Fokus Ekonomi Rakyat, Bukan Beli Helikopter Presiden
A
A
A
JAKARTA - Rencana pembelian helikopter kepresidenan dianggap tidak mendesak. Seharusnya pemerintah Joko Widodo (Jokowi) fokus pada ekonomi.
"Sebaiknya fokus saat ini pembangunan ekonomi rakyat, bukan membeli helikopter kepresidenan," ujar Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, Jakarta, Selasa (1/12/2015).
Pendapat Hary serupa dengan pandangan pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Rahmat Bagja. Menurutnya pembelian tersebut belum dibutuhkan mengingat segi ancaman terhadap Kepala Negara di Indonesia tidak sebesar negara lain seperti Amerika Serikat (AS).
"Kita bukan seperti AS, ancaman Kepala Negara cukup besar. Presiden Jokowi tidak seperti Presiden Soekarno. Jokowi kan tidak pernah diserang, berbeda dengan Soekarno saat pemimpin diserang enam kali oleh separatis," jelasnya.
Jika pun pembelian helikopter kepresidenan diperlukan, maka seyogianya pemerintah membeli helikopter buatan PT Dirgantara saja, bukan helikopter buatan Agusta Westland AW101.
"Untuk Jokowi sebenarnya cukup menggunakan helikopter Super Puma, tinggal spesifikasi teknologinya ditambah. PT DI bisa membuat Super Puma apalagi sudah mengantongi sertifikat pembuatan dari AS," tandasnya.
Rencana pembelian helikopter kepresidenan sendiri sudah dicanangkan oleh pemerintah. Pembelian tersebut telah masuk dalam Renstra Minimum Essential Force (MEF) II 2015-2019.
Heli yang terpilih untuk digunakan presiden, wakil presiden, dan tamu negara bersifat very very important person (VVIP) itu adalah Agusta Westland AW101.
"Sebaiknya fokus saat ini pembangunan ekonomi rakyat, bukan membeli helikopter kepresidenan," ujar Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, Jakarta, Selasa (1/12/2015).
Pendapat Hary serupa dengan pandangan pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Rahmat Bagja. Menurutnya pembelian tersebut belum dibutuhkan mengingat segi ancaman terhadap Kepala Negara di Indonesia tidak sebesar negara lain seperti Amerika Serikat (AS).
"Kita bukan seperti AS, ancaman Kepala Negara cukup besar. Presiden Jokowi tidak seperti Presiden Soekarno. Jokowi kan tidak pernah diserang, berbeda dengan Soekarno saat pemimpin diserang enam kali oleh separatis," jelasnya.
Jika pun pembelian helikopter kepresidenan diperlukan, maka seyogianya pemerintah membeli helikopter buatan PT Dirgantara saja, bukan helikopter buatan Agusta Westland AW101.
"Untuk Jokowi sebenarnya cukup menggunakan helikopter Super Puma, tinggal spesifikasi teknologinya ditambah. PT DI bisa membuat Super Puma apalagi sudah mengantongi sertifikat pembuatan dari AS," tandasnya.
Rencana pembelian helikopter kepresidenan sendiri sudah dicanangkan oleh pemerintah. Pembelian tersebut telah masuk dalam Renstra Minimum Essential Force (MEF) II 2015-2019.
Heli yang terpilih untuk digunakan presiden, wakil presiden, dan tamu negara bersifat very very important person (VVIP) itu adalah Agusta Westland AW101.
(hyk)