Elite yang Menenangkan
A
A
A
Saat masyarakat sedang panas-panasnya, sudah ranahnya para elite untuk mendinginkannya. Jika elite dari ranah politik, budaya, maupun agama justru mengipasi, maka suhu panas yang terjadi justru bisa menyambar ke mana-mana.
Tentunya kita semua tidak ingin semangat kebangsaan kita rusak karena kepala yang panas. Kita harus ingat, negara bangsa (nation state) ini bisa berdiri karena para founding fathers kita duduk bersama dengan kepala dingin.
Jangan sampai hanya karena urusan omongan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang melewati batas, semangat kebangsaan kita tercerai-berai. Kita boleh berdebat omongan Ahok itu salah atau tidak salah, perdebatan adalah bumbu dalam demokrasi.
Perdebatan bagai garam dalam menu demokrasi. Namun, layaknya makanan, garam yang terlalu banyak akan merusak cita rasa makanan yang disajikan. Bahkan, pada kondisi tertentu, garam yang terlalu banyak itu akan mendatangkan penyakit.
Begitu pun yang dihadapi Indonesia dalam keriuhan akibat omongan satu orang yang sedang dalam upayanya maju bertarung dalam pilkada. Keindonesiaan kita semua terlalu besar untuk dikorbankan hanya karena omongan satu orang yang menggemparkan seantero negeri.
Dalam konteks mendinginkan suasana, langkah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang membuka komunikasi dengan para elite dalam mengantisipasi demo besar-besaran dari umat Islam yang sakit hati dengan omongan Ahok dan kecewa dengan proses hukum terhadapnya sangat tepat. Pertemuan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan Wapres JK dengan elite-elite dalam masyarakat adalah sesuatu yang melegakan di tengah berbagai rumor yang menyergap masyarakat terkait urusan Ahok dan rencana aksi demonstrasi pada 4 November nanti.
Memandang cuplikan berita dan foto di berbagai media massa Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berkuda bersama, adalah hal yang menyejukkan di tengah tensi yang panas. Apa pun hal yang dibicarakan secara pribadi di antara keduanya saat berkuda di kediaman Prabowo di Hambalang, pesan yang sampai ke publik sangat jelas bahwa para elite politik akur. Pesan ini sangat penting di tengah suasana yang tegang.
Presiden Jokowi dengan didampingi Menko Polhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno juga menemui dua organisasi massa keagamaan terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mewakili hampir semua organisasi keagamaan di Indonesia. Langkah ini sangat penting, karena dalam kekeruhan politik yang terkait dengan pandangan agama maka para tokoh agama menjadi harapan utama untuk mendinginkan umatnya.
Dalam pertemuan tersebut, para tokoh agama sepakat bahwa proses hukum harus dilakukan dengan adil. Proses hukum ini menjadi cara terbaik meredakan ketegangan di masyarakat, sekaligus menjadi pembuktian yang elok bahwa hukum ditegakkan di Indonesia dengan konsep tajam baik ke atas maupun ke bawah, seperti arahan Presiden Jokowi yang mewanti-wanti agar hukum tidak tajam ke bawah, tetapi tumpul ke atas.
Presiden Jokowi juga berharap para ulama menyampaikan nasihat yang penuh kesejukan dan penuh kedamaian ke umat, karena yang seperti itu saat ini sangat dinanti-nanti. Dalam forum tersebut, Presiden juga menyampaikan soal upaya bersama-sama tetap menjaga NKRI agar tetap berdiri kukuh dan maju.
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga membuka jalur untuk mengendalikan situasi dan berjaga-jaga agar tidak terjadi hal yang buruk terkait rencana demo 4 November nanti. JK bertemu dengan presiden dua periode Susilo Bambang Yudhoyono di kediaman JK di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta.
Menurutnya, SBY sangat penting untuk dimintai pandangannya karena berpengalaman memimpin Indonesia selama 10 tahun dan latar belakang dari militer. Menurut Wapres JK, antisipasi sangat penting karena demonstrasi nanti akan melibatkan banyak massa dari berbagai elemen koordinasi ini bisa mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan.
