Potensi Belanja Online

Selasa, 27 Desember 2016 - 09:38 WIB
Potensi Belanja Online
Potensi Belanja Online
A A A
PEMERINTAH jujur mengakui bahwa urusan perdagangan elektronik (e-commerce) di negeri ini masih tertinggal dibanding negara lainnya seperti China. Namun, tak perlu berkecil hati sebab kondisi tersebut justru merupakan peluang bisnis bagi pelaku usaha pemula (startup).

Memang saat ini, payment elektronik baru mencapai 27% di mana e-commerce menyentuh angka 2%, sementara average dunia e-commerce sudah menembus sekitar 8%. Bahkan untuk ukuran China malah sudah melaju di kisaran 40% hingga 50%. Di balik angka-angka tersebut pemerintah begitu optimistis bahwa perkembangan e-commerce ke depan tidak diragukan melihat kecenderungan masyarakat dalam tiga tahun terakhir ini begitu antusias menjajal belanja barang apa saja melalui toko online.

Sikap optimistis dari pemerintah sangat beralasan. Tengok saja, tingkat konsumsi masyarakat saat ini mencapai sebesar Rp7.000 triliun per tahun. Angak konsumsi tersebut sebagaimana diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani lebih dari separuh produk domestik bruto (PDB) disumbang dari konsumsi domestik, sedang pasar dalam negeri rata–rata bertumbuh sekitar 5% per tahun.

Selain itu, kehidupan kelas menengah di Indonesia dalam memenuhi gaya hidupnya sebuah potensi besar bagi kalangan wirausahawan. Kelas menengah inilah yang menghidupi cafe-cafe yang bertumbuh bak jamur di musim hujan, selain menyandang tingkat pendidikan yang memadai juga punya nilai daya beli yang mumpuni.

Sekarang tugas pemerintah bagaimana memberi ruang hidup yang memadai dan mengawal pertumbuhan e-commerce di negeri yang berpenduduk nomor empat di dunia ini. Tentu yang dibutuhkan adalah kebijakan yang bersahabat yang memungkinkan iklim e-commerce yang lebih kondusif terutama dalam memacu munculnya para pelaku bisnis startup.

Sebab tantangan pelaku e-commerce di Indonesia bukan hanya bagaimana menaklukan iklim ekonomi domestik tetapi harus head to head dengan perusahaan sejenis yang juga sudah mulai menggarap pasar domestik. Raksasa e-commerce Alibaba dari Negeri Panda telah membidik Indonesia yang akan serius melebarkan sayap pada tahun depan.

Meski perkembangan e-commerce di Indonesia masih melambat dibandingkan sejumlah negara namun pertumbuhannya dalam tiga tahun terakhir ini cukup meyakinkan. Setidaknya dapat dilihat dari indikator gelaran hari belanja online nasional (Harbolnas) 2016 yang digelar pada pertengahan Desember lalu. Pada gelaran Harbolnas selama tiga hari, Bukalapak salah satu perusahaan e-commerce terbesar di negeri ini mengantongi transaksi sebesar Rp350 miliar dengan total produk yang terjual tak kurang dari 1,2 juta barang.

Adapun kategori barang favorit yang terjual meliputi fashion, gadget, dan hobi. Berdasarkan catatan manajemen Bukalapak bahwa jumlah pelapak meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, angka transaksi Bukalapak mengembang lima kali dibanding pada kegiatan yang sama tahun lalu.

Sukses mendongkrak penjualan di Harbolnas 2016 juga dinikmati perusahaan e-commerce Zalora Indonesia. Dua jam setelah Harbolnas dibuka pendapatan Zalora meroket mencapai sekitar 350% dibandingkan aktivitas sejenis pada tahun lalu. Manajemen Zalora mencatat peningkatan konsumen baru sebanyak 30%. Dari sisi usia konsumen, Zalora mempetakan pelanggan aktif berbelanja pada rentang usia dari 21 tahun sampai 35 tahun sebanyak 67% dari total transaksi di perusahaan e-commerce yang sebagian besar sahamnya telah dikuasai Alibaba.

Sebelum Harbolnas 2016 digelar, ShopBack Indonesia sudah menggelar survei online kepada masyarakat. Respons masyarakat begitu tinggi untuk memanfaatkan Harbolnas yang diikuti sekitar 200 e-commerce yang beroperasi di Indonesia. Adapun usia konsumen berdasarkan survei tersebut pada kisaran 19 tahun hingga 35 tahun dengan penghasilan rata-rata sebesar Rp2,5 juta hingga Rp7,5 juta per bulan. Hasil survei ShopBack Indonesia tak melenceng dari hasil Harbolnas yang berlangsung dari 12 hingga 14 Desember 2016.

Sukses gelaran Harbolnas 2016 mendapat apreasiasi dari Bank Indonesia (BI) yang menilai sebagai cerminan perkembangan transaksi online lewat e-commerce yang luar biasa. Kita berharap, sukses e-commerce pada sejumlah negara seperti China yang sudah mencatatkan transaksi di atas USD500 miliar per tahun dan Amerika Serikat sekitar USD350 miliar per tahun bisa diikuti perusahaan e-commerce di Indonesia yang juga bertumbuh pesat. Penjualan e-commerce yang meroket sepanjang Harbolnas 2016 adalah sebuah pertanda bahwa Indonesia juga sebuah lahan subur bertumbuhnya e-commerce yang harus didukung kebijakan pemerintah yang tepat.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0911 seconds (0.1#10.140)