Serius Garap Buah Lokal

Selasa, 29 November 2016 - 08:00 WIB
Serius Garap Buah Lokal
Serius Garap Buah Lokal
A A A
MENGAPA buah lokal tak berdaya di negeri sendiri? Pertanyaan ini tidak perlu jawaban, yang dibutuhkan adalah aksi konkret bagaimana memberdayakan buah lokal dalam menghadapi banjir buah impor dari berbagai negara.

Tak bisa dipungkiri buah lokal tersisih dari berbagai sisi mulai dari persaingan harga, daya tarik penampilan dan kemasan, hingga kualitas yang selalu dijadikan alasan masyarakat kurang melirik buah asli Indonesia. Syukur, belakangan ini pemerintah mulai getol mengampanyekan keunggulan buah lokal dengan tagline "Cinta Buah Nusantara". Buah dalam negeri tak kalah dengan buah impor.

Bicara soal kinerja ekspor-impor buah memang sungguh menyesakkan dada. Negeri dengan sumber daya alam melimpah untuk tanaman holtikultura dan lahan luas subur yang justru lebih banyak menganggur menunjukkan belum ada kebijakan yang tepat selama ini untuk mengelola semua kekayaan tersebut.

Tengok saja volume ekspor buah-buahan baru, mencapai 68.556 ton dengan nilai sebesar USD37,7 juta pada 2015. Bandingkan pada periode yang sama tahun lalu di mana volume impor buah-buahan tercatat sebanyak 344.221 ton atau senilai sebesar USD534,83 juta.

Terlepas dari angka-angka ekspor-impor buah-buahan yang membuat mata terbelalak karena jomplang-nya angka tersebut ternyata tidak sesederhana itu persoalannya. Dari segi angka konsumsi buah masyarakat Indonesia masih sangat rendah, baru mencapai sekitar 34,55 kilogram (kg) per kapita per tahun.

Angka konsumsi buah tersebut begitu jauh di bawah standar yang direkomendasikan Badan Pangan Dunia/Food and Agriculture Organization (FAO) sebanyak 73 kg per kapita per tahun. Jadi, kampanye "Cinta Buah Nusantara" bukan sekadar memberdayakan buah lokal, tetapi juga dimaksudkan bagaimana mendongkrak angka konsumsi buah bagi masyarakat.

Di awal tulisan disebutkan salah satu faktor yang membuat buah lokal tak bisa bersaing dengan buah impor karena harga yang tidak kompetitif.

Mengapa harga buah impor lebih murah dari buah lokal? Untuk memahami kondisi tersebut, Ketua Umum Asosiasi Eksportir Importir dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo) Khafid Sirotudin sudah sering berteriak bahwa harga buah lokal lebih mahal dibanding buah impor lantaran ongkos logistik yang sangat tinggi bagi pedagang perantara. Kabarnya, ongkos kirim jeruk dari Pontianak ke Jakarta jauh lebih mahal daripada impor jeruk mandarin dari China.

Selain itu, Khafid Sirotudin mempertanyakan langkah pemerintah berkaitan dengan budi daya buah lokal dalam skala besar. Karena minim budi daya lokal, kalangan eksportir sulit untuk bergerak mendapatkan buah yang akan diekspor. Kebanyakan petani di Indonesia menanam buah bukan sebagai tujuan utama sumber pendapatan.

Persoalan lain yang tak kalah krusialnya sebagaimana disorot ketua umum Aseibssindo itu yakni masalah data akurat produksi buah lokal belum dimiliki pemerintah. Padahal, data tersebut kunci untuk pengembangan potensi ekspor dan kebijakan pemenuhan kebutuhan buah di dalam negeri.

Buah lokal dengan berbagai persoalannya diakui dengan jujur oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa selama ini memang kurang diperhatikan dibanding dengan komoditas ekspor lain seperti kelapa sawit. Mantan gubernur DKI Jakarta tersebut menyadari untuk membuat buah lokal menembus pasar dunia harus ditangani serius dengan fokus pada pengembangan buah yang digemari dan laku di pasar global.

Setahun lalu Presiden sudah meminta pemerintah daerah menyediakan lahan 5 ha hingga 50 ha per unit usaha buah lokal. Dan, Kementerian Pertanian diminta menyiapkan lahan luas untuk pengembangan buah ekspor seperti lahan kelapa sawit yang bisa mencapai 14 juta hektare. Secara khusus orang nomor satu di negeri ini juga sudah menugasi Institut Pertanian Bogor (IPB) menangani peningkatan kualitas komoditas buah lokal dari hulu hingga hilir.

Urusan pengembangan buah lokal tak ada salahnya becermin pada kebijakan Pemerintah Thailand. Pemerintah Negeri Gajah Putih itu tidak hanya sukses mengembangkan buah lokal, juga sejumlah buah dari luar negeri yang digemari pasar dunia turut dikembangkan dan berhasil.

Perdebatan bagaimana mengembangkan buah-buahan lokal sudah selesai, sekarang yang dibutuhkan aksi agar buah Nusantara bisa jaya di pasar domestik dan menembus pasar ekspor seperti Thailand dan China.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0693 seconds (0.1#10.140)