PDIP Ingatkan Kepala Daerah Perhatikan Budaya
A
A
A
PEKANBARU - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menegaskan tentang pentingnya berkepribadian dalam budaya. Tidak hanya itu, menurut PDIP, kepribadian dalam budaya harus diimplementasikan.
Apalagi saat ini begitu deras terpaan globalisasi dan liberalisme. Oleh karena itu, PDIP meminta kadernya yang menjadi kepala daerah untuk selalu memberikan perhatian di bidang kebudayaan.
Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto saat berdialog dengan Ketua Umum Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Al Azhar di Balai Adat Melayu, Pekanbaru, Riau, Sabtu (19/3/2016).
Hasto mengingatkan berpolitik tidak hanya kekuasaan tapi juga soal kebudayaan. Pendekatan budaya menjadi sesuatu yang penting. "Kebijakan DPP PDIP meminta kepala daerah memperhatikan dan mengembangkan adat," kata Hasto.
Dia menegaskan, budaya menjadi benteng dari liberalisasi yang luar biasa. "Modernisasi seharusnya tidak menjadikan Riau kehilangan nilai budaya," ucap Hasto.
Hasto mengungkapkan, PDIP sedang mengumpulkan ungkapan bijak dari seluruh Nusantara Termasuk peribahasa Melayu yang dikenal begitu banyak.
Kompilasi peribahasa ataun ungkapan bijak itu nanti akan diterbitkan dalam bentuk buku.
Sebagai bagian dari menjaga spirit kebudayaan, Hasto juga menjelaskan PDIP pada awal April akan menggelar sekolah kebudayaan yang merupakan kerja sama PDIP dengan Padepokan Bagong Kusudiarjo dan Luluk Sumiarso.
Untuk perhelatan itu, kata dia, setiap provinsi akan diminta mengirimkan dua orang untuk ikut di sekolah kebudayaan tersebut.
Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Al Azhar mengatakan, kunjungan Sekjen PDIP secara resmi ke Balai Adat Melayu sangat diapresiasi.
"Ini kali pertama sebuah partai bersilaturahmi dengan Balai Adat Melayu. Memang banyak pengurus partai yang pernah hadir di sini tapi atas nama pribadinya. Kami berterima kasih dan merasa dihargai oleh PDIP dengan kunjungan ini," papar Al Azhar yang kemudian memperkenalkan sejumlah pengurus harian LAMR kepada Hasto.
Al Azhar memaparkan Lembaga Adat Melayu Riau didirikan 6 Juni 1970 oleh sekelompok orang yang prihatin terhadap melemahnya adat dan kebudayaan.
Padahal, kata dia, kebudayaan itu mencirikan suatu daerah. Namun, dia senang dengan kampanye PDIP dan Pemerintahan Jokwi yang mengembangkan ajaran Trisakti berkepribadian di bidang kebudayaan.
"Perjuangan kita adalah pelestarian nilai-nilai luhur dan praktik kebudayaan. Akibat perubahan zaman dan geliat ekonomi, di mana Riau dijadikan penyangga perekonomian nasional maka banyak pendatang ke Riau sehingga dibanding daerah lain, maka ketahanan budaya Riau paling banyak diserang. Sehingga terjadi kejutan kebudayaan yang bisa melahirkan dua sikap. Yakni termotivasi masuk kemajuan itu atau tertepi dalam kelaraan yang abadi," papar Al Azhar.
Oleh karena itu, LAMR berperan untuk masuk ke wilayah yang terkena terpaan modernisasi."LAMR harus masuk ke kawasan itu. Memperbaiki bukan semnagat melawan. Kebaruan bisa match dengan budaya kita, sehingga kita ikut tidak hanya menonton. Kami meminta dukungan PDIP untuk memposisikan LAMR sebagai kekuatan transformasi," ucap Al Azhar.
Hasto yang hadir dengan berpakaian Melayu Riau juga mencoba membacakan pantun yang telah disiapkannya. Hasto mengatakan, pantun sangat dikenal dan menjadi bagian budaya masyarakat Riau.
