Infrastruktur Menjelang Pilkada
A
A
A
Akhir tahun ini beberapa kepala daerah sudah kehilangan fokus bekerja. Mereka yang sudah menjabat dua periode kebingungan menentukan langkah pascaturun tahta.
Sementara mereka yang masih satu periode berusaha mempertahankan kedudukan dengan berbagi cara. Salah satunya melapisi jalan-jalan berlubang dengan aspal hitam mengkilat. Sejak mengenal demokrasi, kejadian semacam ini terus terulang. Kepala daerah berusaha memanfaatkan momentum perbaikan infrastruktur untuk menarik perhatian rakyat.
Rakyat diharapkan memilih kembali mereka dan sebagainya. Meski rakyat sudah sadar, beberapa pemimpin masih hobi melaksanakan promosi seperti itu. Di sisi pemimpin daerah, mereka akan memperoleh perhatian lebih. Sebaliknya, rakyat akan menilai pemimpin itu berdasarkan pengalaman lima tahun ini. Setidaknya, dengan ada ketidaksadaran dari pemimpin daerah tersebut, ada jalanan baru yang diaspal.
Namun, tentu kita tidak mengharapkan jalanan baru setelah menunggu lima tahun. Kita tidak mau menunggu kecelakaan-kecelakaan yang terjadi karena aspal yang tidak mulus. Jalan sering tergenang dan berlubang. Kita ingin jalanan dan infrastruktur yang digunakan kokoh dan bisa menyelamatkan. Pemimpin daerah seharusnya sadar dan berpikir lebih ke depan. Kalaupun tujuan perbaikan jalan adalah pencitraan, seharusnya mereka berpikir ulang.
Dengan mengadakan perbaikan jalan di akhir pemerintahan, tentu nama mereka akan bagus, namun dalam tempo singkat. Setelah ada pemimpin baru dan jalanan yang mereka buat tadi rusak, hilang sudah citra mereka di pikiran masyarakat, tergantikan oleh kekecewaan atau pemimpin baru yang lebih baik. Efek lebih lanjut pencitraan perlu diperharikan ulang. Maksudnya, kalaupun mau melakukan pencitraan, efeknya harus lebih lama dan mengena.
Langkah yang paling baik untuk melahirkan citra yang lebih abadi adalah dengan tidak hanya merawat infrastruktur pada akhir periode. Lebih dari itu, pemimpin harus membangun infrastruktur baru dan merawat infrastruktur lama lebih intensif dan efektif. Dengan begitu, akan muncul perbaikan ekonomi daerah karena biaya-biaya logistik semakin menurun.
Akan muncul daerah yang lebih bertenaga karena rakyat lebih mudah bergerak dan investor lebih mau berinvestasi. Akhirnya, daerah tersebut akan menjadi lebih maju. Intinya, pencitraan itu penting. Tapi, pencitraan yang lebih nyata dibanding kinerja sia-sia belaka.
Muh Azharun Niam
Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia
Sementara mereka yang masih satu periode berusaha mempertahankan kedudukan dengan berbagi cara. Salah satunya melapisi jalan-jalan berlubang dengan aspal hitam mengkilat. Sejak mengenal demokrasi, kejadian semacam ini terus terulang. Kepala daerah berusaha memanfaatkan momentum perbaikan infrastruktur untuk menarik perhatian rakyat.
Rakyat diharapkan memilih kembali mereka dan sebagainya. Meski rakyat sudah sadar, beberapa pemimpin masih hobi melaksanakan promosi seperti itu. Di sisi pemimpin daerah, mereka akan memperoleh perhatian lebih. Sebaliknya, rakyat akan menilai pemimpin itu berdasarkan pengalaman lima tahun ini. Setidaknya, dengan ada ketidaksadaran dari pemimpin daerah tersebut, ada jalanan baru yang diaspal.
Namun, tentu kita tidak mengharapkan jalanan baru setelah menunggu lima tahun. Kita tidak mau menunggu kecelakaan-kecelakaan yang terjadi karena aspal yang tidak mulus. Jalan sering tergenang dan berlubang. Kita ingin jalanan dan infrastruktur yang digunakan kokoh dan bisa menyelamatkan. Pemimpin daerah seharusnya sadar dan berpikir lebih ke depan. Kalaupun tujuan perbaikan jalan adalah pencitraan, seharusnya mereka berpikir ulang.
Dengan mengadakan perbaikan jalan di akhir pemerintahan, tentu nama mereka akan bagus, namun dalam tempo singkat. Setelah ada pemimpin baru dan jalanan yang mereka buat tadi rusak, hilang sudah citra mereka di pikiran masyarakat, tergantikan oleh kekecewaan atau pemimpin baru yang lebih baik. Efek lebih lanjut pencitraan perlu diperharikan ulang. Maksudnya, kalaupun mau melakukan pencitraan, efeknya harus lebih lama dan mengena.
Langkah yang paling baik untuk melahirkan citra yang lebih abadi adalah dengan tidak hanya merawat infrastruktur pada akhir periode. Lebih dari itu, pemimpin harus membangun infrastruktur baru dan merawat infrastruktur lama lebih intensif dan efektif. Dengan begitu, akan muncul perbaikan ekonomi daerah karena biaya-biaya logistik semakin menurun.
Akan muncul daerah yang lebih bertenaga karena rakyat lebih mudah bergerak dan investor lebih mau berinvestasi. Akhirnya, daerah tersebut akan menjadi lebih maju. Intinya, pencitraan itu penting. Tapi, pencitraan yang lebih nyata dibanding kinerja sia-sia belaka.
Muh Azharun Niam
Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia
(ftr)