TNI AL Terima Kapal Angkut Tank Berteknologi Canggih
A
A
A
JAKARTA - TNI Angkatan Laut (AL) menerima kapal angkut tank berteknologi canggih buatan dalam negeri. Kapal yang diberi nama KRI Teluk Bintuni-520 ini akan memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.
KRI Teluk Bintuni diserahterimakan dari PT DRU kepada Kementerian Pertahanan, dan diteruskan kepada Mabes TNI dan TNI AL dalam hal ini Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) sebagai pengguna, di galangan PT Daya Radar Utama (DRU), Lampung, Sumatera Selatan.
Serah terima kapal angkut tank berteknologi canggih tersebut disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu,Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dan KSAL Laksamana TNI, Ade Supandi.
Menariknya, KRI Teluk Bintuni-520 dalam penyelesaiannya juga melibatkan anak bangsa lulusan Institut Teknologi Surabaya (ITS).
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pembangunan KRI Teluk Bintuni-520 ini merupakan bagian dari program pembangunan kekuatan pertahanan untuk mewujudkan kekuatan pokok minimal atau Minimum Essential Forces (MEF).
Selain itu, KRI Teluk Bintuni-520 juga untuk memperkuat TNI AL dalam mendukung program pemerintah mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Menurut Ryamizard, pembangunan KRI Teluk Bintuni-520 yang dilaksanakan oleh PT DRU sebagai salah satu bentuk pembinaan pemerintah terhadap kemampuan industri dalam negeri sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada negara lain dalam pengadaan alutsista di masa mendatang.
"KRI Teluk Bintuni-520 ini nantinya diproyeksikan untuk memperkuat jajaran Komando Lintas Laut Militer TNI AL (Kolinlamil)," ujar Ryamizard dalam siaran persnya, Jumat (19/6/2015).
KRI Bintuni-520 atau kapal angkut tank ini terbuat dari baja khusus pada bagian hulu (lambung).
Baja khusus tersebut diperoleh dari PT Krakatau Steel Tbk. Kapal ini dirancang untuk dapat mengangkut Tank MBT Leopard TNI AD dan Tank BMP-3F Marinir.
Selain itu, kapal yang memiliki spesifikasi panjang 120 meter, lebar 18 meter dan tinggi 7,8 meter serta draft 3 meter ini memiliki ketahanan di laut (endurance) selama 20 hari.
Tank ini juga memiliki daya angkut sebanyak 10 Tank MBT Leopard, 476 orang berikut crew dan pasukan serta satu unit Helikopter.
Disamping itu, kapal ini juga mampu menjelajahi laut pada kondisi laut terburuk dengan jarak jelajah 7200 mil laut.
Setelah diserahterimakan, kata Menhan, kapal ini nantinya akan dioperasikan untuk mendukung pergeseran materiil maupun personel dibawah jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil).
Diharapkan adanya kapal tersebut membuat mobilitas atau pergeseran materil dan personel TNI dari satu daerah ke daerah lain semakin lancar.
"Kapal ini merupakan kapal kelas landing ship tank pertama yang diproduksi oleh industri dalam negeri sehingga ke depan untuk produk kapal landing ship tank yang berikutnya akan semakin baik dan sempurna," ucapnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini menilai diproduksinya KRI Bintuni-520 ini menunjukkan industri pertahanan dalam negeri telah membuktikan keberhasilannya dalam mendukung pemenuhan alutsista khususnya untuk TNI Angkatan Laut.
"Dengan demikian ke depan Indonesia tidak lagi bergantung pada negara lain dalam pemenuhan alutsista karena sudah bisa produksi sendiri," ujarnya.
KRI Teluk Bintuni diserahterimakan dari PT DRU kepada Kementerian Pertahanan, dan diteruskan kepada Mabes TNI dan TNI AL dalam hal ini Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) sebagai pengguna, di galangan PT Daya Radar Utama (DRU), Lampung, Sumatera Selatan.
Serah terima kapal angkut tank berteknologi canggih tersebut disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu,Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dan KSAL Laksamana TNI, Ade Supandi.
Menariknya, KRI Teluk Bintuni-520 dalam penyelesaiannya juga melibatkan anak bangsa lulusan Institut Teknologi Surabaya (ITS).
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pembangunan KRI Teluk Bintuni-520 ini merupakan bagian dari program pembangunan kekuatan pertahanan untuk mewujudkan kekuatan pokok minimal atau Minimum Essential Forces (MEF).
Selain itu, KRI Teluk Bintuni-520 juga untuk memperkuat TNI AL dalam mendukung program pemerintah mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Menurut Ryamizard, pembangunan KRI Teluk Bintuni-520 yang dilaksanakan oleh PT DRU sebagai salah satu bentuk pembinaan pemerintah terhadap kemampuan industri dalam negeri sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada negara lain dalam pengadaan alutsista di masa mendatang.
"KRI Teluk Bintuni-520 ini nantinya diproyeksikan untuk memperkuat jajaran Komando Lintas Laut Militer TNI AL (Kolinlamil)," ujar Ryamizard dalam siaran persnya, Jumat (19/6/2015).
KRI Bintuni-520 atau kapal angkut tank ini terbuat dari baja khusus pada bagian hulu (lambung).
Baja khusus tersebut diperoleh dari PT Krakatau Steel Tbk. Kapal ini dirancang untuk dapat mengangkut Tank MBT Leopard TNI AD dan Tank BMP-3F Marinir.
Selain itu, kapal yang memiliki spesifikasi panjang 120 meter, lebar 18 meter dan tinggi 7,8 meter serta draft 3 meter ini memiliki ketahanan di laut (endurance) selama 20 hari.
Tank ini juga memiliki daya angkut sebanyak 10 Tank MBT Leopard, 476 orang berikut crew dan pasukan serta satu unit Helikopter.
Disamping itu, kapal ini juga mampu menjelajahi laut pada kondisi laut terburuk dengan jarak jelajah 7200 mil laut.
Setelah diserahterimakan, kata Menhan, kapal ini nantinya akan dioperasikan untuk mendukung pergeseran materiil maupun personel dibawah jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil).
Diharapkan adanya kapal tersebut membuat mobilitas atau pergeseran materil dan personel TNI dari satu daerah ke daerah lain semakin lancar.
"Kapal ini merupakan kapal kelas landing ship tank pertama yang diproduksi oleh industri dalam negeri sehingga ke depan untuk produk kapal landing ship tank yang berikutnya akan semakin baik dan sempurna," ucapnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini menilai diproduksinya KRI Bintuni-520 ini menunjukkan industri pertahanan dalam negeri telah membuktikan keberhasilannya dalam mendukung pemenuhan alutsista khususnya untuk TNI Angkatan Laut.
"Dengan demikian ke depan Indonesia tidak lagi bergantung pada negara lain dalam pemenuhan alutsista karena sudah bisa produksi sendiri," ujarnya.
(dam)