Semoga dengan komunikasi para elite yang lancar, bukan hanya momen demo 4 November yang bisa kita jalani secara demokratis, melainkan juga seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara kita demi maju dan sejahteranya Indonesia.
Tentunya kita semua tidak ingin semangat kebangsaan kita rusak karena kepala yang panas. Kita harus ingat, negara bangsa (nation state) ini bisa berdiri karena para founding fathers kita duduk bersama dengan kepala dingin.
Jangan sampai hanya karena urusan omongan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang melewati batas, semangat kebangsaan kita tercerai-berai. Kita boleh berdebat omongan Ahok itu salah atau tidak salah, perdebatan adalah bumbu dalam demokrasi.
Perdebatan bagai garam dalam menu demokrasi. Namun, layaknya makanan, garam yang terlalu banyak akan merusak cita rasa makanan yang disajikan. Bahkan, pada kondisi tertentu, garam yang terlalu banyak itu akan mendatangkan penyakit.
Begitu pun yang dihadapi Indonesia dalam keriuhan akibat omongan satu orang yang sedang dalam upayanya maju bertarung dalam pilkada. Keindonesiaan kita semua terlalu besar untuk dikorbankan hanya karena omongan satu orang yang menggemparkan seantero negeri.
Dalam konteks mendinginkan suasana, langkah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang membuka komunikasi dengan para elite dalam mengantisipasi demo besar-besaran dari umat Islam yang sakit hati dengan omongan Ahok dan kecewa dengan proses hukum terhadapnya sangat tepat. Pertemuan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan Wapres JK dengan elite-elite dalam masyarakat adalah sesuatu yang melegakan di tengah berbagai rumor yang menyergap masyarakat terkait urusan Ahok dan rencana aksi demonstrasi pada 4 November nanti.
Memandang cuplikan berita dan foto di berbagai media massa Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berkuda bersama, adalah hal yang menyejukkan di tengah tensi yang panas. Apa pun hal yang dibicarakan secara pribadi di antara keduanya saat berkuda di kediaman Prabowo di Hambalang, pesan yang sampai ke publik sangat jelas bahwa para elite politik akur. Pesan ini sangat penting di tengah suasana yang tegang.
Presiden Jokowi dengan didampingi Menko Polhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno juga menemui dua organisasi massa keagamaan terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mewakili hampir semua organisasi keagamaan di Indonesia. Langkah ini sangat penting, karena dalam kekeruhan politik yang terkait dengan pandangan agama maka para tokoh agama menjadi harapan utama untuk mendinginkan umatnya.
Dalam pertemuan tersebut, para tokoh agama sepakat bahwa proses hukum harus dilakukan dengan adil. Proses hukum ini menjadi cara terbaik meredakan ketegangan di masyarakat, sekaligus menjadi pembuktian yang elok bahwa hukum ditegakkan di Indonesia dengan konsep tajam baik ke atas maupun ke bawah, seperti arahan Presiden Jokowi yang mewanti-wanti agar hukum tidak tajam ke bawah, tetapi tumpul ke atas.
Presiden Jokowi juga berharap para ulama menyampaikan nasihat yang penuh kesejukan dan penuh kedamaian ke umat, karena yang seperti itu saat ini sangat dinanti-nanti. Dalam forum tersebut, Presiden juga menyampaikan soal upaya bersama-sama tetap menjaga NKRI agar tetap berdiri kukuh dan maju.
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga membuka jalur untuk mengendalikan situasi dan berjaga-jaga agar tidak terjadi hal yang buruk terkait rencana demo 4 November nanti. JK bertemu dengan presiden dua periode Susilo Bambang Yudhoyono di kediaman JK di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta.
Menurutnya, SBY sangat penting untuk dimintai pandangannya karena berpengalaman memimpin Indonesia selama 10 tahun dan latar belakang dari militer. Menurut Wapres JK, antisipasi sangat penting karena demonstrasi nanti akan melibatkan banyak massa dari berbagai elemen koordinasi ini bisa mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan.
Semoga dengan komunikasi para elite yang lancar, bukan hanya momen demo 4 November yang bisa kita jalani secara demokratis, melainkan juga seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara kita demi maju dan sejahteranya Indonesia.
(poe)