Demonstrasi Damai

Sabtu, 05 November 2016 - 10:10 WIB
Demonstrasi Damai
Demonstrasi Damai
A A A
SALUT untuk umat Islam Indonesia. Apresiasi tersebut selayaknya disampaikan karena mereka berhasil membuktikan wajah Islam Indonesia yang sesungguhnya, Islam sejuk dan damai. Mereka bukan umat Islam beringas dan anarkistis, seperti dicitrakan selama ini.

Bukti ini mereka tunjukkan dalam aksi demonstrasi 4 November kemarin. Demonstrasi bertajuk Gerakan Nasional Pendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) yang melibatkan ratusan ribu orang di Jakarta, dan ribuan lainnya di berbagai daerah di Tanah Air, secara umum berlangsung damai.

Satu-dua kericuhan yang terjadi hanya sebatas anomali dari berjalanannya demonstrasi secara umum. Atau kericuhan terjadi akibat ledakan emosi psikologi massa, yang salah satunya terkait ketidakpuasan karena pemimpin tertinggi mereka, yakni Presiden Joko Widodo (Jokowi), memilih tidak memberi respons secara langsung. Atau bisa jadi kericuhan memang sengaja diciptakan dengan tujuan untuk mencoreng demonstrasi itu sendiri.

Terlepas dari munculnya riak tersebut, demonstrasi yang digelar sejak usai Salat Jumat hingga petang kemarin, secara umum berlangsung damai dan tertib. Massa dengan semangat dan keyakinan ideologi menggunakan hak demokrasinya tersebut guna menuntut proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkait dugaan penistaan Al-Maidah. Namun di sisi lain, mereka tetap menunjukkan kewajibannya sebagai warga negara baik.

Fakta demikian juga ditunjukkan massa yang melakukan demonstrasi di berbagai daerah di Tanah Air. Hingga tadi malam, laporan menunjukkan demonstrasi yang berjalan aman dan damai. Kalaupun ada masalah, hanya riak-riak kecil. Kondisi ini terbilang luar biasa mengingat demonstrasi melibatkan ratusan ribu orang yang berasal berbagai latar belakang kelompok. Dalam kerumunan yang sedemikian besar, tidak mudah bagi siapa pun untuk bisa mengendalikan. Terlebih, jika emosi dan ideologi sudah membungkus gerakan tersebut. Tapi faktanya, massa bisa mengendalikan diri dan mampu menyuguhkan aksi damai.

Apa yang mereka suguhkan tersebut mampu menepis cap yang sejak awal dilempar oleh kelompok-kelompok pro-Ahok bahwa pihak yang terlibat demonstrasi adalah mereka yang anti-NKRI, kelompok radikal, anti-Pancasila, anti-China, simpatisan ISIS, antikeragaman, jihadis, dan cap miring lainnya. Mereka membuktikan tuduhan itu sama sekali tidak benar.

Mereka membuktikan bahwa demo fokus satu hal, yaitu menuntut dugaan kasus penistaan Al-Maidah: 51 diproses secara hukum, seperti halnya kasus penistaan lain yang pernah ada. Mereka menuntut hukum diberlakukan tanpa tebang pilih. Selama ini muncul kesan Ahok kebal hukum, seperti pada kasus RS Sumber Waras.

Aksi 4 November juga membuktikan sebagai gerakan yang tertib. Demonstrasi berlangsung tanpa meninggalkan residu, seperti sampah yang berserakan, taman yang rusak karena terinjak, sarana publik yang rusak atau lainnya. Sekali lagi, untuk sebuah kerumunan yang sangat besar, tidak mudah untuk mewujudkan hal tersebut.

Apa yang ditunjukkan massa tersebut sekali lagi patut diapresiasi. Mestinya apresiasi juga ditunjukkan oleh pihak yang menjadi sasaran demonstrasi, yakni Presiden Jokowi. Mestinya sebagai pemimpin, dia merespons positif demonstrasi sebagai bagian demokrasi untuk menyampaikan aspirasi.

Semestinya momen tersebut dimanfaatkan untuk melakukan dialog dan menyamakan persepsi tentang kasus yang dihadapi. Sayangnya, Presiden tidak menganggap penting aspirasi tersebut dan sebaliknya memilih mendatangi proyek pembangunan kereta Bandara Soekarno-Hatta. Walaupun dia sudah menegaskan tidak mencampuri urusan hukum, langkah tersebut dalam perspektif konflik bisa dilihat Presiden lebih memberatkan Ahok ketimbang masyarakat lebih luas.

Untungnya, Wapres Jusuf Kalla berani menghadapi persoalan dengan menemui pimpinan demonstran dan menjanjikan proses hukum Ahok kelar dua minggu. Tentu massa berharap komitmen bisa diwujudkan. Jika tidak, bisa jadi aksi tidak akan berhenti sampai Lebaran Kuda seperti disampaikan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menjadi kenyataan. Semoga kekhawatiran itu tidak terjadi dan Indonesia tetap damai. *
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7151 seconds (0.1#10.140)