Komjen BG, Sutiyoso, dan BIN
A
A
A
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin secara resmi telah mengajukan nama Wakil Kepala Polri Komjen Pol Budi Gunawan (BG) untuk menjadi kepala Badan Intelijen Negara (BIN) menggantikan Sutiyoso. Banyak tantangan dan harapan yang akan dihadapi oleh BG dalam memimpin institusi "telik sandi" tersebut. Apalagi, dinamika politik keamanan bangsa ini ke depan akan semakin kompleks.
Pergantian Sutiyoso yang relatif belum lama menjabat sebagai kepala BIN ini memang cukup mengagetkan. Banyak spekulasi yang muncul dari pergantian di pucuk pimpinan BIN itu. Salah satunya adalah kurang berhasilnya kepemimpinan Sutiyoso dalam ikut menjaga stabilitas politik keamanan nasional.
Kasus bom dan aksi baku tembak di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis (14/1) bisa menjadi salah satu indikasi kegagalan pihak intelijen dalam mengendus munculnya aksi teror. Banyak kalangan ketika itu menilai BIN kecolongan sehingga sampai muncul kasus bom Thamrin yang sangat mengagetkan tersebut. Apalagi, terjadinya aksi teror tersebut terjadi di ring satu yang sangat dekat dengan Istana Kepresidenan. Setidaknya jika BIN berhasil mengendus rencana adanya aksi teror itu, pengeboman di Thamrin tidak akan terjadi.
Belum lagi kasus-kasus teror yang lain seperti aksi bom bunuh diri di Polres Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/7). Dua insiden bom ini sudah cukup bukti untuk memberikan penilaian terhadap kinerja BIN di bawah Sutiyoso. Ditambah lagi faktor usia Sutiyoso juga menjadi pertimbangan.
BIN di bawah Sutiyoso juga dinilai kurang bisa bekerja sama dengan aparat negara lainnya sehingga muncul berbagai insiden gangguan keamanan tersebut. Karena itu, pergantian pucuk pimpinan BIN memang sesuatu yang urgen demi kepentingan masyarakat luas.
Yang jelas, rekomendasi Presiden Jokowi dalam menunjuk BG menjadi kepala BIN tentu sudah melalui pertimbangan yang matang. Jokowi tentu tidak akan main-main mencalonkan BG kalau yang bersangkutan tidak memiliki kapasitas yang mumpuni karena taruhannya adalah stabilitas dan keamanan negara. Karena itu, pencalonan BG ini perlu kita dukung agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Dukungan terhadap penunjukan BG sebagai kepala BIN terus mengalir. Bahkan, mayoritas partai politik sudah menyatakan dukungannya terhadap pengangkatan mantan ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri tersebut untuk memimpin BIN. Karena itu, banyak kalangan memprediksi BG bakal lolos dengan mudah dalam menghadapi fit and proper test di Komisi I DPR.
Terpilihnya BG memang diharapkan bisa memberikan nuansa tersendiri bagi kemajuan kinerja BIN. Di tengah kondisi masyarakat yang makin dinamis dan situasi politik global yang sulit ditebak (unpredictable), memang bukan hal mudah untuk memimpin lembaga intelijen. Apalagi, mayoritas personel BIN rata-rata berasal dari jajaran anggota TNI. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi BG untuk membuktikan kemampuannya dalam menjadi lokomotif di BIN.
Kita tahu, BG bukan perwira tinggi Polri pertama yang dipercaya untuk memimpin BIN. Sebelumnya mantan Kapolri Jenderal (Purn) Pol Sutanto juga pernah menjadi nakhoda di lembaga intelijen tersebut. Sutanto saat itu diangkat menjadi kepala BIN oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat orang nomor satu di BIN. Dua tahun dalam kepemimpinannya (2009-2011), Sutanto dinilai cukup sukses dalam menjalankan amanahnya untuk ikut menjaga keamanan dan ketertiban negara ini.
Dengan seabrek pengalaman lapangan dan jenjang jabatan yang pernah diemban, seharusnya bukan hal yang sulit bagi BG untuk memimpin BIN. Yang jelas, amanah dari Presiden Jokowi ini harus dijadikan cambuk bagi BG untuk meningkatkan kinerja BIN lebih baik lagi. Misi mulia tersebut hanya bisa terwujud dengan kerja keras dan semangat profesionalisme tinggi. Dukungan penuh dan kerja sama antaraparat negara yang lain sangat diperlukan demi tercapainya stabilitas dan keamanan bangsa yang lebih baik.
