Kunjungan Raja Salman Bawa Harapan Baru Hubungan RI - Arab Saudi
A
A
A
JAKARTA - Kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al-Saud ke Indonesia nanti diyakini membawa harapan baru akan hubungan kedua negara, Indonesia dan Arab Saudi di masa yang akan datang.
Wakil Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengatakan, kunjungan Raja Salman cukup positif karena setelah 45 tahun Raja Saudi Arabia datang ke Indonesia.
"Hubungan kedua negara memang tidak selamanya terjalin dengan sangat baik," ujar Meutya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (28/2/2017).
Sebab, beberapa kali terjadi perbedaan pendapat antar kedua negara, salah satunya adalah perbedaan terkait operasi bersama terhadap Yaman. Perbedaan lainnya yaitu Indonesia menjadi penengah terhadap konflik Arab Saudi dengan Iran.
Hal tersebut, kata dia, membawa dampak kerawanan geopolitik di Timur Tengah, serta menimbulkan kembali konflik Sunni-Syiah yang diwakili kedua negara.
Dia mengakui, masalah hubungan bilateral kedua negara belum selesai, khususnya terkait Tenaga Kerja Indonesia yang berada di Arab Saudi.
Selain itu beberapa warga negara Indonesia (WNI) saat ini juga tengah menghadapi hukuman mati di negara tersebut.
"Kedatangan Raja Salman membawa harapan baru akan hubungan kedua negara di masa yang akan datang," ujar politikus Partai Golkar ini. Lebih lanjut dia mengatakan, kedekatan hubungan Indonesia dan Arab Saudi seharusnya dapat memperkuat tekanan bagi internasional terhadap kemerdekaan Palestina dari Israel.
"Kedatangan Raja Saudi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia serta negara Islam terbesar yang melaksanakan sistem demokrasi di negaranya," pungkasnya.
Wakil Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengatakan, kunjungan Raja Salman cukup positif karena setelah 45 tahun Raja Saudi Arabia datang ke Indonesia.
"Hubungan kedua negara memang tidak selamanya terjalin dengan sangat baik," ujar Meutya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (28/2/2017).
Sebab, beberapa kali terjadi perbedaan pendapat antar kedua negara, salah satunya adalah perbedaan terkait operasi bersama terhadap Yaman. Perbedaan lainnya yaitu Indonesia menjadi penengah terhadap konflik Arab Saudi dengan Iran.
Hal tersebut, kata dia, membawa dampak kerawanan geopolitik di Timur Tengah, serta menimbulkan kembali konflik Sunni-Syiah yang diwakili kedua negara.
Dia mengakui, masalah hubungan bilateral kedua negara belum selesai, khususnya terkait Tenaga Kerja Indonesia yang berada di Arab Saudi.
Selain itu beberapa warga negara Indonesia (WNI) saat ini juga tengah menghadapi hukuman mati di negara tersebut.
"Kedatangan Raja Salman membawa harapan baru akan hubungan kedua negara di masa yang akan datang," ujar politikus Partai Golkar ini. Lebih lanjut dia mengatakan, kedekatan hubungan Indonesia dan Arab Saudi seharusnya dapat memperkuat tekanan bagi internasional terhadap kemerdekaan Palestina dari Israel.
"Kedatangan Raja Saudi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia serta negara Islam terbesar yang melaksanakan sistem demokrasi di negaranya," pungkasnya.
(sms)