Bio Farma Dedikasi Untuk Kualitas Hidup

Rabu, 20 Mei 2015 - 11:06 WIB
Bio Farma Dedikasi Untuk Kualitas Hidup
Bio Farma Dedikasi Untuk Kualitas Hidup
A A A
Menggapai kesuksesan tidak lebih sulit daripada mempertahankan. Banyak cara yang bisa ditempuh melewati batas kesuksesan.

Apabila menembus pasar global menjadi salah satu indikator kesuksesan sebuah perusahaan, Bio Farma sudah mencapainya sejak lama. Ada sekitar 200 produsen vaksin di dunia. Bio Farma merupakan salah satu dari sekitar 23 produsen yang telah mendapatkan prakualifikasi World Health Organization (WHO) sejak 1997. Kini, perusahaan yang berbasis di Bandung ini dipercaya untuk memenuhi kebutuhan vaksin di lebih dari 122 negara.

Tahun ini Bio Farma berusia 125 tahun. Dengan jumlah SDM sekitar 1.300 orang sebagai aset terpenting, berbagai inovasi terus dilakukan, khususnya mengacu pada standar internasional dan sistem manajemen mutu terkini. Saat ini perusahaan telah menerapkan berbagai sistem yang terintegrasi, antara lain, Good Manufacturing Practice (GMP), Good Laboratory Practice (GLP), Good Clinical Practice (GCP) juga penerapan berbagai sistem seperti ISO 9001, ISO 14001, serta OHSAS 18001.

Tahun ini Bio Farma juga sedang mengimplementasikan Enterprise Resource Planning (ERP), Corporate Social Responsibility (CSR) based on ISO 26000, ISO 31000 tentang Risk Management, serta pelaporan terbaru mengacu Global Reporting Initiative (GRI) level 4 (G4).

Head of Corporate Communications PT Bio Farma, N Nurlaela Arief menuturkan, beberapa strategi yang digencarkan sehingga menjadi perusahaan kelas dunia antara lain peningkatan kemampuan kapasitas perusahaan di tingkat global, baik kemampuan SDM riset, keterlibatan dalam forum global untuk reputasi internasional, maupun dari peningkatan kapasitas produksi.

”Kami juga berupaya meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan produk baru untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan global,” katanya. Bio Farma konsisten menciptakan uniqueness yang menjadi pembeda produk dengan produk perusahaan lainnya di dunia melalui penerapan green strategy dan green process .

Salah satu hasil inovasi produk ramah lingkungan, yaitu Vaksin Pentabio Five in one. Lima jenis vaksin dalam satu kemasan, yakni untuk difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan Hib. Bio Farma juga terus mengawal proses produksi dengan pengawasan mutu yang konsisten dan berkesinambungan yang dipantau oleh National Regulatory Authority (NRA) atau yang di Indonesia dikenal dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM).

Hal ini demi menjaga keamanan, kualitas, dan keampuhan produk vaksin. ”Persyaratan nasional dan regulasi Internasional ini sifatnya beyond compliances atau melebihi dari aturan yang ditetapkan,” kata Nurlaela.

Melihat kondisi dan karakteristik industri vaksin secara global, Bio Farma memprediksi terjadi peningkatan pendapatan dari USD5- 24 miliar pada 2013 menjadi sekitar USD100 miliar pada 2018. Negara maju menyumbang lebih dari 80% dari total penjualan dan 20% dari jumlah volumenya.

Sementara negara berkembang menyumbang sekitar 18% dari nilai penjualan dan 80% dari jumlah volumenya. Industri vaksin merupakan industri yang sangat kompleks dan high regulated karena return on investment yang lama dan risiko yang tinggi khususnya dalam aspek research and development.

”Patut dibanggakan karena emerging developing countries merupakan produsen vaksin utama di dunia. Sejak 2011, lebih dari 70% kebutuhan vaksin global dapat dipenuhi oleh tiga produsen vaksin, yaitu China, India, dan Indonesia,” papar Lala, sapaan Nurlaela.

Pada pertemuan negara Islam yang saat ini tengah berlangsung di Tunisia, Bio Farma mewakili Indonesia menjadi dua dari anggota negara OIC (Organization Islamic Cooperation ) yang memiliki kapasitas produk sangat baik selain perusahaan dari Iran. Bio Farma juga dikategorikan sebagai the star performer dengan kemampuannya memenuhi 10% share of the global vaccine production.

Dan, Indonesia dengan Bio Farma sebagai satu-satunya pabrikan vaksin menjadi terbesar ketiga setelah China (lebih dari 20 perusahaan vaksin) dan India (lebih dari 5 produsen vaksin). Lala menuturkan, perilaku dan budaya konsumen pasar berbeda di setiap negara tergantung perkembangan penyakit di wilayah tersebut.

Di sisi lain, prioritas pembuatan vaksin dan penanganan penyakit infeksi tergantung disease burden (beban penyakit) di negara tersebut. Dia mencontohkan, meningitis merupakan imunisasi wajib pada penduduk di Afrika, tetapi tidak bagi penduduk Asia. Pemberian meningitis diberikan kepada travelers yang akan mengunjungi negara tersebut. Industri vaksin dikategorikan sebagai industri yang memiliki regulasi yang ketat untuk menjaga aspek kualitas dan mutu produk.

Kemampuan untuk memenuhi segala regulasi internasional memudahkan Bio Farma bisa bersaing di lingkup global. ”Kami memiliki reputasi internasional yang sangat positif. Bio Farma juga aktif dan menjalin hubungan dengan berbagai kalangan di sejumlah lembaga internasional untuk membangun dan mempertahankan brand kelas dunia,” kata Lala.

Bio Farma aktif dalam organisasi seperti WHO; sebagai President Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN); Board of Trustee (International Vaccine Institute IVI); Chairman SRVP IDB (Self Reliance Vaccine Production), juga Global Alliance for Vaccines & Immunisation (GAVI).

Di lingkup nasional, Bio Farma ditunjuk menjadi anggota Dewan Riset Nasional (DRN) oleh pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi. Bio Farman pun bersinergi dengan banyak universitas di dalam dan luar negeri. Dengan filosofi dedicated to improve quality of life , Bio Farma secara terus menerus membangun budaya perusahaan.

Aspek internal dalam hal ini karyawan menjadi aset yang paling penting untuk mendukung perusahaan, karena ekspertis di bidang biotek sangat spesifik. ”Kami memiliki budaya perusahaan, yaitu professional , innovation, teamwork, integrity dan customer oriented yang menjadi dasar dalam menjalankan aktivitas,” pungkas Lala.

Fauzan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4347 seconds (0.1#10.140)