerintah jangan sampai terlena sebab sebagaimana diakui Presiden Jokowi bahwa masih ada hal-hal yang mengganggu aktivitas investor selama ini.
Mantan gubernur DKI Jakarta itu meminta semua yang menjadi pengganjal investor terutama investor dari luar negeri segera dibereskan. Dicontohkan, sejumlah proyek yang dikerjakan bersama antara pemerintah dan investor asing macet di tengah jalan karena tidak ditangani dan dikontrol dengan benar.
Hal lain, masalah perizinan masih terus menjadi persoalan klasik yang menyulitkan investor. Semuanya itu menjadi sumber kekecewaan para investor.
Karena itu, Jokowi mewanti-wanti kepada para pembantunya agar masalah-masalah yang menjauhkan para investor tidak terulang lagi. Presiden mengingatkan momentum investment grade jangan numpang lewat saja.
Segala persoalan yang berkaitan dengan investasi harus diperhatikan secara detail dan terintegrasi dengan penanganan akhir yang memuaskan investor. Pemerintah menilai predikat investment grade adalah wujud dari kepercayaan pasar internasional kepada Indonesia.
Lebih jauh, Presiden berharap stempel layak investasi dari S&P bisa menggiring investor sebanyak-banyaknya masuk Indonesia, yang pada akhirnya putaran pertumbuhan perekonomian nasional semakin kencang.
Pemberian predikat investment grade langsung mengembuskan angin segar di pasar modal dan membuat rupiah mulai berotot kembali terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sesaat setelah S&P mengumumkan status layak investasi di Indonesia, langsung melambungkan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada titik tertinggi sepanjang sejarah.
Indeks tembus rekor intraday di level 5.800 sebelum penutupan perdagangan. Tercatat IHSG naik hampir menembus 3% pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Namun, keperkasaan IHSG terkulai pada penutupan perdagangan kemarin yang turun 42 poin ke level 5.749.
Rupanya, sentimen positif tak bisa menahan aksi ambil untung para investor. Sebaliknya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat pada posisi Rp13.300 per USD pada penutupan perdagangan kemarin, dibandingkan posisi Rp13.330 pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Bagaimana ceritanya S&P memberi predikat investment grade kepada Indonesia? Selain menyematkan predikat investment grade, S&P sebagai salah satu lembaga pemeringkat internasional yang memiliki kredibel mumpuni juga menaikkan peringkat utang Indonesia pada level BBB-/stable outlook.
Sejumlah kriteria sebagai pegangan S&P dalam menilai kinerja pemerintah. Pertama, berkurangnya risiko fiskal seiring kebijakan anggaran pemerintah yang lebih realistis.
Kedua, S&P memproyeksikan perbaikan penerimaan negara sebagai dampak lanjutan dari perolehan data program pengampunan pajak. Ketiga, Indonesia dinilai telah menunjukkan kemampuan dalam merumuskan kebijakan yang efektif untuk mendukung keuangan pemerintah, yang berkesinambungan dan pertumbuhan ekonomi yang berimbang.
Predikat investment grade bagi Indonesia adalah sebuah penantian yang panjang. Predikat tersebut terasa istimewa karena sebelumnya pemerintah diprediksi berada dalam posisi yang sulit, sebab diperkirakan realisasi pajak tahun ini akan jauh dari target.
Sebenarnya, lembaga pemeringkat dunia itu bukan untuk pertama kalinya memberikan predikat investment grade untuk Indonesia. Sebelum krisis ekonomi 1998, predikat layak investasi sudah di tangan namun tidak berdampak apa-apa Indonesia terhempas krisis finansial yang menghajar Asia, dan meluluhlantakkan perekonomian Indonesia. Ujung-ujungnya S&P harus memangkas peringkat Indonesia menjadi selective default (SD).
Sekarang, predikat investment grade yang ditunggu sejak puluhan tahun lalu, kini sudah di tangan. Kita berharap momentum ini tidak lewat begitu saja. Harus diakui bahwa perolehan predikat layak investasi tersebut selain sebagai sebuah prestasi, juga merupakan tantangan. Pasalnya, predikat investment grade tidak sebatas kata-kata saja, tetapi juga implementasi yang harus dirasakan masyarakat secara nyata.
Yang jelas, sebagai langkah awal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung mengumpulkan sejumlah anggota Kabinet Kerja di Istana Kepresidenan, Bogor, kemarin. Dalam pengarahan kepada para pembantunya, Jokowi menyatakan kepercayaan yang diberikan Standard and Poor’s (S&P) harus dijaga, tentu dalam arti sangat luas bagaimana predikat tersebut bermanfaat untuk negeri ini.
