Jokowi Peringatkan Rumah Sakit Terkait Pelayanan Kesehatan
A
A
A
BANDUNG - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi sejumlah pesan dalam kunjungannya ke Taman Pandawa, Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar).
Jokowi ke Bandung dalam rangka membagikan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan pemberian makanan tambahan (PMT), dan Program Keluarga Harapan (PKH), Rabu (12/4/2017).
Secara spesifik, Jokowi memaparkan satu per satu kartu dan program yang diberikan. Untuk KIS, mantan Wali Kota Solo ini mengingatkan, agar warga melapor jika mendapat pelayanan tidak memuaskan di rumah sakit saat menggunakan KIS.
"Kalau pelayanan kurang baik dengan menggunakan KIS, bisa dilaporkan. Bisa lapor ke Pak Wali Kota, Pak Gubernur, Bu Menteri. Kalau masih tidak ditanggapi, bisa lapor ke Presiden," kata Jokowi.
Menurutnya, meski memakai KIS, pelayanan di rumah sakit tetap dibayar oleh pemerintah melalui BPJS. Sehingga, warga yang memiliki KIS berhak mendapat pelayanan maksimal.
"Kalau tidak dilayani dengan baik, dokternya hati-hati, direktur rumah sakitnya hati-hati. Kalau diulang-ulang terus (pelayanan yang kurang baik), saya akan perintahkan dicopot. Setuju enggak? Melayani saja kok enggak baik pada rakyat," jelasnya.
Untuk KIP, Jokowi menjelaskan, siswa SD akan mendapat Rp450 ribu, SMP Rp750 ribu, dan SMA/SMK Rp1 juta. Dia sempat bertanya jumlah itu cukup atau tidak pada para siswa di lokasi. Beberapa di antara mereka sempat berceloteh tidak cukup.
"Ada yang bilang enggak cukup, maju. Silakan maju kalau ada yang bilang enggak cukup, ayo maju," pinta Jokowi.
(Baca juga: Warga Bandung Histeris Disalami Jokowi)
Tak ada siswa yang berani naik ke atas panggung. Dia pun menarik kesimpulan nominal itu akan cukup bagi mereka. "Artinya cukup ya? Dipakai untuk beli buku, beli sepatu, beli tas. Pulsa boleh enggak? Tidak boleh anak-anak, tidak boleh. Kalau ketahuan ada yang dipakai untuk beli pulsa, nanti akan dicabut kartunya," jelasnya.
Jokowi secara khusus berpesan pada ibu-ibu penerima PKH. Uang itu jangan dipakai untuk membeli rokok bagi suaminya. "Hati-hati. Uang itu penggunaannya bukan untuk beli rokok suami. Tapi penyampaiannya yang baik ya. Kalau ketahuan (dibelikan rokok), bisa dicabut PKH-nya," pungkasnya.
Jokowi ke Bandung dalam rangka membagikan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan pemberian makanan tambahan (PMT), dan Program Keluarga Harapan (PKH), Rabu (12/4/2017).
Secara spesifik, Jokowi memaparkan satu per satu kartu dan program yang diberikan. Untuk KIS, mantan Wali Kota Solo ini mengingatkan, agar warga melapor jika mendapat pelayanan tidak memuaskan di rumah sakit saat menggunakan KIS.
"Kalau pelayanan kurang baik dengan menggunakan KIS, bisa dilaporkan. Bisa lapor ke Pak Wali Kota, Pak Gubernur, Bu Menteri. Kalau masih tidak ditanggapi, bisa lapor ke Presiden," kata Jokowi.
Menurutnya, meski memakai KIS, pelayanan di rumah sakit tetap dibayar oleh pemerintah melalui BPJS. Sehingga, warga yang memiliki KIS berhak mendapat pelayanan maksimal.
"Kalau tidak dilayani dengan baik, dokternya hati-hati, direktur rumah sakitnya hati-hati. Kalau diulang-ulang terus (pelayanan yang kurang baik), saya akan perintahkan dicopot. Setuju enggak? Melayani saja kok enggak baik pada rakyat," jelasnya.
Untuk KIP, Jokowi menjelaskan, siswa SD akan mendapat Rp450 ribu, SMP Rp750 ribu, dan SMA/SMK Rp1 juta. Dia sempat bertanya jumlah itu cukup atau tidak pada para siswa di lokasi. Beberapa di antara mereka sempat berceloteh tidak cukup.
"Ada yang bilang enggak cukup, maju. Silakan maju kalau ada yang bilang enggak cukup, ayo maju," pinta Jokowi.
(Baca juga: Warga Bandung Histeris Disalami Jokowi)
Tak ada siswa yang berani naik ke atas panggung. Dia pun menarik kesimpulan nominal itu akan cukup bagi mereka. "Artinya cukup ya? Dipakai untuk beli buku, beli sepatu, beli tas. Pulsa boleh enggak? Tidak boleh anak-anak, tidak boleh. Kalau ketahuan ada yang dipakai untuk beli pulsa, nanti akan dicabut kartunya," jelasnya.
Jokowi secara khusus berpesan pada ibu-ibu penerima PKH. Uang itu jangan dipakai untuk membeli rokok bagi suaminya. "Hati-hati. Uang itu penggunaannya bukan untuk beli rokok suami. Tapi penyampaiannya yang baik ya. Kalau ketahuan (dibelikan rokok), bisa dicabut PKH-nya," pungkasnya.
(maf)