Gantikan Setya Novanto, Ade Komarudin Ingin DPR Tak Gaduh
A
A
A
JAKARTA - Ade Komarudin berjanji akan berupaya mengurangi kegaduhan di DPR. Caranya dengan mengefektifkan fungsi pengawasan yang konstruktif.
Langkah tersebutakan diambil Ade apabila telah resmi menjabat Ketua DPR, menggantikan Setya Novanto yang mengundurkan diri beberapa waktu lalu.
"Masyarakat enggak suka dengan DPR gaduh. Dinamis itu bukan kegaduhan. Politik itu harus dinamis. Kalau tidak ada kritik juga bahaya buat demokrasi negara ini. Jadi harus ada check and balances sesuai dengan asas demokrasi kita, tapi bukan berarti gaduh," tutur Ade, Sabtu 19 Desember 2015.
Selama satu tahun ini, kata dia, kinerja DPR kurang maksimal dalam menjalankan fungsi legislasi. Dia menilai DPR lebih dominan melakukan fungsi pengawasan.
"Kalau pengawasan enggak usah disuruh, dengan data minim pengawasan bisa dilakukan. Fungsi pengawasan sudah baik namun perlu dikendalikan, bukan disetop atau dibatasi tapi diarahkan agar pengawasan itu lebih konstruktif bukan destruktif," tutur Ketua Fraksi Partai Golkar itu.
Dia menjelaskan, pengawasan konstruktif menekankan kepada upaya untuk mencari solusi atas persoalan yang dihadapi.
"Bukan masalah yang ada semakin ruwet dan tidak ada jalan keluar. Mengoreksi atau menyalahkan lebih gampang daripada membuat. Kita melakukan kritik untuk mencari solusi bukan destruktif," ujarnya.
Partai Golkar telah menunjuk Ade Komarudin untuk menduduki posisi Ketua DPR menggantikan Setya Novanto yang mundur pada 16 Desember lalu.
"Barusan selesai kita kumpul, Ade Komarudin dipilih Ketum untuk gantikan Novanto," ujar Ketua Harian Partai Golkar kubu Ical MS Hidayat saat dihubungi wartawan, seusai menggelar rapat terbatas di Bakrie Tower, Kuningan, Jakarta, Kamis 17 Desember 2015. (Baca: Golkar Tunjuk Ade Komarudin Jadi Ketua DPR)
Pertemuan di Bakrie Tower tersebut, kata dia, dihadiri oleh Ical beserta ketua harian, bendahara umum, dan wakil ketua umum lainnya.
PILIHAN:
Anggota Komisi III Ini Yakin Capim KPK yang Terpilih Bukan Apel Busuk
Langkah tersebutakan diambil Ade apabila telah resmi menjabat Ketua DPR, menggantikan Setya Novanto yang mengundurkan diri beberapa waktu lalu.
"Masyarakat enggak suka dengan DPR gaduh. Dinamis itu bukan kegaduhan. Politik itu harus dinamis. Kalau tidak ada kritik juga bahaya buat demokrasi negara ini. Jadi harus ada check and balances sesuai dengan asas demokrasi kita, tapi bukan berarti gaduh," tutur Ade, Sabtu 19 Desember 2015.
Selama satu tahun ini, kata dia, kinerja DPR kurang maksimal dalam menjalankan fungsi legislasi. Dia menilai DPR lebih dominan melakukan fungsi pengawasan.
"Kalau pengawasan enggak usah disuruh, dengan data minim pengawasan bisa dilakukan. Fungsi pengawasan sudah baik namun perlu dikendalikan, bukan disetop atau dibatasi tapi diarahkan agar pengawasan itu lebih konstruktif bukan destruktif," tutur Ketua Fraksi Partai Golkar itu.
Dia menjelaskan, pengawasan konstruktif menekankan kepada upaya untuk mencari solusi atas persoalan yang dihadapi.
"Bukan masalah yang ada semakin ruwet dan tidak ada jalan keluar. Mengoreksi atau menyalahkan lebih gampang daripada membuat. Kita melakukan kritik untuk mencari solusi bukan destruktif," ujarnya.
Partai Golkar telah menunjuk Ade Komarudin untuk menduduki posisi Ketua DPR menggantikan Setya Novanto yang mundur pada 16 Desember lalu.
"Barusan selesai kita kumpul, Ade Komarudin dipilih Ketum untuk gantikan Novanto," ujar Ketua Harian Partai Golkar kubu Ical MS Hidayat saat dihubungi wartawan, seusai menggelar rapat terbatas di Bakrie Tower, Kuningan, Jakarta, Kamis 17 Desember 2015. (Baca: Golkar Tunjuk Ade Komarudin Jadi Ketua DPR)
Pertemuan di Bakrie Tower tersebut, kata dia, dihadiri oleh Ical beserta ketua harian, bendahara umum, dan wakil ketua umum lainnya.
PILIHAN:
Anggota Komisi III Ini Yakin Capim KPK yang Terpilih Bukan Apel Busuk
(dam)