Pansel Capim KPK Dituntut Gila
A
A
A
JAKARTA - Komposisi panitia seleksi (Pansel) calon pemimpin (Capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang didasari dari berbagai bidang keilmuwan dinilai sudah tepat. Selain komposisi, personality, integritas serta keahlian dari masing-masing anggota juga tak perlu diragukan.
"Saya agak setuju, personality, intergritas, keahlian dan komposisinya bagus. Tidak didominasi oleh satu background hukum atau ekonomi. Tapi dari segala aspek," kataDirektur Eksekutif dan Pendiri Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima), Ray Rangkuti usai diskusi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (24/5/2015).
Dia menambahkan, ada hal yang penting dicermati pada tiap penjaring pengganti Ruki cs ini, yakni cara pandang korupsi dan pemberantasannya. Melihat kondisi sekarang ini, Ray menilai perlu adanya penekanan dalam pemberantasan bukan lagi dengan cara yang normatif.
"Korupsi kita sudah pada taraf yang tidak wajar. Oleh karena itu kita membutuhkan 'gila' juga dalam memberantas korupsi. Bukan lagi pada pendekatan prosedural formal atau normatif. Kita harus mencari orang seperti itu," tuturnya.
Ray mengungkapkan, mindset pemberantasan korupsi yang gila ini perlu dibenamkan pada setiap Pansel KPK. Hal ini guna menghasilkan output yang juga berani dalam memberangus korupsi yang semakin mengkhawatirkan.
"Kalau semua bilang antikorupsi, itu ya. Tapi sampai mana levelnya. Cara mereka melihat seperti apa. Ini penting."
"Itu akan menghasilkan output orang yang kita butuhkan seperti apa. Kalau sesuai dengan KUHAP ya bisa saja tapi mereka (capim) berani ga (berantas korupsi)? Ini yang agak saya tanya-tanya," tutupnya.
"Saya agak setuju, personality, intergritas, keahlian dan komposisinya bagus. Tidak didominasi oleh satu background hukum atau ekonomi. Tapi dari segala aspek," kataDirektur Eksekutif dan Pendiri Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima), Ray Rangkuti usai diskusi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (24/5/2015).
Dia menambahkan, ada hal yang penting dicermati pada tiap penjaring pengganti Ruki cs ini, yakni cara pandang korupsi dan pemberantasannya. Melihat kondisi sekarang ini, Ray menilai perlu adanya penekanan dalam pemberantasan bukan lagi dengan cara yang normatif.
"Korupsi kita sudah pada taraf yang tidak wajar. Oleh karena itu kita membutuhkan 'gila' juga dalam memberantas korupsi. Bukan lagi pada pendekatan prosedural formal atau normatif. Kita harus mencari orang seperti itu," tuturnya.
Ray mengungkapkan, mindset pemberantasan korupsi yang gila ini perlu dibenamkan pada setiap Pansel KPK. Hal ini guna menghasilkan output yang juga berani dalam memberangus korupsi yang semakin mengkhawatirkan.
"Kalau semua bilang antikorupsi, itu ya. Tapi sampai mana levelnya. Cara mereka melihat seperti apa. Ini penting."
"Itu akan menghasilkan output orang yang kita butuhkan seperti apa. Kalau sesuai dengan KUHAP ya bisa saja tapi mereka (capim) berani ga (berantas korupsi)? Ini yang agak saya tanya-tanya," tutupnya.
(mhd)