Kapal Ikan Paralon Tingkatkan Kehidupan Nelayan

Kamis, 06 Agustus 2015 - 08:34 WIB
Kapal Ikan Paralon Tingkatkan Kehidupan Nelayan
Kapal Ikan Paralon Tingkatkan Kehidupan Nelayan
A A A
DEPOK - Berangkat dari upaya meningkatkan kehidupan nelayan di Indonesia, Komisaris Utama PT Barokah Marine Agus Triharsito merancang kapal murah dan efisien.

Bahan bakunya hanyalah dari pipa paralon. Untuk membuat satu kapal ikan berbahan paralon dibutuhkan sekitar 14 paralon berdiameter 14 inci dan panjang 17 meter. Kapal tersebut berbobot di bawah 30 gross ton (GT). Dengan bobot itu memungkinkan kapal paralon memiliki kecepatan lebih dibandingkan kapal kayu.

”Kami ingin membantu meningkatkan kehidupan nelayan Indonesia. Nelayan bisa memiliki kapal paralon melalui koperasi,” ujar Agus saat ditemui seusai seminar bertajuk ”Maritime Sector: Swiss - Indonesia Research Collaboration in Innovation & Technology” di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Depok kemarin.

Harga satu kapal paralon diperkirakan hanya Rp800 juta. Sedangkan kapal ikan pada umumnya mencapai Rp1,2 miliar. Kelebihan kapal ini selain bobotnya lebih ringan, muatannya juga lebih besar dan mesinnya lebih kecil. Aplikasi mesin kapal yang lebih kecil otomatis pemakaian bahan bakar minyak (BBM) menjadi lebih irit. ”Dan waktu tempuhnya bisa lebih cepat,” ucapnya.

Jika menggunakan kapal ikan biasa yang terbuat dari kayu biasanya nelayan perlu berhari-hari untuk kembali ke tempat pelelangan ikan (TPI). Akibatnya, banyak nelayan menjual ikannya di tengah laut. Kondisi ini berdampak pada minimnya transaksi di TPI sejumlah tempat. ”Dengan kapal paralon ini, nelayan lebih cepat sampai ke TPI sehingga TPI tidak sepi dan ikan tidak rusak ketika sampai TPI,” kata Agus.

Sementara itu, salah satu inovasi yang diciptakan UI dalam bidang perkapalan adalah pengembangan kapal pelat datar oleh FTUI yang mudah dibuat, namun efisien secara waktu dan biaya pembuatan. CEO Hydros Innovation SA Jeremie Laggarigue mengatakan, desain kapal yang dibuatnya dapat mengurangi pemakaian bahan bakar.

Pengurangan bisa mencapai 50% untuk jenis kapal tertentu (feri) dan 10 kali lebih ringan dari kapal penumpang. ”Teknologi yang sama dapat diterapkan untuk kapal berukuran 2-500 GT dan dapat diaplikasikan untuk kapal patroli, kapal ikan, feri, serta kapal barang,” ungkapnya.

R ratna purnama
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5017 seconds (0.1#10.140)