Pergantian Sutiyoso yang relatif belum lama menjabat sebagai kepala BIN ini memang cukup mengagetkan. Banyak spekulasi yang muncul dari pergantian di pucuk pimpinan BIN itu. Salah satunya adalah kurang berhasilnya kepemimpinan Sutiyoso dalam ikut menjaga stabilitas politik keamanan nasional.
Kasus bom dan aksi baku tembak di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis (14/1) bisa menjadi salah satu indikasi kegagalan pihak intelijen dalam mengendus munculnya aksi teror. Banyak kalangan ketika itu menilai BIN kecolongan sehingga sampai muncul kasus bom Thamrin yang sangat mengagetkan tersebut. Apalagi, terjadinya aksi teror tersebut terjadi di ring satu yang sangat dekat dengan Istana Kepresidenan. Setidaknya jika BIN berhasil mengendus rencana adanya aksi teror itu, pengeboman di Thamrin tidak akan terjadi.
Belum lagi kasus-kasus teror yang lain seperti aksi bom bunuh diri di Polres Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/7). Dua insiden bom ini sudah cukup bukti untuk memberikan penilaian terhadap kinerja BIN di bawah Sutiyoso. Ditambah lagi faktor usia Sutiyoso juga menjadi pertimbangan.
BIN di bawah Sutiyoso juga dinilai kurang bisa bekerja sama dengan aparat negara lainnya sehingga muncul berbagai insiden gangguan keamanan tersebut. Karena itu, pergantian pucuk pimpinan BIN memang sesuatu yang urgen demi kepentingan masyarakat luas.
Yang jelas, rekomendasi Presiden Jokowi dalam menunjuk BG menjadi kepala BIN tentu sudah melalui pertimbangan yang matang. Jokowi tentu tidak akan main-main mencalonkan BG kalau yang bersangkutan tidak memiliki kapasitas yang mumpuni karena taruhannya adalah stabilitas dan keamanan negara. Karena itu, pencalonan BG ini perlu kita dukung agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Dukungan terhadap penunjukan BG sebagai kepala BIN terus mengalir. Bahkan, mayoritas partai politik sudah menyatakan dukungannya terhadap pengangkatan mantan ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri tersebut untuk memimpin BIN. Karena itu, banyak kalangan memprediksi BG bakal lolos dengan mudah dalam menghadapi fit and proper test di Komisi I DPR.
Terpilihnya BG memang diharapkan bisa memberikan nuansa tersendiri bagi kemajuan kinerja BIN. Di tengah kondisi masyarakat yang makin dinamis dan situasi politik global yang sulit ditebak (unpredictable), memang bukan hal mudah untuk memimpin lembaga intelijen. Apalagi, mayoritas personel BIN rata-rata berasal dari jajaran anggota TNI. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi BG untuk membuktikan kemampuannya dalam menjadi lokomotif di BIN.
Kita tahu, BG bukan perwira tinggi Polri pertama yang dipercaya untuk memimpin BIN. Sebelumnya mantan Kapolri Jenderal (Purn) Pol Sutanto juga pernah menjadi nakhoda di lembaga intelijen tersebut. Sutanto saat itu diangkat menjadi kepala BIN oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat orang nomor satu di BIN. Dua tahun dalam kepemimpinannya (2009-2011), Sutanto dinilai cukup sukses dalam menjalankan amanahnya untuk ikut menjaga keamanan dan ketertiban negara ini.
Dengan seabrek pengalaman lapangan dan jenjang jabatan yang pernah diemban, seharusnya bukan hal yang sulit bagi BG untuk memimpin BIN. Yang jelas, amanah dari Presiden Jokowi ini harus dijadikan cambuk bagi BG untuk meningkatkan kinerja BIN lebih baik lagi. Misi mulia tersebut hanya bisa terwujud dengan kerja keras dan semangat profesionalisme tinggi. Dukungan penuh dan kerja sama antaraparat negara yang lain sangat diperlukan demi tercapainya stabilitas dan keamanan bangsa yang lebih baik.
(zik)