PBNU Kembangkan Islam Ramah Bukan Radikal
A
A
A
JAKARTA - Islam Indonesia adalah agama Islam yang ramah dan rahmatan lilalamin, yang berati Islam Indonesia tidak mengenal adanya radikalisme dan terorisme.
Segala tindakan atau gerakan radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan Islam tidak sejalan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
”Kita harus terus fokus menguatkan Islam Indonesia sebagai agama Islam yang ramah atau dikenal dengan istilah Islam Nusantara. Untuk itu saya berharap, para generasi muda agar benar-benar concern dengan masalah ini agar radikalisme dan terorisme tidak memiliki ruang berkembang di Indonesia,” ujar Wakil Ketua Umum PBNU KH Asad Said Ali di acara workshop Penguatan Jaringan Anti-Radikalisme di Dunia Maya untuk Ulama Muda yang digelar Nahdlatul Ulama (NU) Online bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Jakarta kemarin.
KH Asad menilai radikalisme itu justru lebih berbahaya dibandingkan dengan terorisme. Menurutnya, kalau radikalisme itu berkurang, terorisme pun otomatis juga akan berkurang. Selama ini, NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang menjadi perekat antara Islam dengan negara (Indonesia). ”Saya rasa apa yang dilakukan BNPT untuk merangkul para ulama muda ini sudah tepat dan perlu dikembangkan. Apalagi paham radikalisme dan terorisme telah menjadikan generasi muda sebagai target penyebaran paham mereka, baik itu melalui secara langsung maupun dengan memanfaatkan kecanggihan di dunia maya,” papar KH Asad.
Hal yang sama juga diutarakan Imam Besar Masjid Istiqlal Ali Musthafa Yaqub. Menurutnya, dalam Islam itu tidak ada namanya kekerasan, apalagi radikalisme dan terorisme. ”Anggapan itu sama sekali tidak benar. Dalam Islam itu ada namanya amar maruf nahi munkar. Tapi orang sering salah menafsirkan maknanya karena ketidaktahuannya,” kata Ali Musthafa Yaqub. Ali Musthofa sendiri menyambut baik digelarnya acara dialog terkait pencegahan paham radikalisme dan ISIS yang bertujuan memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam kepada generasi muda dan pelajar.
”Karena anak-anak itu mempunyai dua potensi, yakni potensi baik dan tidak baik. Dan ini adalah potensi yang baik agar anak didik itu dapat memahami makna Islam di Indonesia yang sebenarnya,” ujarnya.
Sementara itu Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Agus Surya Bakti mengatakan, pihaknya selalu proaktif mendatangi berbagai lembaga, terutama perguruan tinggi dan sekolah-sekolah, untuk berdialog dan memberi wawasan yang benar kepada generasi muda, mahasiswa, dan pelajar. Tujuannya agar tidak terjadi pembelokan keyakinan, akidah dan pemahaman oleh mereka.
Alfian faisal
Segala tindakan atau gerakan radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan Islam tidak sejalan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
”Kita harus terus fokus menguatkan Islam Indonesia sebagai agama Islam yang ramah atau dikenal dengan istilah Islam Nusantara. Untuk itu saya berharap, para generasi muda agar benar-benar concern dengan masalah ini agar radikalisme dan terorisme tidak memiliki ruang berkembang di Indonesia,” ujar Wakil Ketua Umum PBNU KH Asad Said Ali di acara workshop Penguatan Jaringan Anti-Radikalisme di Dunia Maya untuk Ulama Muda yang digelar Nahdlatul Ulama (NU) Online bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Jakarta kemarin.
KH Asad menilai radikalisme itu justru lebih berbahaya dibandingkan dengan terorisme. Menurutnya, kalau radikalisme itu berkurang, terorisme pun otomatis juga akan berkurang. Selama ini, NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang menjadi perekat antara Islam dengan negara (Indonesia). ”Saya rasa apa yang dilakukan BNPT untuk merangkul para ulama muda ini sudah tepat dan perlu dikembangkan. Apalagi paham radikalisme dan terorisme telah menjadikan generasi muda sebagai target penyebaran paham mereka, baik itu melalui secara langsung maupun dengan memanfaatkan kecanggihan di dunia maya,” papar KH Asad.
Hal yang sama juga diutarakan Imam Besar Masjid Istiqlal Ali Musthafa Yaqub. Menurutnya, dalam Islam itu tidak ada namanya kekerasan, apalagi radikalisme dan terorisme. ”Anggapan itu sama sekali tidak benar. Dalam Islam itu ada namanya amar maruf nahi munkar. Tapi orang sering salah menafsirkan maknanya karena ketidaktahuannya,” kata Ali Musthafa Yaqub. Ali Musthofa sendiri menyambut baik digelarnya acara dialog terkait pencegahan paham radikalisme dan ISIS yang bertujuan memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam kepada generasi muda dan pelajar.
”Karena anak-anak itu mempunyai dua potensi, yakni potensi baik dan tidak baik. Dan ini adalah potensi yang baik agar anak didik itu dapat memahami makna Islam di Indonesia yang sebenarnya,” ujarnya.
Sementara itu Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Agus Surya Bakti mengatakan, pihaknya selalu proaktif mendatangi berbagai lembaga, terutama perguruan tinggi dan sekolah-sekolah, untuk berdialog dan memberi wawasan yang benar kepada generasi muda, mahasiswa, dan pelajar. Tujuannya agar tidak terjadi pembelokan keyakinan, akidah dan pemahaman oleh mereka.
Alfian faisal
(ars)