Pemberian predikat investment grade salah satu pembuktian bahwa kinerja pemerintah semakin membaik. Namun, pemerintah jangan sampai terlena sebab sebagaimana diakui Presiden Jokowi bahwa masih ada hal-hal yang mengganggu aktivitas investor selama ini.
Mantan gubernur DKI Jakarta itu meminta semua yang menjadi pengganjal investor terutama investor dari luar negeri segera dibereskan. Dicontohkan, sejumlah proyek yang dikerjakan bersama antara pemerintah dan investor asing macet di tengah jalan karena tidak ditangani dan dikontrol dengan benar.
Hal lain, masalah perizinan masih terus menjadi persoalan klasik yang menyulitkan investor. Semuanya itu menjadi sumber kekecewaan para investor.
Karena itu, Jokowi mewanti-wanti kepada para pembantunya agar masalah-masalah yang menjauhkan para investor tidak terulang lagi. Presiden mengingatkan momentum investment grade jangan numpang lewat saja.
Segala persoalan yang berkaitan dengan investasi harus diperhatikan secara detail dan terintegrasi dengan penanganan akhir yang memuaskan investor. Pemerintah menilai predikat investment grade adalah wujud dari kepercayaan pasar internasional kepada Indonesia.
Lebih jauh, Presiden berharap stempel layak investasi dari S&P bisa menggiring investor sebanyak-banyaknya masuk Indonesia, yang pada akhirnya putaran pertumbuhan perekonomian nasional semakin kencang.
Pemberian predikat investment grade langsung mengembuskan angin segar di pasar modal dan membuat rupiah mulai berotot kembali terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sesaat setelah S&P mengumumkan status layak investasi di Indonesia, langsung melambungkan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada titik tertinggi sepanjang sejarah.
Indeks tembus rekor intraday di level 5.800 sebelum penutupan perdagangan. Tercatat IHSG naik hampir menembus 3% pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Namun, keperkasaan IHSG terkulai pada penutupan perdagangan kemarin yang turun 42 poin ke level 5.749.
Rupanya, sentimen positif tak bisa menahan aksi ambil untung para investor. Sebaliknya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat pada posisi Rp13.300 per USD pada penutupan perdagangan kemarin, dibandingkan posisi Rp13.330 pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Bagaimana ceritanya S&P memberi predikat investment grade kepada Indonesia? Selain menyematkan predikat investment grade, S&P sebagai salah satu lembaga pemeringkat internasional yang memiliki kredibel mumpuni juga menaikkan peringkat utang Indonesia pada level BBB-/stable outlook.
Sejumlah kriteria sebagai pegangan S&P dalam menilai kinerja pemerintah. Pertama, berkurangnya risiko fiskal seiring kebijakan anggaran pemerintah yang lebih realistis.
Kedua, S&P memproyeksikan perbaikan penerimaan negara sebagai dampak lanjutan dari perolehan data program pengampunan pajak. Ketiga, Indonesia dinilai telah menunjukkan kemampuan dalam merumuskan kebijakan yang efektif untuk mendukung keuangan pemerintah, yang berkesinambungan dan pertumbuhan ekonomi yang berimbang.
Predikat investment grade bagi Indonesia adalah sebuah penantian yang panjang. Predikat tersebut terasa istimewa karena sebelumnya pemerintah diprediksi berada dalam posisi yang sulit, sebab diperkirakan realisasi pajak tahun ini akan jauh dari target.
Sebenarnya, lembaga pemeringkat dunia itu bukan untuk pertama kalinya memberikan predikat investment grade untuk Indonesia. Sebelum krisis ekonomi 1998, predikat layak investasi sudah di tangan namun tidak berdampak apa-apa Indonesia terhempas krisis finansial yang menghajar Asia, dan meluluhlantakkan perekonomian Indonesia. Ujung-ujungnya S&P harus memangkas peringkat Indonesia menjadi selective default (SD).
Sekarang, predikat investment grade yang ditunggu sejak puluhan tahun lalu, kini sudah di tangan. Kita berharap momentum ini tidak lewat begitu saja. Harus diakui bahwa perolehan predikat layak investasi tersebut selain sebagai sebuah prestasi, juga merupakan tantangan. Pasalnya, predikat investment grade tidak sebatas kata-kata saja, tetapi juga implementasi yang harus dirasakan masyarakat secara nyata.
(poe)