Harga Daging Turun?

Rabu, 01 Juli 2015 - 09:26 WIB
Harga Daging Turun?
Harga Daging Turun?
A A A
Harga daging sapi turun drastis, benarkah? Benar, melalui kegiatan Pasar Murah Ramadan 2015 yang digelar sebuah perusahaan swasta nasional, harga daging sapi yang selama ini bertengger di atas Rp100.000 per kilogram (kg) hanya dipatok sebesar Rp70.000 per kg.

Hanya, daging sapi murah itu dijual terbatas pada wilayah tertentu. Akhir pekan lalu Bulog juga memasarkan daging sapi ke masyarakat dengan harga di bawah harga pasar, sebesar Rp88.000 per kg. Sayangnya, terbatas pada 21 lokasi di wilayah Jakarta. Penyebaran daging sapi dengan harga miring itu anggap saja sedekah bagi masyarakat yang beruntung membeli dengan harga murah. Bagaimana dengan stok daging sapi menjelang Idul Fitri? Pemerintah menjamin stok daging sapi aman.

Masyarakat tak perlu khawatir akan sulit mendapatkan daging sapi di pasar. Saat ini, sebagaimana diungkapkan Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel, stok sapi siap potong secara nasional mencapai 279.000 ekor. Dengan stok yang melimpah itu, Mendag mengklaim pasokan daging sapi aman hingga Idul Adha. Namun, pemerintah belum bisa menjamin masyarakat bisa membeli daging sapi dengan harga di bawah Rp100.000 per kg.

Namun, setelah aparat berwenang rajin terjun ke pasar, harga rata-rata nasional daging sapi seperti diklaim Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina memang mulai turun dari Rp107.000 per kg menjadi Rp104.000 per kg. Pemerintah berharap harga rata-rata nasional daging sapi berada di level Rp97.500 per kg. Upaya menarik harga daging sapi di bawah Rp100.000 per kg kini telah disiapkan melalui penetapan batas harga yang wajar.

Kedengarannya begitu indah, tetapi tentu butuh perjuangan melawan hukum pasar, apalagi sekarang kondisi perekonomian kini tidak stabil menyusul terpuruknya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dalam kondisi seperti itu mana ada importir termasuk pemasok daging sapi dari luar negeri mau merugi? Mengapa harga daging sapi sulit turun di bawah Rp100.000 per kg? Ini pertanyaan dengan jawaban yang sangat kompleksitas.

Terhitung sejak dua tahun lalu harga daging sapi terus bertengger di atas Rp100.000 per kg, khususnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pemicunya, seperti ditengarai Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Bustanul Arifin, tak lain dari tata kelola rantai perdagangan komoditas yang masih kacau, tak terkecuali daging sapi. Ketergantungan Indonesia terhadap daging sapi impor beberapa tahun terakhir kian membesar, terutama setelah impor daging sapi beku dan sapi hidup secara besar-besaran.

Dan, Australia menjadi pemasok utama daging beku dan sapi hidup yang jumlahnya ratusan ribu ekor per tahun. Tahun ini diproyeksikan kebutuhan daging sapi masyarakat Indonesia sekitar 639.000 ton berdasarkan versi Badan Pusat Statistik (BPS). Perkiraan kebutuhan tersebut mengalami kenaikan sekitar 8% dari kebutuhan tahun lalu sebanyak 590.000 ton. Karena keterbatasan pasokan daging sapi dalam negeri, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat, tidak ada jalan lain kecuali membuka keran impor.

Terutama dari Australia yang selama ini sudah menjadi pemasok setia. Pihak BPS menyebutkan populasi ternak sapi di Indonesia mencapai 14,2 juta ekor. Angka tersebut sebenarnya cukup memenuhi kebutuhan daging sapi tahun ini. Namun, masalahnya tidak sesederhana yang dibayangkan sebab mengubah sapi hidup lokal menjadi daging siap konsumsi ternyata jauh lebih sulit dibandingkan melakukan impor daging sapi.

Sebagian besar masyarakat yang beternak sapi masih berpikiran konvensional dalam artian baru akan menjual ternaknya apabila ada keperluan sehingga tidak ada jaminan konsistensi pasokan sapi. Sebenarnya potensi Indonesia menjadi produsen daging sapi yang melimpah cukup besar. Hanya, kebijakan yang fokus terhadap peternakan sapi tak pernah maksimal. Misalnya, pemanfaatan perkebunan sawit untuk areal peternakan masih sangat terbatas.

Bayangkan, dari 1.500 perusahaan sawit, yang telah melaksanakan integrasi sapi dengan sawit baru lima perusahaan. Karena itu, dibutuhkan kebijakan pemerintah yang bisa mendorong perusahaan perkebunan sawit mewujudkan program integrasi sapi dengan sawit.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1365 seconds (0.1#10.140)