Semangat dan Harapan Tahun Baru Kita
A
A
A
KEMERIAHAN perayaan Tahun Baru semalam masih terasa tersisa dalam benak kita. Riuh rendah bunyi terompet, kembang api dan teriakan orang saat pergantian dari tahun 2016 ke tahun 2017 membawa semangat yang luar bisasa.
Ada semangat yang besar terbesit dalam sanubari kita setiap menemui Tahun Baru. Kalau dipikir-pikir, dari segi keilmuan, tak ada bedanya antara malam-malam lainnya dengan malam pergantian tahun. Bedanya adalah pada cara kita untuk menyikapi melam pergantian tahun ini.
Tahun Baru memberikan suasana mental bahwa kita ada pada situasi yang baru. Kita terkondisikan untuk merasa bahwa kita pada awal yang baru dalam perjalanan kemanusiaan baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota suatu kelompok, maupun sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan juga warga dunia.
Kita merasa di dalam suatu pergantian tahun, ada harapan untuk menorehkan catatan sejarah yang baru dibanding catatatn sejarah di tahun sebelumnya. Hal itulah yang membuat kita selalu berdoa di momen pergantian tahun.
Tahun Baru adalah bicara mengenai harapan. Harapanlah yang selalu membawa kita untuk menjadi lebih baik. Harapan jugalah yang selama ini menjadi bahan bakar kemajuan peradaban manusia. Ketiadaan harapan dengan sendirinya membawa umat manusia menuju kejumudan yang akan berakhir pada stagnasi dan kemunduran yang memilukan.
Namun, kita harus ingat juga bahwa ketidakmampuan me-manage harapan akan menciptakan kondisi yang tidak realistis dan pada akhirnya membuat kita ada pada situasi yang tidak menguntungkan. Kuncinya adalah kita harus selalu proporsional dalam menyikapi harapan ini.
Kita semua tentu punya harapan untuk pribadi. Yang satu ini merupakan hal yang sangat penting. Namun, tak kalah pentingnya, kita juga perlu punya harapan besar untuk bangsa Indonesia. Indonesia adalah negara yang penuh dengan hal yang menjanjikan, mulai dari orangnya, alamnya, hingga perannya di dunia internasional. Sayang sekali berbagai potensi tersebut justru kita tidak maksimalisasi karena sibuk sendiri dengan sesama, bukannya sibuk bersaingan dengan bangsa lain.
Pasti banyak yang menyadari bahwa tahun lalu adalah salah satu masa sulit yang harus dihadapi oleh bangsa ini. Ekonomi kita tidak tumbuh dalam angka menggembirakan yang dibutuhkan untuk menarik banyak saudara kita dari lembah kemiskinan. Kondisi ekonomi dunia dan masih belum kuatnya pondasi perekonomian dalam negeri membuat kita harus berusaha lebih keras lagi dalam sektor ekonomi ini.
Di dalam situasi ekonomi yang tidak menggembirakan itu, kita harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa situasi sosial pada tahun ini bangsa ini ada dalam kondisi yang tidak baik. Mungkin saat ini kita ada pada masa paling terbelah sejak masa-masa akhir Orde Lama dengan keberadaan PKI yang menimbulkan situasi saling curiga sedemikian rupa.
Berbagai perbedaan pendapat yang pada masa-masa sebelumnya menjadi hal-hal yang bisa saja belakangan ini seperti menjadi hal yang menghantui kebersamaan kita. Muncul rasa saling curiga yang selama ini sepertinya bisa ditepis.
Dengat semangat dan harapan untuk memulai hal positif yang baru dan meninggalkan semua hal buruk di belakang, mari kita fokus untuk menjaga kebersamaan bangsa ini. Rasa saling curiga harus disingkirkan jauh-jauh demi kemajuan dan kemanfaatn kita semua.
Kita perlu mengusung semangat Bhinneka Tunggal Ika sembari memperkuat bangunan kebersamaan dan tenggang rasa yang selama ini menjadi modal berdiri tegaknya tiang kebangsaan kita.
