Kalahkan Golput

Senin, 07 Desember 2015 - 14:45 WIB
Kalahkan Golput
Kalahkan Golput
A A A
Animo masyarakat menyambut pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang akan berlangsung pada 9 Desember 2015 nanti tergolong rendah.Kampanye pasangan calon bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota, dan gubernur/wakil gubernur yang biasanya riuh, kini berubah menjadi datar dan sepisepi saja. Tidak ada arakan-arakan kendaraan yang diikuti ribuan massa dengan atribut meriah dan untuk mengelu-elukan calon yang didukung. Kalaupun masih ada, kuantitas dan kualitas kampanye pada pilkada serentak kali ini jauh berkurang.Kualitas yang dimaksud di sini adalah kemampuan kampanye itu mengajak (atau paling tidak mengingatkan) masyarakat agar datang ke TPS pada Rabu, 9 Desember 2015 untuk menunaikan hak pilihnya. Pilkada serentak adalah hajatan besar bangsa yang akan sangat menentukan nasib 269 daerah baik kabupaten, kota, maupun provinsidiseluruhIndonesialimatahunkedepan. Iniberartilebihdari separuh jumlah daerah di Indonesia yang akan melakukan pergantian pemimpin.Betapa krusialnya momen 9 Desember itu, sehingga patut kita menjulukinya sebagai hari yang menentukan. Andaikan rakyat sebagai pemegang saham terbesar republik ini lalai, teledor, atau malas pergi ke TPS untuk memilih pemimpin, akibatnya fatal. Menggunakan hak pilih adalah bentuk tanggung jawab masyarakat terhadap penentuan nasib daerahnya.Semakin apatis masyarakat terhadap hak pilihnya sendiri, berarti semakin tidak peduli terhadap apa yang diperbuat para pemimpin terhadap nasib rakyatnya. Kita sadar, rasa curiga publik terhadap para pejabat negara sudah demikian parah. Ini karena akumulasi ketidakpercayaan kepada mereka yang tidak amanah yang tidak kunjung reda.Kemarahan publik itu biasanya tergambar dengan semakin tingginya jumlah golput (sebutan untuk orang-orang yang memiliki hak pilih tapi enggan melaksanakan hak itu karena sejumlah alasan). Alasan yang dikemukakan biasanya tidak percaya kepada semua pasangan calon.“Semua calon sama saja. Jika sudah terpilih, nanti juga lupa janjijanjinya,” demikian keluh kesah sebagian besar pemilih. Namun, sikap seperti itu akan mendatangkan penyesalan karena sangat mungkin calon yang dinilai tidak kapabel justru yang akan menang, karena mampu mengerahkan semua sumber daya untuk mencari dukungan. Sebaliknya, calon yang relatif baik tapi kalah sumber daya malah kalah karena kurang dukungan suara.Ini berarti daerah akan dipimpin oleh orang-orang yang tidak kapabel, tapi memiliki sumber daya yang besar. Bisa saja suara calon yang seperti itu akan kalah dengan suara golput. Tapi apalah artinya kekalahan itu, karena secara riil tidak akan berdampak pada program-program di daerah yang bersangkutan.Pilkada serentak adalah PR besar bagi setiap anak bangsa yang peduli akan kemajuan daerah. Wajah Indonesia ke depan akan sangat ditentukan oleh bagaimana wajah daerah-daerah ini lima tahun ke depan. Jika ternyata hari penentuan 9 Desember lusa menghasilkan wajah-wajah pemimpin yang suram, jangan harap wajah Indonesia akan tersenyum.Indonesia yang sedang dilanda banyak cobaan ini memerlukan energi positif dari para pemimpin daerah yang berwajah cerah, energik, jujur, cekatan, dan berani bekerja keras. Kita sudah lelah karena setiap hari disuguhi wajah-wajah para pemimpin di Ibu Kota yang sulit dibedakan lagi mana yang suram mana yang cerah. Kita membutuhkan wajahwajah baru dari daerah yang masih segar untuk membangkitkan kembali semangat membangun Indonesia dari daerah.Karena itu, pilkada serentak adalah momentum bersejarah yang harus kita manfaatkan bersama. Jangan lewatkan hari bersejarah itu dengan membiarkan calon-calon pemimpin yang tidak kredibel keluar sebagai pemenang.
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4003 seconds (0.1#10.140)