Pada akhir kunjungan ke Balai Adat Melayu Riau, Al Azhar memberikan bingkisan dua buku berjudul Tunjuk Ajar Melayu dan Pemimpin dalam Ungkapan Melayu karya Tenas Effendy untuk disampaikan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
PILIHAN:
Wacana Ani Yudhoyono Bisa Bikin Kader Demokrat Enggan Nyapres
Apalagi saat ini begitu deras terpaan globalisasi dan liberalisme. Oleh karena itu, PDIP meminta kadernya yang menjadi kepala daerah untuk selalu memberikan perhatian di bidang kebudayaan.
Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto saat berdialog dengan Ketua Umum Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Al Azhar di Balai Adat Melayu, Pekanbaru, Riau, Sabtu (19/3/2016).
Hasto mengingatkan berpolitik tidak hanya kekuasaan tapi juga soal kebudayaan. Pendekatan budaya menjadi sesuatu yang penting. "Kebijakan DPP PDIP meminta kepala daerah memperhatikan dan mengembangkan adat," kata Hasto.
Dia menegaskan, budaya menjadi benteng dari liberalisasi yang luar biasa. "Modernisasi seharusnya tidak menjadikan Riau kehilangan nilai budaya," ucap Hasto.
Hasto mengungkapkan, PDIP sedang mengumpulkan ungkapan bijak dari seluruh Nusantara Termasuk peribahasa Melayu yang dikenal begitu banyak.
Kompilasi peribahasa ataun ungkapan bijak itu nanti akan diterbitkan dalam bentuk buku.
Sebagai bagian dari menjaga spirit kebudayaan, Hasto juga menjelaskan PDIP pada awal April akan menggelar sekolah kebudayaan yang merupakan kerja sama PDIP dengan Padepokan Bagong Kusudiarjo dan Luluk Sumiarso.
Untuk perhelatan itu, kata dia, setiap provinsi akan diminta mengirimkan dua orang untuk ikut di sekolah kebudayaan tersebut.
Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Al Azhar mengatakan, kunjungan Sekjen PDIP secara resmi ke Balai Adat Melayu sangat diapresiasi.
"Ini kali pertama sebuah partai bersilaturahmi dengan Balai Adat Melayu. Memang banyak pengurus partai yang pernah hadir di sini tapi atas nama pribadinya. Kami berterima kasih dan merasa dihargai oleh PDIP dengan kunjungan ini," papar Al Azhar yang kemudian memperkenalkan sejumlah pengurus harian LAMR kepada Hasto.
Al Azhar memaparkan Lembaga Adat Melayu Riau didirikan 6 Juni 1970 oleh sekelompok orang yang prihatin terhadap melemahnya adat dan kebudayaan.
Padahal, kata dia, kebudayaan itu mencirikan suatu daerah. Namun, dia senang dengan kampanye PDIP dan Pemerintahan Jokwi yang mengembangkan ajaran Trisakti berkepribadian di bidang kebudayaan.
"Perjuangan kita adalah pelestarian nilai-nilai luhur dan praktik kebudayaan. Akibat perubahan zaman dan geliat ekonomi, di mana Riau dijadikan penyangga perekonomian nasional maka banyak pendatang ke Riau sehingga dibanding daerah lain, maka ketahanan budaya Riau paling banyak diserang. Sehingga terjadi kejutan kebudayaan yang bisa melahirkan dua sikap. Yakni termotivasi masuk kemajuan itu atau tertepi dalam kelaraan yang abadi," papar Al Azhar.
Oleh karena itu, LAMR berperan untuk masuk ke wilayah yang terkena terpaan modernisasi."LAMR harus masuk ke kawasan itu. Memperbaiki bukan semnagat melawan. Kebaruan bisa match dengan budaya kita, sehingga kita ikut tidak hanya menonton. Kami meminta dukungan PDIP untuk memposisikan LAMR sebagai kekuatan transformasi," ucap Al Azhar.
Hasto yang hadir dengan berpakaian Melayu Riau juga mencoba membacakan pantun yang telah disiapkannya. Hasto mengatakan, pantun sangat dikenal dan menjadi bagian budaya masyarakat Riau.
Pada akhir kunjungan ke Balai Adat Melayu Riau, Al Azhar memberikan bingkisan dua buku berjudul Tunjuk Ajar Melayu dan Pemimpin dalam Ungkapan Melayu karya Tenas Effendy untuk disampaikan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
PILIHAN:
Wacana Ani Yudhoyono Bisa Bikin Kader Demokrat Enggan Nyapres
(dam)