Selamat Tahun Baru 2017. Mari kita tinggalkan semua kekurangan di belakang dan bersemangat untuk bersama membangun Indonesia yang lebih baik.
Ada semangat yang besar terbesit dalam sanubari kita setiap menemui Tahun Baru. Kalau dipikir-pikir, dari segi keilmuan, tak ada bedanya antara malam-malam lainnya dengan malam pergantian tahun. Bedanya adalah pada cara kita untuk menyikapi melam pergantian tahun ini.
Tahun Baru memberikan suasana mental bahwa kita ada pada situasi yang baru. Kita terkondisikan untuk merasa bahwa kita pada awal yang baru dalam perjalanan kemanusiaan baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota suatu kelompok, maupun sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan juga warga dunia.
Kita merasa di dalam suatu pergantian tahun, ada harapan untuk menorehkan catatan sejarah yang baru dibanding catatatn sejarah di tahun sebelumnya. Hal itulah yang membuat kita selalu berdoa di momen pergantian tahun.
Tahun Baru adalah bicara mengenai harapan. Harapanlah yang selalu membawa kita untuk menjadi lebih baik. Harapan jugalah yang selama ini menjadi bahan bakar kemajuan peradaban manusia. Ketiadaan harapan dengan sendirinya membawa umat manusia menuju kejumudan yang akan berakhir pada stagnasi dan kemunduran yang memilukan.
Namun, kita harus ingat juga bahwa ketidakmampuan me-manage harapan akan menciptakan kondisi yang tidak realistis dan pada akhirnya membuat kita ada pada situasi yang tidak menguntungkan. Kuncinya adalah kita harus selalu proporsional dalam menyikapi harapan ini.
Kita semua tentu punya harapan untuk pribadi. Yang satu ini merupakan hal yang sangat penting. Namun, tak kalah pentingnya, kita juga perlu punya harapan besar untuk bangsa Indonesia. Indonesia adalah negara yang penuh dengan hal yang menjanjikan, mulai dari orangnya, alamnya, hingga perannya di dunia internasional. Sayang sekali berbagai potensi tersebut justru kita tidak maksimalisasi karena sibuk sendiri dengan sesama, bukannya sibuk bersaingan dengan bangsa lain.
Pasti banyak yang menyadari bahwa tahun lalu adalah salah satu masa sulit yang harus dihadapi oleh bangsa ini. Ekonomi kita tidak tumbuh dalam angka menggembirakan yang dibutuhkan untuk menarik banyak saudara kita dari lembah kemiskinan. Kondisi ekonomi dunia dan masih belum kuatnya pondasi perekonomian dalam negeri membuat kita harus berusaha lebih keras lagi dalam sektor ekonomi ini.
Di dalam situasi ekonomi yang tidak menggembirakan itu, kita harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa situasi sosial pada tahun ini bangsa ini ada dalam kondisi yang tidak baik. Mungkin saat ini kita ada pada masa paling terbelah sejak masa-masa akhir Orde Lama dengan keberadaan PKI yang menimbulkan situasi saling curiga sedemikian rupa.
Berbagai perbedaan pendapat yang pada masa-masa sebelumnya menjadi hal-hal yang bisa saja belakangan ini seperti menjadi hal yang menghantui kebersamaan kita. Muncul rasa saling curiga yang selama ini sepertinya bisa ditepis.
Dengat semangat dan harapan untuk memulai hal positif yang baru dan meninggalkan semua hal buruk di belakang, mari kita fokus untuk menjaga kebersamaan bangsa ini. Rasa saling curiga harus disingkirkan jauh-jauh demi kemajuan dan kemanfaatn kita semua.
Kita perlu mengusung semangat Bhinneka Tunggal Ika sembari memperkuat bangunan kebersamaan dan tenggang rasa yang selama ini menjadi modal berdiri tegaknya tiang kebangsaan kita.
Selamat Tahun Baru 2017. Mari kita tinggalkan semua kekurangan di belakang dan bersemangat untuk bersama membangun Indonesia yang lebih baik.
(poe)