Ramadhan, Jihad Melawan Hawa Nafsu
A
A
A
JAKARTA - Jihad yang bersifat produktif dalam konteks sekarang adalah bagaimana mengisi kemerdekaan dengan potensi yang dimiliki umat. Sebaliknya, bukan jihad yang menimbulkan kekerasan atau destruktif, bahkan mendukung perang.
Arah jihad untuk melahirkan kemaslahatan bagi warga bangsa ini. Baik, jihad melawan hawa nafsu, jihad dalam pendidikan, maupun kesejahteraan sosial. Bulan suci Ramadhan menjadi momentum bagi umat untuk menahan diri dari gejolak nafsu karena pengaruh internal dan eksternal.
“Banyak sekali bentuk jihad damai yang bisa ditangani oleh kaum muslimin dan bukan jihad untuk berperang atau kekerasan,” ujar dosen Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Muhibbin Zuhri, Jumat (10/6/2016).
Sementara itu, Ketua Departemen Kriminilogi Universitas Indonesia (UI) Kemal Dermawan mengatakan, ancaman terorisme yang mengusung jihad bisa diminimalisasi bila Standar Operasional Prosedur (SOP) perlindungan tengah diselesaikan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), baik itu perlindungan lingkungan masyarakat maupun obyek vital, sudah jadi dan dijalankan.
Dia menambahkan, jika SOP itu sudah ada dan kesadaran masyarakat sudah bagus, maka masyarakat bisa lebih tenang menjalani aktivitasnya, terutama di bulan suci Ramadhan seperti sekarang ini. (Baca: Pemerintah Putuskan 1 Ramadhan Senin 6 Juni 2016)
"Kebersamaan di bulan Ramadhan ini seperti saat menjalankan ibadah tarawih, buka puasa bersama, sahur, dan lain-lain bisa menjadi momentum memperkuat imunitas masyarakat dari ancaman terorisme," ucap Kemal.
Arah jihad untuk melahirkan kemaslahatan bagi warga bangsa ini. Baik, jihad melawan hawa nafsu, jihad dalam pendidikan, maupun kesejahteraan sosial. Bulan suci Ramadhan menjadi momentum bagi umat untuk menahan diri dari gejolak nafsu karena pengaruh internal dan eksternal.
“Banyak sekali bentuk jihad damai yang bisa ditangani oleh kaum muslimin dan bukan jihad untuk berperang atau kekerasan,” ujar dosen Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Muhibbin Zuhri, Jumat (10/6/2016).
Sementara itu, Ketua Departemen Kriminilogi Universitas Indonesia (UI) Kemal Dermawan mengatakan, ancaman terorisme yang mengusung jihad bisa diminimalisasi bila Standar Operasional Prosedur (SOP) perlindungan tengah diselesaikan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), baik itu perlindungan lingkungan masyarakat maupun obyek vital, sudah jadi dan dijalankan.
Dia menambahkan, jika SOP itu sudah ada dan kesadaran masyarakat sudah bagus, maka masyarakat bisa lebih tenang menjalani aktivitasnya, terutama di bulan suci Ramadhan seperti sekarang ini. (Baca: Pemerintah Putuskan 1 Ramadhan Senin 6 Juni 2016)
"Kebersamaan di bulan Ramadhan ini seperti saat menjalankan ibadah tarawih, buka puasa bersama, sahur, dan lain-lain bisa menjadi momentum memperkuat imunitas masyarakat dari ancaman terorisme," ucap Kemal.
(kur)